"RAGA! MUKA LO MIRIP KECOA!"
_______________________________________
Bagaimana jadinya jika dua orang yang saling tidak mengenal, bahkan untuk bertegur sapa pun tidak pernah mereka lakukan. Namun, malah terikat sebuah hubungan yang sangat sakral.
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
S
etelah melakukan makan malam bersama, kedua pengantin yang baru saja melaksanakan pernikahan beberapa jam yang lalu, kini tengah duduk di tepi kasur milik Ayna.
Keadaan kamar Ayna saat ini diselimuti oleh kecanggungan.
"Diem diem bae," ujar Ayna berusaha untuk mencairkan suasana.
"Ngopi ngapa ngopi."
Bukannya menanggapi Ayna yang tengah berusaha mencairkan suasana. Raga hanya melirik gadis itu sekilas, kemudian mengalihkan kembali pandangannya. Raga benar-benar menghancurkan ekspetasi Ayna.
"Ga, ngomong dong jangan diem aja," sebal Ayna.
"Hmm."
"Gagu lo? Dari tadi ham hem ham hem mulu."
"Ga raga, Garaga," panggil Ayna berusaha mengajak Raga berbicara.
"Lo pikir gue ular?"
"Lagian lo diem aja, dari tadi. Kesel gue sama lo."
"Tidur," ujar Raga sembari pindah di sebelah kanan ranjang Ayna untuk membaringkan tubuhnya.
"Tidur? Kita tidur satu ranjang Ga?"
"Menurut lo?"
"Enggak mau Raga, mending lo tidur di sofa aja," tolak Ayna dengan cengirannya.
"Kenapa gak lo aja?"
Ayna tertawa mendengar pertanyaan Raga, "Tidak bisa dong, ini kamar gue, gue yang berkuasa. Lo tamu, gak usah sok keras," ujarnya penuh kemenangan.
"Tamu adalah raja." Dengan sekejap Ayna merubah raut wajahnya.
"Ya, ya, ya gak mau tau, pokoknya gue di kasur!"
"Bodo" ketus Raga tak mengindahkan Ayna.
"Dih ketus amat lo jawabnya!"
"Bacot Ay," sebal Raga karena sedari tadi Ayna terus mengoceh tanpa henti.
"Lo-"
"Diem dan tidur!" potong Raga
Ayna berdecak tidak terima, ketika Raga membaringkan tubuhnya di kasur kesayangannya. "Ngapain lo! Oh my God?" pekiknya.
"Berak," jawab Raga dengan tubuh yang membelakangi Ayna.
"Gak usah banyak omong, tidur tinggal tidur, banyak tingkah!"
Dengan ogah-ogahan, Ayna membaringkan tubuhnya di sebelah Raga, dan mencoba untuk memejamkan matanya tanpa memikirkan seseorang yang tengah berbaring di sebelahnya.
Satu jam telah berlalu, namun mata Ayna sepertinya enggan untuk terpejam. Ayna mengubah posisinya menjadi berbaring, memandang langit-langit kamarnya yang dihiasi oleh bintang-bintang.
