16|Fried Chicken

20K 2.3K 73
                                    

"In the cracks of light I dreamed of you,
it was real enough to get me through."

evermore - Taylor Swift ft. Bon Iver

Arthur tidak tahu apa yang terjadi di hadapannya sekarang, meski bukan benar-benar di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arthur tidak tahu apa yang terjadi di hadapannya sekarang, meski bukan benar-benar di hadapannya. Tetapi, suara pertengkaran Dena dan Hana di dapur terdengar hingga pekarangan, bisa dibilang, membuat Arthur merasa sedikit tidak nyaman bahkan untuk mengucapkan salam sebagai tanda kedatangannya. Ia tidak pernah bertengkar begitu intens dengan mamanya seperti yang dilakukan oleh Hana sekarang.

"Dia masih Ayah kamu, Hana!"

Terdengar derap langkah Hana terburu-buru menuju pintu depan yang terbuka, "Ibu bilang itu lagi sama Hana, Hana gak akan minta restu dia sama se—Arthur ...."

Hana sudah tampak rapi dengan kemeja tanpa lengan berwarna dongker, celana jin senada, dan jaket bomber berwarna abu-abu. Terlihat manis karena seringnya Arthur melihat Hana di kantor dengan setelah profesional. Menggelengkan kepalanya sebelum berpikir yang tidak-tidak, Arthur mengucapkan salam yang kemudian dijawab oleh Hana setelah rasa kaget reda.

"Udah dari tadi?" tanya Hana. Gadis itu sedikit menunduk untuk menaruh sepatu Keds yang dipegangnya di lantai samping kosen pintu.

"Beberapa menit, tadi mau masuk gak enak," jawab Arthur jujur dan dihadiahi senyum canggung dari Hana. Tak lama Dena muncul dengan bibir yang terbuka lebar, sepertinya akan mengatakan sesuatu jika tidak melihat Arthur mengangguk dan tersenyum padanya.

Arthur salam untuk pamit dan Dena meminta untuk menunggu sebelum berjalan kembali ke dapur. Sekembalinya, Dena menyerahkan satu kantung plastik besar berisi kotak makan untuk piknik dan cemilan lainnya. "Nitip ini untuk ayahnya Hana, ya."

Pria itu mendengar cukup jelas decakan lidah Hana, tapi ketika berbalik, Hana sudah berada tepat di belakangnya untuk bersalaman dengan Dena, mengucapkan salam, dan melesat keluar rumah kurang dari sepuluh detik. Cukup membuat Arthur tercengang.

Ketika berpamitan pada Dena, wajahnya terlihat khawatir dan Arthur merasa wajib untuk bertanya, "Kenapa, Bu?"

"Ibu khawatir, setiap di rumah ada pembicaraan yang mengarah ke Ayah Hana, anak itu jadi ... emosi. Ibu tahu Arthur akan di sana untuk jagain Hana, jadi Ibu minta tolong, jaga Hana dari kata-kata yang akan buat dia menyesal nantinya." Arthur mengangguk, menyanggupi untuk menjaga Hana dari dirinya sendiri.

Arthur menyusul Hana yang sudah berdiri di samping mobil dengan mata yang terpaku pada layar ponsel. Pria itu menghela napas perlahan sembari membuka bagasi dan memasukkan kantung plastik tadi ke dalamnya kemudian memanggil nama tunangannya, tapi yang dilakukan Hana hanya berkata, "Tunggu, ada shiny Magikarp."

Dengan tawa kecil, Arthur menghampiri Hana lalu membukakan pintu mobil agar Hana bisa masuk tanpa melepaskan tangannya dari ponsel. "Makasih, Arthur." Hana mencium pipi Arthur singkat sebelum masuk ke dalam mobil. Pria itu hanya mengembuskan napas dan menggeleng-gelengkan kepala dengan sikap Hana. Padahal baru beberapa hari lalu gadis di depannya bersikap malu-malu saat Arthur mencium pipinya di rumah sakit, sekarang gadis itu mengecup pipinya seakan itu bukan hal besar.

Jam Tangan Milik Arthur ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang