Chapter 2: Our Second Meeting

29.2K 1.4K 13
                                    

Anna POV

kriingg kringg

Aku terbangun karna alarm sialan yang memang sengaja aku pasang beruntut agar aku dapat bangun pagi. Aku memang tidak bisa bangun pagi sejak dulu. Dengan malas tanganku meronggoh jam alarm di meja kecil dekat kasurku. Aku bangun dan masih di atas kasur aku duduk mengumpulkan nyawa yang masih berterbangan kemana-mana. Setelah kurasa cukup sadar aku bangun dan memutuskan untuk mandi. Aku menyalakan lampu dan berjalan ke walking closetku. Mengambil handuk dan menguncir rambutku. Ketika sampai di depan pintu kamar mandi yang berada di sebelah walking closetku. Aku berhenti. "Hatchi.. hatchi.. hatchi... "

Aku mengusap hidungku. Oke sudah 3 kali batinku. Bersin yang menjadi suatu rutinitas setiap aku bangun tidur dan akan tidur. Jujur ini menyiksa. Dulu kecil aku bahkan pernah sampai 12 kali sekali bersih hingga hidungku sakit. Baiklah saatnya mandi.

Air hangat mengalir di tubuhku. Hangat. Setelah selesai aku segera mengeringkan tubuhku dan mengenakan pakaianku di walking closet dekat kamar mandi. Hari ini aku memilih mengenakan celana panjang slim berwarna hitam dan blouse model kimono sleeve tee berwarna putih. Tak lupa aku mengosok gigi dan menyisir rambut coklat panjang sedadaku ini. Aku mengikat rambutku menjadi satu di belakang. Puas dengan tampilanku. Aku segera beranjak ke arah tempat sepatu. Setelah menimbang-nimbang, pilihanku jatuh pada wedges slingback  berwarna hitam dengan tinggi 3 cm. Aku merasa sudah tinggi jadi aku rasa tidak perlu pakai heels yang terlalu tinggi.

Aku keluar dari walking closetku dan berjalan ke meja kerjaku. Memasukkan beberapa kertas dan handphone serta dompet ke dalam tas tanganku. Aku melirik jam di tanganku. Masih pukul 5 lebih. Aku masih bisa sarapan. Aku berjalan keluar dari kamar menuju dapur.

Apartmenku memang tidak besar tapi terasa nyaman. Disini hanya ada dapur, ruang tengah yang berisi tv, 2 kamar tidur dan 1 kamar mandi di kamarku. Untuk warna apartmen, aku memilih warna natural seperti putih, coklat, dan hitam.

Untuk sarapan hari ini aku memilih membuat roti bakar dan salad. Tidak ketinggalan segelas susu coklat. Aku terbiasa untuk membuat sarapan sendiri. Karna memang dari kecil aku sering di tinggal ibuku. Dan ketika remaja ibuku tinggal di Bali sementara aku tetap di kota asalku Semarang. Lalu ketika kuliah aku memutuskan untuk mengambil ilmu kedokteran di luar negeri. Jepang jadi tujuanku. 6 tahun aku menuntut ilmu di negara sakura itu. Lalu sekarang aku telah menjadi dokter spesialis jantung di salah satu rumah sakit besar di New York. 

Aku menyelesaikan makanku dengan cepat. Meletakkannya di cucian, dengan segera kusambar kunci mobilku dan segera berangkat.

Aku mengemudi dengan santai. Tiba-tiba bayangan kejadian tadi malam terulang.

"Aku. Mau. Kau. Nona" suara bass laki-laki yang aku ketahuin namanya adalah Mikel itu terngiang-ngiang kembali. Aku mengelengkan kepalaku.

"Aku rasa aku sudah gila memikirkan hal seperti itu. Lupakan dia Anna. Kau harus fokus" aku membisikkan hal itu pada diriku sendiri.

Sesampainya aku di rumah sakit tempatku bekerja. Aku memarkirkan mobilku di lobby. 'Khusus Dokter' tulisan itu terpapang jelas di daerah yang memang menjadi tempat parkir para dokter disini. Setelah memarkirkan mobilku aku turun sambil membawa tas tanganku. Aku tersenyum kepada setiap suster yang memberi salam kepadaku. Aku melangkah ke arah sebuah pintu putih bertuliskan "dr. Anna Milaz Sp.JP". Aku memasuki ruangan kerjaku. Dan segera bersiap untuk kedatangan pasien hari ini.

***

Aku merenggangkan otot tubuhku. Hari aku merasa lelah karena harus berjalan kesana kemari mengecheck keadaan pasienku yang rawat inap. Aku melihat jam ditanganku. Sudah waktunya makan siang. Aku berdiri mengambil tas tanganku dan segera keluar. Sebelum pergi aku menghampiri meja receptionis. Aku hanya mengatakan kalau aku akan pergi untuk makan siang dan akan kembali kurang lebih 1 hingga 1 1/2 jam lagi. Perutku sudah memberontak minta diberi makan. Aku segera melajukan mobilku ke sebuah gedung perusahaan. Aku memarkirkan mobilku dan segera menelpon temanku. Amber Valter. Teman baikku. Kami bertemu secara tidak sengaja di sebuah cafe.

Ketika itu aku sedang duduk menikmati hot chocolateku dan dia duduk didepanku secara tiba-tiba. Rupanya dia tetangga apartmenku. Pantas rasanya tidak asing batinku waktu itu.

