23|Ponsel

16.2K 1.9K 50
                                    

"What can I give that is all for you? My heart's no good 'cause it's split in two.
What can I give that is all for you? These arms are all I have."

Arms - The Paper Kites

"Kamu lagi mikirin apa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu lagi mikirin apa?"

Pertanyaan Arthur membuyarkan lamunan Hana, agak menyebalkan karena terkadang Hana kehilangan konsentrasinya dan melupakan ide yang sedikit lagi akan diperolehnya. "Lagi ngelamun aja."

Setelah itu, Hana menenggelamkan setengah kentang goreng ke dalam kolam saus tomat yang dibuatnya dan menatap ke luar jendela sebelum kembali melamun. Hana harus kembali menyusuri jalan pikiran yang membuatnya berada di titik itu, hal yang cukup menyebalkan bagi Hana. Rintik hujan hinggap satu per satu di jendela yang Hana tatap. Arthur memintanya makan siang bersama hari ini, Hana kira ada yang ingin Arthur bicarakan, tetapi mereka hanya berakhir dengan Hana yang melamun dan Arthur yang menatap Hana selagi gadis itu melamun.

"Kamu masih marah soal kejadian di rumah sakit minggu lalu?" tanya Arthur lagi, cukup membuat Hana mengeraskan rahang. Hana memang masih kesal pada dirinya sendiri karena cemburu akan hal itu. Tapi, jika Arthur tidak mengungkitnya lagi, Hana akan bersikap seperti biasa.

"Aku lagi mikir, kalau nanti aku kasih nama anak kita Science, apa sewaktu dibagi rapor kita dipanggil mother and father of Science," Hana berseloroh, tidak sepenuhnya jujur karena bukan hanya itu yang dipikirkannya. Ketika Hana menatap Arthur, pria itu hanya tersenyum kecil, tidak tertawa seperti yang diinginkannya. "Kalau sekarang kita yang nunggu makanan, harusnya kita yang disebut waiter."

Lagi, Arthur hanya tersenyum simpul mendengarkan Hana, jadi Hana melanjutkan, "Kalau kamu ganti nama jadi God—"

"Hana ...." Arthur menyebut namanya dengan nada peringatan agar Hana tidak melanjutkan kalimatnya. Hana tahu candaannya kelewatan, tapi Arthur ingin membicarakan perasaan pasif gadis itu membuatnya jengkel. Meski sebenarnya Hana tahu, Arthur hanya ingin membicarakan ini agar tidak ada pikiran yang Hana pupuk sendiri dan meledak suatu saat nanti. Setelah membicarakan alasan sebenarnya Hana tidak mengambil kesempatan untuk melanjutkan studi beberapa hari lalu, Arthur berubah menjadi protektif untuk hal yang ingin Hana tinggalkan di pojok ruang lingkup hidup gadis itu—perasaannya sendiri.

Mengapit tulang hidung dengan ibu jari dan telunjuk kanannya, Hana menjelaskan sesingkat mungkin sambil memejamkan mata, "Aku kesal sama diriku sendiri karena aku tetap cemburu meski aku tahu alasan kamu peluk Gendhis sore itu untuk nenangin dia. Tapi, aku ngerasa kamu gak harus sampai meluk Gendhis ketika kamu tahu paginya aku baru saja ngalamin anxiety episode."

Arthur tidak mengucapkan apa pun. Ketika mata Hana kembali menatap Arthur, tangan pria di hadapan Hana menggapai miliknya yang berada di meja, lalu mencium cincin yang tersemat di sana, dan tidak ada yang terjadi selain giliran Arthur memandangi jendela.

Jam Tangan Milik Arthur ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang