Anna POv
"Mike kita akan kemana ? Ini bukan jalan menuju rumah sakit Mike." keluhku.
"Kita memang tidak akan ke rumah sakit kok." balasnya santai tanpa memalingkan wajahnya kearahku
"Mike kau tidak bisa seenaknya. Aku harus bekerja. Berbalik arah sekarang, aku harus kembali bekerja."
"itu tidak perlu Anna, sehabis ini kau tidak ada jadwal untuk operasi ataupun jadwal kunjungan pasien. Lagipula dokter spesialis jantung tidak hanya kau saja kan ?" tanya Mike padaku.
"Memang tidak hanya aku saja. Tapi tetap saja. Aku tidak bisa meninggalkan rumah sakit begitu saja."
"Aku sudah meminta izin pada pihak rumah sakit kok." kata Mike dengan tenang.
"Ta-"
"Sudahlah Anna. Aku ingin membawamu menemui seseorang. Lebih baik sekarang kau tidur saja. Perjalanan kita akan lumayan jauh." ucapnya sambil menatap ku dan tersenyum.
Aku terdiam melihat senyumannya. Sungguh walaupun aku kecewa padanya, tapi tidak bisa kupungkiri saat melihat senyumannya aku selalu merasa bergetar. Jantungku juga seakan sedang dipompa dengan keras.
Mike kembali memalingkan wajahku kearah jalan dan dia terlihat fokus mengendari mobilku. Aku mengamati jalan yang kami lewati. Aku memikirkan hubunganku dengan Mike saat ini. Mike akan segera menikah, tapi dia tetap ingin bersamaku. Kira-kira bagaimana reaksi orang tua Mike saat tau hal ini. Akankah mereka mengecapku sebagai wanita tidak tau diri yang mengejar calon suami orang ? Aku rasa tidak, malah sepertinya Sabrina yang akan berfikir seperti itu.
'itu artinya, kau masih mencintainya Anna ?' tanya hatiku.
Ya.
'Tidakkah kau kecewa dengan tindakkannya yang mencampakkanmu ?' tanya hatiku lagi.
Aku memang kecewa, tapi pasti selalu ada kesempatan kedua kan ?
'Tapi kau akan menyakiti hati wanita lain Anna'
Memang, tapi aku harus bagaimana, disatu sisi aku sangat mengharapkannya, disisi lain aku tidak ingin dia menyakiti wanita lain.
Aku menghembuskan nafasku perlahan. Berdebat dengan pikiran dan hati itu sangatlah susah. Kepalaku berdenyut memikirkannya dan hatiku serasa diremas-remas. Sepertinya ini bentuk protes pikiran dan hatiku. Aku ingin menangis karna hal yang membingungkan ini. Aku berusaha mengosongkan pikiranku, tapi efeknya aku malah merasa sangat mengantuk. Mataku sudah setengah menutup, aku berusaha membuka mataku agar tetap terjaga tapi sebuah tangan menutup mataku dan aku tenggelam dalam mimpi.
-
Aku merasakan seluruh wajahku di kecupi. Aku memalingkan wajahku dan kembali tidur. Tetapi ciuman-ciuman itu kembali kurasakan di seluruh wajahku. Aku menggeram karna jengkel tidurku diganggu. Lalu aku merasakan kecupan lama di kedua mataku yang tertutup seolah menyuruhku untuk bangun. Perlahan aku membuka mataku dan melihat orang yang menganggu tidurku.
"Selamat pagi putri tidurku."
Aku berhasil menyesuaikan penglihatanku, aku menatap si pemilik suara tadi.
"Mike ?" tanyaku dengan suara serak. Aku mengedarkan pendanganku kesekitarku. Aku berada disebuah kamar. Dari jendela bisa kulihat kalau sekarang sudah sore. Sedetik kemudian aku sadar dan segera melihat ke dalam selimut yang sedang menyelimutiku. Aku mendesah perlahan mengetahui aku masih mengenakan bajuku. Aku kembali menatap Mike yang melihatku seperti anak kecil.
"Ini dimana Mike ?" tanyaku.
"Rumahku dan kau berada di kamarku" jawabnya santai.
"Rumahmu ?" tanyaku bingung.