Aku memang sering menjemput Amber di perusahaannya ini. Entah aku lebih nyaman untuk menghampiri temanku ini. Aku menunggu Amber di lobby. Sekretaris di lobby itu sudah hafal denganku. Setelah sekretaris itu mengangguk ketika melihatku. Aku duduk menunggu di salah satu sofa di lobby ini. Aku menunggu sambil menbaca sebuah buku tentang kesehatan yang aku bawa. Aku merasakan seseorang menatapku. Aku mencari mata orang yang menatapku itu. Aku menemukannya. Dia seorang pria berjas hitam yang sedang duduk di sofa di lantai atas. Kami hanya terhalang kaca. Aku mendongak menatapnya. Dia menatapku intens. Aku hanya mengerutkan keningku. "Ngapain sih tu orang liat-liat?" Aku bertanya -tanya dalan hatiku.

"Woi!" Tepukkan tangan mendarat di pundakku dan menyadarkanku. Aku terlonjak kaget. Aku menatap pemilik tangan itu. Hah. Ternyata Amber.

" ngalamun aja. Sorry lama nunggunya. Aku ada urusan kecil." Amber menatapku dengan tatapan minta maaf.

" no problem. Jadi kita akan makan di mana ?" Aku berdiri dan mengajak Amber ke mobilku.

" aku denger ada cafe baru yang enak. Mau ? Deket sini sih gmn ??" Amber masih berdiri di depan pintu mobilku. Dia menunggu jawabanku.

" kayaknya enak. Aku mau deh. Ada hot chocolatenya kan ? Atau susu coklat ?" Aku memang suka chocolate dan susu.

" kamu itu yang di cari itu terus" aku mendengar Amber mendengus. Dan aku hanya tertawa. Sesampainya kami di cafe. Kami segera turun dan memesan makanan. Ketika menunggu aku jadi ingat pria yang td menatapku saat menunggu di  perusahaan tempat Amber bekerja. Aku merasa pernah melihat pria itu. Aku memikirkannya hingga suara pelayan mengagetkanku dan Amber tertawa terbahak-bahak. "Makanya jangan melamun terus"

Aku hanya memutar mataku dan memulai untuk makan. Kami makan sambil sesekali mengobrol.

Tak terasa waktu telah berlalu dengan cepat. Kami memutuskan untuk kembali. Aku mengantarkan Amber di kantornya dan aku kembali ke rumah sakit.

*****
Mikel POV

Gadis itu benar-benar mengisi penuh kepalaku. Semalam aku bahkan memimpikan dirinya. Dan pagi ini aku merasa tidak bisa konsen dengan semua pekerjaanku. Aku harus menemukan gadis itu dan menjadikannya milikku. Saat makan siang aku memutuskan untuk berjalan-jalan untuk mengalihkan pikiranku dari gadis berbahaya itu. Aku duduk di sofa di lantai 2. Dibawah lantai ini adalah lobby jadi aku bisa memperhatikkan orang-orang yang berlalu lalang di lobby kantor. Aku melihat karyawan-karyawanku berjalan pergi dari kantor. "Sudah saatnya makan siang rupanya" batinku.

Tatapanku terhenti. Aku melihat sosok gadis berjalan santai masuk ke lobby kantor. Aku memincingkan mataku dan menyakinkan bahwa gadis itu adalah gadis yang sama yang aku lihat kemarin malam. Aku melihat dia duduk santai di sofa yang ada di lobby. Ya itu gadisku. Gadis yang menyita pikiranku harian ini. Sedang apa dia disini ? Aku mengamati pakaiannya hari ini, blouse putih dan celana panjang hitam slim yang membungkus kaki jejangnya ditambah sepatu high heels dengan tinggi 3 cm, rambutnya dikuncir menjadi satu ke beakang. Aku mengamati gerak-geriknya dengan saksama, dia terlihat mulai membuka sebuah buku dari dalam tasnya. Lalu menunduk dan mulai membaca

Aku menatapnya lekat. Gadis itu menegakkan kepalanya dan terlihat

mencari-cari sesuatu. Menengok ke kanan lalu ke kiri ke depan lalu ke samping. Hingga tatapannya bertemu dengan tatapanku. Keyakinanku bertambah melihat wajahnya itu. Ah. Lihat wajah tidak sukanya itu. Benar-benar menggemaskan. Ditambah keningnya berkerut. Ingin rasanya aku mengusap kening berkerutnya hingga hilang.

Tatapannya terlepas dari tatapanku. Dia mengalihkan pandangannya dan menatap gadis berambut pirang yang menepuk pundaknya. Tak lama gadisku berdiri dan berjalan pergi. Tidak akan aku biarkan dia pergi begitu saja kali ini.

Aku mengeluarkan handphoneku dari saku. Mengetik nomor yang sudah aku hafal diluar kepala dan segera menelponnya. Tak berlangsung lama telponku di angkat. " aku ingin kau mencari tau soal gadis yang berjalan keluar dari lobby sekarang ini, dia mengendarai sedan putih dan mengenakan baju blouse putih. Letakkan hasilnya di mejaku besok pagi" aku menutup telponnya sebelum ada jawaban. Aku yakin orang suruhanku mengerti. Aku tersenyum puas.

Aku menatap kepergian gadisku. "Aku pastikan kau akan jadi milkkku."

-------

Alright ini chapter 2
Maaf kl ada kesalahan. Need comments and vote :D
-AP-

Now You're MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang