"Telling you things that I find hard to say...
Like 'I love you'."Things I Say When You Sleep - Nina Nesbit
Saat menatap pintu kayu itu, Hana tidak yakin. Apa pula yang dia lakukan di sini dengan baju yang hampir seluruhnya basah kuyup? Setelah menghela napas mungkin ketujuhkalinya hari itu, Hana akhirnya mengetuk pintu dan menunggu sang pemilik membukanya. "Hana? Kenapa basah begini?"
"Ada yang mau saya bicarakan, Mbak."
Gendhis menyuruhnya masuk dan menawarkan berbagai macam hal, mulai dari mandi air hangat, mengganti baju, hingga minuman hangat. Hana yang merasa tidak enak membuat Gendhis kerepotan dengan kedatangannya yang tiba-tiba dan hanya membawa bolu potong ala kadarnya.
"Sepi, ya, Mbak? Anak-anak gak ada?" tanya Hana yang melihat tempat itu sangat sepi jika dibandingkan dengan terakhir kali dia ke tempat itu.
Gendhis datang dari arah dapur dengan handuk tersampir di lengan dan kedua tangan yang membawa nampan berisikan cangkir. Hana segera bangkit dari tempat duduknya dan membantu Gendhis. "Lagi rekreasi. Tadinya aku mau ikut, cuma gak boleh sama Tante Alta. Jadi yang pergi cuma anak-anak dijaga dan yang biasa jadi relawan di sini, Imel sama Davi."
"Jadi, ada hal penting apa sampai harus ketemu aku ketika sedang hujan badai begini?" tanya Gendhis kemudian, setelah dua cangkir teh hangat berasa di meja beserta sepiring bolu yang sudah diiris. Matanya menatap Hana dengan senyum yang begitu lembut, mungkin benar yang dikatakan orang-orang bahwa kehamilan membuat wanita terlihat lebih menawan. Meski Hana memiliki firasat bahwa sebelum hamil pun kecantikan Gendhis jauh di atas rata-rata.
"Makasih, Mbak. Maaf ngerepotin." Hana melipat handuk yang lumayan basah dan lalu meminum sedikit teh yang disajikan. Ketika menatap Gendhis setelah meletakkan kembali cangkir, tampak Gendhis menunggunya bicara. "Tentang Arthur."
"Panggil Gendhis aja, aku belum setua itu," gurau Gendhis. "Jadi, anak itu ngapain? Gak nyakitin kamu, kan? Awas aja."
Hana tersenyum kecil mendengar Gendhis yang lebih muda satu tahun dari Arthur membicarakan pria itu sebagai anak kecil. "Arthur baik banget sama saya dan ... mungkin saya yang sudah nyakitin Arthur."
Bahasa tubuh Gendhis sedikit berubah setelah Hana mengatakan hal itu. "Lanjutkan dulu cerita kamu," titah Gendhis masih bersuarakan lembut, meski sekarang menatap Hana dengan tatapan wawas. Hana tidak kaget, bagaimanapun Arthur teman lama Gendhis.
"Sebelumnya, saya ada sedikit situasi dengan mantan saya dan pembicaraan soal pernikahan kami jadi tertunda. Sekarang masalahnya sudah selesai, saya malah ragu sama keputusan saya sendiri. Walau yakin Arthur tepat buat saya dan dia gak akan ngelakuin sesuatu dengan sengaja hal yang nyakitin saya, tapi ... saya gak tahu." Pandangan Hana perlahan beralih ke tangan sejalan dengan monolognya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jam Tangan Milik Arthur ✔
Roman d'amourSemenjak kematian sang ayah tahun lalu, Arthur meninggalkan sekolah doktornya di London dan berkutat dalam keseharian sebagai penerus perusahaan milik kakeknya, Riezky Syah. Didahului oleh salah satu adik kembar ke pelaminan, Arthur membuat ibunya k...