7|Kotak Makan

25.5K 2.9K 47
                                    

"I feel life for the very first time, love in my arms, and the sun in my eyes.
I feel safe in the 5 a.m. light, you carry my fears as the heavens set fire."

Technicolour Beat - Oh Wonder

Technicolour Beat - Oh Wonder

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai, Cantik." Arthur mencium puncak kepala gadis yang masih duduk di bangku sekolah dasar itu sebelum duduk di sampingnya. "Gimana sekolah?"

Gadis itu hanya menaikkan kedua bahu dan bersikap tak acuh. Arthur menaikkan salah satu alisnya dan menatap adik perempuannya untuk petunjuk. Meja makan itu hanya didiami mereka bertiga, Arthur beserta Meidia—salah satu adik kembar Arthur, dan keponakan Arthur satu-satunya yang merupakan anak Meidia, Cika. "Ara gak jadi bawain dia mainan karena nilai UTS-nya jelek."

"Ara, mantan kamu itu?" bisik Arthur, bertanya pada Meidia yang duduk di sisi lainnya. Pertanyaan itu membuat wanita di sampingnya tersedak roti yang dengan tenang sedang dimakan oleh Meidia. Arthur tertawa sembari menawarinya segelas air putih, yang kemudian diterima oleh Meidia bersamaan dengan tangan lainnya memukul bahu Arthur.

"Cika mau mainan apa, Sayang? 'Ntar Om belikan," tawar Arthur.

Gadis kecil itu hanya menaikkan kedua bahunya lagi, mengacuhkan Arthur dengan bibirnya yang masih mengerucut. "Gak usah, biar gak main terus," sang ibu menanggapi sambil kembali memakan roti miliknya. "Mama mana, Kak?"

"Ke pasar katanya. Kepingin masak." Arthur mengambil dua lembar roti dan Nutella, tak lupa menaburkan banyak coklat meses di atasnya.

"Udah bapak-bapak, bikin roti masih selera anak TK," komentar Meidia, sementara Arthur mengedikkan bahu. "Good food is good food no matter how old you are."

"Tumben Kakak nginep, lagi ada masalah?" tanya Meidia lagi.

"Kamu kenapa, sih, kalau buka mulut bawaannya kayak ngajak berantem?" tanggap Arthur alih-alih menjawab pertanyaan Meidia. Wanita itu hanya tertawa, menunggu Arthur menjawab. "Aku mau makan siang sama ibu pacarku, jadi mau sekalian ajak Mama."

Mendengar itu, Meidia menunjukkan wajah terheran-heran. "Cewek?"

"Cowok," jawab Arthur dengan nada sewot.

"Oh ...." Selesai sudah tanggapan Meidia yang justru membuat Arthur heran. "Kok, cuma 'oh'?"

"Kakak udah dewasa, kan? Bisa nentuin tujuan hidup sendiri. Aku ikut seneng aja kalau Kakak bahagia," ujar Meidia, lalu tertawa kecil melihat Arthur yang tampak kebingungan luar biasa.

Arthur memiliki sedikit perasaan senang dengan keluarganya yang memiliki pemikiran terbuka dan orang tua mereka selalu mengajarkan toleransi juga menilai sesama manusia hanya dari satu tolak ukur, attitude. Tetapi, jika memang benar Arthur memberikan kabar bahwa dia gay dan sikap adiknya yang satu itu hanya biasa saja, hal itu membuat Arthur mempertanyakan kepedulian Meidia terhadap dirinya. "Cewek, Mei."

Jam Tangan Milik Arthur ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang