Chapter 4: The Deal

24.7K 1.2K 9
                                    

Anna POV

Mimpi buruk apa aku semalam. Lagi-lagi aku ketemu pria itu. Sekarang aku ingat. Dia pria yang sama yang aku temui di club malam itu dan juga pria yang sama yang menatapku di gedung kantor Amber tadi siang. Dia penguntit atau gimana sih ? Mana kali ini sama mamahnya lagi. Oke Anna stay cool ingat kami sedang melayani pasienmu ucapku dalam hati. Aku memperilahkan mereka duduk.

Aku mulai menanyakan beberapa hal tentang sakit yang dirasakan oleh mrs. Walbert ini. Setelah beberapa pertanyaan dijawabnya aku simpulkan bahwa wanita paruh baya ini memiliki penyakit jantung.

" dokter. Jadi bagaimana keadaan momku ?" Akhirnya dia bicara juga batinku. Aku melihat pria itu, Mikel, ya itu dia namanya sekarang aku ingat.

"Mrs. Walbert sepertinya mengalami serangan jantung beberapa kali." Jelasku sambil menulisnya di kartu pasien

" serangan jantung ??!" Aku mendengar suara Mikel meninggi. Aku menatapnya kaget, Mikel terlihat menatap ibunya dengan tatapan kaget. " jadi apa yang dokter sarankan ?" Tambahnya.

" saran saya. Sebaiknya ibu menjalani tes seperti EKG dan beberapa tes darah." Jawabku

"Apa harus dirumah sakit ini dok ?" Tanya Mrs. Walbert.

" tidak kok. Anda bisa menjalani tesnya di manapun asalkan ada tempat itu memberikan jasa tes EKG dan beberapa tes darah lainnya. Saya akan tuliskan tes yang perlu di lakukan. Jadi anda tinggal memberikannya saja pada petugasnya." Aku segera menuliskan di kertas rekomendasi tes.

Selesai menulis rekomendasi tes. Aku juga menuliskan beberapa resep obat bila serangan jantung terjadi tiba-tiba dan segera aku serahkannya kepasa mrs. Walbert.  " ini saya tuliskan resep obat bila anda serangan jantung mendadak. Tapi saya harap itu tidak terjadi"

"Dokter begini, suami saya kebetulan juga punya penyakit jantung."  Aku menatap Mrs. Walbert kaget. "Anaknya kemungkinan bakal punya penyakit jantung juga nih. Kecuali kalo dia jaga pola makan yang sehat" batinku.

"Bisa aku minta dokter untuk menjadi dokter jantung suamiku ???" Tambahnya. Aku hanya menatapnya kaget.

" te-ntu" aku menjawab terbatah batah karna masih kaget.

"Saya boleh minta nomer telponnya ??? Supaya bisa saya hubungi jika darurat ?" Tanya mrs.Walbert.

Aku berpikir sebentar. Aku kebetulan juga punya jam jaga malam di rumah sakit ini. Aku membantu di UGD saat malam di hari-hari tertentu. "Baiklah, tapi sebelumnya maafkan saya mrs. Walbert karena saya juga ada kesibukkan lainnya. Jadi saya hanya takut bila tidak bisa datang" jelasku.

" itu bukan masalah dok. Saya ingin dokter untuk memeriksa suami saya setiap minggunya. Bisa ??" Aku dapat melihat tatapan memohon di mata mrs. Walbert.

Oke aku luluh. Aku tak pernah tega jika sudah melihat wajah memohon seperti itu. "Baiklah. Saya hanya bisa dihari minggu pagi sekitar pukul 10"

" oke kalo begitu. Saya permisi dulu dok. Terima kasih." Ucap Mrs. Walbert lalu berdiri. Aku ikut berdiri untuk mempersilahkan Mrs. Walbert dan anaknya Mikel untuk keluar dari ruanganku. Tapi aku mendengar Mikel berkata pada ibunya " mom duluan aja. Aku ada urusan sebentar." Mrs. Walbert mengangguk dan segera keluar.

Mataku terbelak menyadari kalau Mikel tidak keluar melainkan masih di ruanganku.

" hallo nona." Dia menatapku dengan tatapan yang sulit aku cerna. " atau harus aku panggil dokter Anna ?"

Aku hanya bisa terdiam menatapnya.

" well, ini sebuah kejutan besar. Aku tak menyangka kau adalah dokter. Tapi ini juga menjadi keuntungan bagiku." Aku melihat dia menyelipkan kedua tangannya ke kantong.

"Apa maumu ?" Aku merasakan jantungku berdebar kencang.

" aku sudah bilang padamu dokter. Aku. Mau. Kau." Dia mengatakan hal itu sambil memutari meja kerjaku.

" kau gila ?! Sebaiknya sekarang kau keluar dari ruanganku." Aku mendorong tubuhnya kearah pintu keluar. Tapi sebelum mencapai pintu. Kedua tanganku dipegang olehnya dan dia menarikku ke dalam pelukkannya.

Aku hanya bisa terdiam ketika dia memelukku. Aku masih terlalu shock untuk melawan.

" kau benar dokter. Aku gila, tapi karna kau. Bayangan wajahmu berputar setiap saat di kepalaku." Dia berbisik di dekat telingaku.

Aku sadar dan mulai menberontak. Tak aku merasakan setiap aku memberontak dekapannya semakin erat. Aku menyerah. Aku merasakan diriku kelelahan.

"Begini lebih baik. Jangan memberontak sayang." Tunggu dulu. Dia bilang apa ? Sayang ? Aku rasa dia harus diperiksa dokter kejiwaan. "Jangan kau memberontak seperti tadi lagi oke ? Kau dapat membangunkan adikku di bawah sana." Oke satu lagi yang aku tau darinya. Dia. Mesum.

" bisa kau lepaskan aku sekarang ?" Aku benar-benar ingin melepaskannya. Dia terlalu erat memelukku.

"Sebentar lagi. Aku ingin mengisi ulang bateraiku yang habis. Baumu benar-benar membuatku nyaman. Ingin aku setiap hari memelukmu seperti ini." Dia semakin erat memelukku. Aku bisa merasakan dia sedikit menunduk ketika memelukku.

Aku merasakan sesuatu hal yang aneh ketika dia memelukku. Aku merasakan rasa nyaman dan hangat menghampiriku. Akhirnya aku memejamkan mataku dan menikmati pelukkannya. Benar-benar nyaman.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuatku kaget. Aku mendorong tubuh Mikel dengan keras.  Aku melihat dia kaget dengan kelakuanku. Aku membalik tubuhku menghadap ke pintu.

" masuk." Aku menyahuti ketukan tadi

Pintu ruanganku terbukan ada seorang suter terliha " maaf dokter Anna. Ada pasien yang sedang menuju ke sini kira- kira 5 menit lagi sampai." suster itu hanya berdiri di depan pintu.

" baik aku segera ke ruang UGD." Balasku. Lalu pintu ruanganku ditutupnya kembali. Aku menatap kearah Mikel yang hanya terpaku menatapku.

" apa ? Sebaiknya kau segera pergi sekarang. Pergilah." Aku menatapnya dengan tajam.

" baik aku pergi. Tapi ada syaratnya." Dia mengucapkannya sambil melipat kedua tangannya didepan dadanya.

Aku menghela napasku. Rasanya susah sekali mengusir orang ini. " syarat apa ?" Jawabku malas.

" kau harus mengikuti keinginanku selama satu bulan ini." Aku melotot mendengar ucapannya.

" kau gila ?!! Aku tidak mau !" Seruku. Bagaimana aku bisa mengikuti keinginannya selama sebulan? Dia gila!

" kalao begitu aku tidak akan keluar dari ruangan ini" dia duduk santai diatas kasur periksaku. Dia seperti anak kecil batinku.

Aku menghela napas lagi. " baiklah. Tapi no sex. Aku akan mengikuti keinginanmu tapi tidak dengan sex." Aku tidak mungkin menyerahkannya begitu saja kan mahkota yang aku sangat jaga itu.

Aku melihat dia tersenyum puas " deal ?" Dia mengulurkan tangannya di hadapanku. Aku hanya menyambutnya dan mengangguk.

" oke. Aku sekarang keinginanku yang pertama. Aku ingin kau pulang bersamaku nanti." Dia kembali melipat tangannya di depan dada.

" apa ? Tapi aku bawa mobil ?" Aku tidak mungkin meninggalkan mobilku kan di rumahs sakit ini.

"Tinggalkan saja sayang. Besok pagi aku akan jemput kamu di apartmen kamu. Sekarang aku pergi dulu. Nanti kita ketemu lagi." Di mengecup ujung bibirku sekilas. Lalu keluar dari ruanganku.

Aku hanya terdiam melihat kelakuannya.
Kuatkan aku sebulan mengikuti keinginannya ?

Now You're MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang