"Now you hang from my lips,
Like the Gardens of Babylon.
With your boots beneath my bed,
Forever is the sweetest con."cowboy like me - Taylor Swift
Hana memainkan sedotan dan diliriknya Puri sesekali, dia tahu tatapan jahil sahabatnya itu memiliki arti tertentu. "Hana, ayo cerita!"
"Cerita apa?" tanya Hana balik, berlaga bodoh dan tidak ingin memberi kepuasan pada Puri. Selain Hana tidak memiliki apa pun untuk diceritakan. Jika mendengar itu, Hana pasti akan diomeli.
"Ya, apa lagi? Kamu, lah, sama suami." Puri memutar bola matanya, tetapi disambung dengan senyum lebar seakan tidak sabar untuk mendengarkan penuturan Hana.
Hana menaikkan kedua bahu. "Kami cuma jalan-jalan ke Braga sambil pakai hoodie yang sama."
"Aku gak nanya kejadian siangnya, Hana. Gak penting banget."
"Emang malemnya penting?" Hana bertanya dalam nada sarkasme yang tidak dipedulikan Puri. Sahabat Hana itu sudah kebal setelah hampir lima belas tahun mereka berteman. Jika ada yang bisa membaca melewati omong kosong Hana, Puri adalah salah satu orang yang paling andal.
Puri terdiam dan menatap Hana tanpa berpaling, seperti berharap intensitas tatapannya dapat membuat Hana tidak nyaman hingga menyerah dan mulai bercerita. Sayangnya, gertakan itu tidak berlaku untuk Hana yang malah mencoba mengambil es batu di dalam gelasnya menggunakan sedotan, lalu mengunyahnya seperti memakan keripik kentang.
Sahabat Hana itu lalu menggeram kesal. "Hana cerita, Hana cerita!" rajuk Puri seperti bocah.
"Berisik, Puri. Aku sama Arthur gak ngapa-ngapain!" seru Hana dalam teriakan yang tertahan, tidak ingin orang-orang semakin memperhatikan mereka setelah tantrum yang dilakukan Puri.
"Gak ngapa-ngapain, maksudnya?" Puri mencoba mengonfirmasi. "Ya, gak ngapa-ngapain. Kita cuma ... tidur."
Dagu wanita di depan Hana seperti jatuh ke lantai dan menatap Hana dengan mata yang membulat. "Oh God, OMG."
Hana mengarahkan pandangannya ke ujung mata, sahabatnya ini benar-benar pantas mendapatkan BAFTA untuk akting terkejutnya. Tidak tahu siapa yang memulai omongan bahwa malam pertama harus dilalui dengan seks, tapi Hana ingin menghampiri dan mengajak orang itu bicara. Menurut Hana, malam pertamanya dengan Arthur lebih dari baik, mendengarkan isi hati dan pikiran masing-masing. Apalagi setelah yang terjadi di pesta pernikahan mereka.
"Kamu, kan, tau kejadian di resepsi," Hana berusaha berargumen.
"Ya, tapi suami kamu wujudnya kayak gitu. Serius, Hana, kalau aku jadi kamu, aku sikat aja langsung."
Komentar Puri tidak ditanggapi Hana selain mengembungkan pipi kirinya untuk beberapa saat, ciri Hana ketika tidak menganggap perkataan Puri sebagai sesuatu yang serius. "Sikat, sikat. Memangnya Arthur lantai garasi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jam Tangan Milik Arthur ✔
RomanceSemenjak kematian sang ayah tahun lalu, Arthur meninggalkan sekolah doktornya di London dan berkutat dalam keseharian sebagai penerus perusahaan milik kakeknya, Riezky Syah. Didahului oleh salah satu adik kembar ke pelaminan, Arthur membuat ibunya k...