"Sometimes moms and dads fall out of love.
Sometimes two homes are better than one.
Some things you can't tell your sister 'cause she's still too young.
Yeah, you'll understand, when you love someone."When You Love Someone - James TW
Hana mematikan televisi di depannya, sudah puluhan saluran TV diubah dan sekian stream site dijajal. Tidak ada yang dapat menarik perhatian wanita itu.
Ketika mulai terbiasa dengan kesendiriannya tanpa harus menahan tangis, Arthur malah terus sibuk di kantor. Meski Hana tidak bisa menyalahkan Arthur karena dua minggu lalu dia yang meminta suaminya itu untuk lebih serius menjalani tugas sebagai tangan kanan kakek mertua Hana. Jadi, hari Sabtu yang cerah ini, Arthur pergi ke Jakarta untuk rapat. Pria itu pergi menjelang sore sehari sebelumnya dan Hana akan senang hati untuk ikut jika Hana tidak harus lembur malamnya.
Memutuskan untuk bergadang, Hana memainkan game yang dibelinya dua minggu lalu yang ditamatkannya ketika subuh. Sekarang Hana bosan, menahan nafsunya untuk membeli game baru hanya karena tidak tahu ingin melakukan apa. Hana sudah berjanji pada Arthur untuk tidak membeli lebih dari satu game dalam satu bulan.
Ketika membuka media sosial, Hana melihat Gendhis yang mem-posting foto lucu Kou. Sudah lama Hana tidak bertemu dengan bocah bayi itu membuat Hana rindu. Dalam lima belas menit, Hana sudah berganti baju dan membawa helm, menuju ke basemen tempat motornya terparkir. TIba-tiba Hana tertawa kecil ketika memutar kunci motor dan menyalakannya, teringat Arthur sudah lelah berdebat dengan Hana untuk membeli mobil kedua karena Hana berargumen tidak ingin repot. Pajak mobil yang akan dibelikan Arthur pun mahal menurut Hana, cukup untuk Hana membeli motor baru setiap tahunnya.
Satu jam bergelut dengan kemacetan Bandung di sela manusia yang akan pergi malam mingguan, Hana sampai di depan pintu panti dengan membawa beberapa kotak brownies bakar. Dia mengetuk pintu beberapa saat sembari membuka sepatu dan menaruhnya di rak luar.
Namun, pemandangan di hadapan Hana membuatnya terpatung dengan satu kaki terangkat akibat sepatu yang masih dia coba lepas. "Vian?"
"Hana?" tanya Hana dan Vian berbarengan.
Belum sempat pulih dari kagetnya, Hana mendengar suara Gendhis mendekat dan bertanya dari balik pintu, "Siapa, Liv?"
Sekarang tiga orang terdiam di pintu seperti sama-sama menghindari jodoh, macam pepatah yang sering diucapkan mending nenek Hana. Sebagai orang yang pertama kali merasa kaget, Hana pulih paling pertama dan mengambil kembali sepatunya dan memakainya dengan terburu-buru.
"Aku mampir lain kali aja," ujar Hana, lalu melempar senyum tipis pada Gendhis dan Vian sebelum berbalik, berjalan untuk beberapa langkah sebelum ingat dirinya memegang kantung plastik di tangan berisi brownies bakar. Tanpa berpikir, Hana kembali dan menyerahkan brownies pada Vian sebagai orang yang paling dekat dari tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jam Tangan Milik Arthur ✔
RomanceSemenjak kematian sang ayah tahun lalu, Arthur meninggalkan sekolah doktornya di London dan berkutat dalam keseharian sebagai penerus perusahaan milik kakeknya, Riezky Syah. Didahului oleh salah satu adik kembar ke pelaminan, Arthur membuat ibunya k...