Chapter 3: Our real meeting

24.4K 1.4K 3
                                    

Wah, aku berterima kasih bagi yang udh vote buat cerita ini. Mkasih banget. Aku harap bagi yang suka cerita ini di vote ya biar makin semangat saya nulisnya :D
Okeh ini chapter 3, maaf kl masih amatir bgt
-------------------------

Mikel POV

Sesudah makan siang aku benar-benar senang. Bagaimana tidak, gadisku datang ke kantorku dan aku mendapat kesempatan untuk mengikuti dan mencaru tau tentang dirinya lewat anak buahku. Aku duduk di kursi kerjaku di ruanganku. Aku tak henti-hentinya tersenyum. Aku mengulang kejadian tadi. Wajahnya yang berkerut yang membuatku gemas. Tatapannya yang bingung sampai ekspresi kagetnya. Aku tertawa mengingatnya. Gadisku memang menggemaskan dan lucu sekali. Aku jadi ingin terus ada di sampingnya dan menatap wajahnya yang lucu itu.

Lamunanku buyar ketika seseorang membuka pintu ruangan kerjaku. Seorang wanita paruh baya yang terlihat cantik walau sudah ada guratan karna umurnya yang menua. Dia tersenyum kearahku. " hello my son," Yup. Dia momku. Quela Lattia Walbert namanya

" hai mom," aku berdiri dan memeluk momku ini. Tingginya hanya sebahuku. Jadi aku harus menunduk untuk melihatnya.

" mike, antar mom ke dokter ya" kata momku sambil tersenyum padaku. Mike adalah panggilan sayang dari orang- orang paling dekat denganku.

Aku menatap momku dari atas sampai kaki " mom sakit ?? Sakit di mana ???" Aku panik tau orang yang aku sayangi sakit.

"Mom kemarin merasa dada mom sakit. Jadi mom ingin memeriksakannya hari ini sekalian mengetest sendiri dokter itu untuk daddymu. Kau kan tau daddy punya penyakit jantung." Momku memang orangnya sangat perhatian dan sangat sayang pada keluarga.

Aku menghela napas " aku antar mom. Tapi kenapa tidak memanggil dokter Dre saja mom ??" Aku heran sudah punya dokter pribadi kenapa masih ke rumah sakit ?

" teman mom bilang kalo ada dokter jantung bagus di Rumah sakit tempat biasa dia check up." Momku terlihat ceria sekali saat mengatakannya.

"Baiklah. Kapan mom akan ke sana ?"

" hari ini jam 3 sore." Aku nelirik jam tanganku. Ini sudah jam 2 lebih.

" kita kesana sekarang aja mom. Udh jam 2 lebih soalnya."

" okeh" momku langsung membawa tasnya dan menungguku di depan pintu. Sementara aku, segera mengambil tab, handphone, dan kunci mobilku. Aku menghampiri momku yang sudah menungguku di depan pintu. Aku menggandengnya dan kami berjalan menuju lift. Sesampainya di basement aku menghampiri mobilku dan membukakan pintu penumpang untuk momku. Setelah momku masuk aku berjalan memutari mobil dan segera masuk

Aku mememacu mobil dengan kecepatan normal. Aku menyetir dengan keadaan sunyi. Hingga momku membuka pembicaraan. " mike, kapan kamu akan menikah ? Mom ingin segera mengendong cucu lagi"

Aku memutar bola mataku dengan malas. Aku benci topik ini. " mom aku baru berumur 28 tahun. Bahkan belum berkepala 3. Aku masih punya banyak waktu."

" tapi mom ingin segera punya cucu lagi" aku mendengar mom merengek seperti anak kecil. " pokoknya mom tidak mau tau. Kamu harus bawa pacarmu kepada mom dan daddy akhir minggu ini."

"Apa ?? Mom aku tidak mungkin menemukan yang sesuai hanya dalam waktu 5 hari." Aku menoleh menatap momku. Gila aku disuruh membawa pacarku kepada mom dan daddyku padahal sampai sekarang aku tidak punya pacar. Setidaknya belum, karna aku pastikan gadisku itu akan jadi milikku. Segera.

"Lagipula momkan sudah punya cucu 1, Jannie, kenapa masih saja menyuruhku untuk segera menikah sih ??" Tambahku

" mom ingin mengendong bayi lagi mike. Lagian Jannie kan ikut kakakmu dan suaminya di Jerman." Aku menghela napas. Jannie adalah keponakanku , anak dari kakak perempuanku Emily dan suaminya Jack. Mereka menikah dan tinggal di Jerman, negara asal suami kakakku.

Tak terasa kami sudah sampai di rumah sakit yang mom sebutkan. Aku memarkirkan mobil dan kami segera turun. Kami masuk dan berjalan ke meja receptionis.

"Permisi. Ada yang bisa saya bantu ??" Aku melihat suster yang duduk di balik meja. Aster. Namanya yang menarik pikirku. Tapi lebih menarik gadisku itu. Ah. Stop. Sudah berapa kali aku mengatakan hal itu dalam pikiranku.

"Mike ? Ayo kita duduk" Aku tersadar dari lamunanku karna tangan momku yang tiba-tiba menyentuh tanganku.

"O-oke." Aku berjalan berdampingan dengan mom dan duduk di ruang tunggu. Aku membuka tabku dan melihat perkembangan perusahaan.

"Mrs. Walbert silahkan masuk. Sudah ditunggu dokter Anna." Seorang suster memanggil momku. Kami berjalan ke arah sebuah pintu putih bertuliskan 'dr.Anna Milaz sp. Jp'. Pasti ibu-ibu tua yang jelek. Secara temen mom yang merekomendasikannya. Kalo bagus biasanya udh tuakan ? Aku bertanya-tanya dalam hatiku.

Momku masuk terlebih dahulu dan aku berjalan di belakangnya. " selamat sore dokter" aku mendengar momku menyapa dokter itu.

" selamat sore... mrs.. Walbert" kudengar balasan dari dokter itu. Suaranya seperti masih muda. Aku menutup pintu dan fokus menatap sang dokter. Mataku terbelak kaget. Begitu juga dokter itu.

"Kamu ?!" Teriak kami bersamaan. Momku memandang kami berdua bergantian. Beliau terlihat bingung.

" maafkan saya mrs. Walbert. Silahkan duduk. Silahkan Mr. Walbert." Dokter itu mempersilahkan kami untuk duduk.

Aku duduk sambil terus menatap dokter di depanku ini. 'Dia dokter ?' Teriakku dalam hati. Yup. Gadisku. Yang memenuhi dan mengacaukan pikiranku seharian ini, dan sekarang. Dia duduk dihadapanku sebagai dokter momku.

-------

Vote and comment yaa :D

Now You're MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang