"When did all our lessons start to look like weapons pointed at my deepest hurt?"
happiness - Taylor Swift
Perkataan Arthur ternyata benar, restoran yang menggelar promo untuk set burgernya itu penuh sesak dengan antrean panjang. Arthur tertawa renyah ketika melihat wajah Hana yang terlihat sebal dengan kerumunan di hadapannya.
"Jadi, mau makan di mana?"
Hana berpikir sejenak, seingatnya dia tidak menemukan promo di tempat lain hari itu. Lidah Hana terasa gatal ingin memarahi Arthur yang tidak berhenti terkekeh. "Ayam crispy pinggir jalan aja, kita makan di apartemen kamu."
"Hana, dari apartemenku ke kantor Gemma bolak-balik, itu satu jam."
Hana yang sudah kesal, kemudian membalas pertanyaan Arthur dengan sarkastik hanya untuk dijawab seperti perkataannya terdengar bodoh membuat gadis itu semakin gondok. Dia ingin mengantarkan semua saja terlebih dulu, tapi mengingat Arthur yang mengidap sakit mag tidak memungkinkan untuk melewati makan siang.
Mau tidak mau, akhirnya Hana menyetujui restoran yang diinginkan Arthur. Makanan dari restoran yang menyediakan hidangan Cina itu terlihat enak, tapi Hana tidak benar tahu menu di sana mempercayakan Arthur memesan untuk mereka berdua. Sembari menunggu makanan datang, Hana menyelidik Arthur yang sepertinya juga sedang menyelidiki sesuatu di wajah Hana. Gadis itu memikirkan bagaimana Arthur akan menghadapi Vian jika bertemu di kantor lama Hana dulu. Terakhir kali bertemu, Arthur cukup tenang dan tidak mengatakan apa pun yang kelewat batas. Hanya saja, dia tidak tahu apa yang akan dilakukan Vian jika datang ke pernikahan mereka dan itu membuat Hana waswas.
"Aku takut kalau kerut dahi kamu sedalam itu, nanti gak balik lagi," gurau Arthur. Candaan itu cukup lucu bagi Hana, normalnya dia akan tertawa jika pikirannya tidak sedang diganggu hal lain. "Kamu yakin gak apa-apa Vian dateng ke resepsi?"
Setelah pertanyaan itu terucap, senyum di bibir Arthur menghilang. "Kayaknya bukan aku yang harus kamu tanyain pertanyaan itu."
Hana menatap Arthur bingung, tidak mengerti maksud dari perkataan tunangannya itu. Arthur menghela napas lalu menjelaskan, "Aku pikir kamu cuma mau jadiin aku alasan untuk kamu gak undang Vian."
Ketika realita disajikan di hadapannya, Hana secara tidak sadar mengalihkan pandangan dan meminta maaf. Satu kalimat yang diucapkan Arthur cukup membuat Hana merasa bersalah. Apakah Hana belum berdamai dengan perasaannya untuk Vian, Hana tidak benar-benar tahu. Alasan Hana tidak ingin Vian ada di pernikahannya tidak bisa dia rasionalisasikan demi Arthur ketika Arthur sendiri baik-baik saja mengetahui Vian kemungkinan besar akan hadir sebagai tamu. Karena, apa pun alasannya, memperalat Arthur untuk agenda pribadi Hana rasanya jahat sekali.
"Kamu gak perlu cari jawabannya sekarang. Kita sebentar lagi akan ketemu Vian dan mungkin dapat jawabannya di sana," Arthur mencoba menenangkan dan tersenyum kecil meski tidak mencapai matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jam Tangan Milik Arthur ✔
RomanceSemenjak kematian sang ayah tahun lalu, Arthur meninggalkan sekolah doktornya di London dan berkutat dalam keseharian sebagai penerus perusahaan milik kakeknya, Riezky Syah. Didahului oleh salah satu adik kembar ke pelaminan, Arthur membuat ibunya k...