" 3 "
Tin...
Tin...
"Eomma, Appa! echan berangkat dulu ya, Kak Nana sudah jemput" ucap Haechan berpamitan pada kedua orang tuanya saat suara klakson mobil berbunyi di depan rumahnya.
"Dek, kakak gak di cium?" ucap Derry yang baru turun dari lantai atas menghentikan langkah Haechan.
"Dihhh najis" balas Haechan yang langsung keluar rumah tanpa perduli Derry yang sudah mengumpat padanya.
Haechan, berjalan mendekati mobil Jaemin yang tentunya sudah ada Jaemin di sana.
Ya, meski Jaemin sering membatalkan janji atau lupa akan janjinya, Jaemin masih bisa di bilang pacar romantis yang akan selalu mengantar jemput kekasihnya.
"Hai"
Senyum Haechan yang tadinya mengembang seketika luntur saat membuka pintu mobil Jaemin dan melihat sosok Renjun duduk di kursi yang biasa ia duduki.
"Maaf, Chan~aaa.... hari ini hari pertama Renujun masuk kampus, jadi dia tak tau jalan dan aku mengajaknya berangkat bersama tak apa kan?" ucap Jaemin keluar dari mobil.
Haechan, berusaha terlihat tak terjadi apa-apa dan kembali tersenyum sambil mengangguk "Uumm tak apa kak" ucap Haechan.
"Uumm... dan maaf apa kau bisa duduk di kursi belakang? soalnya Renjun tak suka duduk di belakang" ucap Jaemin lagi.
Dengan berat hati dan rasa cemburu, Haechan tetap berusaha tersenyum dan mengangguk mengiyakan ucapan Jaemin.
Haechan, menutup kembali pintu mobil itu dan menggeser sedikit tubuhnya ke arah pintu belakan.
"Berangkat sama aku aja" ucap Jeno yang tiba-tiba menarik paksa Haechan.
Jaemin, yang belum sempat masuk kedalam mobil, melihat kekasihnya di bawa paksa merasa tak terima dan menghentikan langkah Jeno.
"Berhenti" ucap Jaemin menghadang jalan Jeno.
"Minggir gak?"
"Gak!"
Haechan, yang tak mau ke adaan memburuk berusaha melerai keduanya dan mencoba melepas genggaman Jeno di tangannya.
"Dia pacarku dan aku berhak atas dirinya, Lepas" ucap Jaemin.
Jeno, tersenyum sinis ke arah Jaemin "Ck! pacar? mana ada seseorang menyuruh pacar sendiri duduk di jok belakang dan lebih memprioritaskan orang lain?" ucap Jeno.
"Jen, udah aku tak apa-apa duduk di belakang" ucap Haechan lirih.
"Kau dengar itu?" ucap Jaemin.
Jeno, menatap Haechan "Chan~aaa... apa kau tak ing-"
Haechan, membekap mulut Jeno membuat ucapan Jeno terhenti.
"Sueerrr aku gak apa-apa" ucap Haechan sambil menunjukkan jari V ke arah Jeno yang membuat Jeno tersenyum meski rasa khawatir lebih besar.
• • • • •
Selama perjalanan menuju kampus, Haechan hanya terdiam sambil menunduk dengan keringat yang membasahi dahinya.
"Chan~aaa kau tak apa?" tanya Jaemin sambil melirik Haechan dari kaca sepion.
"A-aku tak apa kak" jawab Haechan dan di angguki oleh Jaemin.
"Astaga! kak" teriak Renjun tiba-tiba.
"Kenapa Njun~aaa?" tanya Jaemin dengan tetap fokus pada jalan.
"Laptopku ketinggalan" ucap Renjun.
Jaemin, langsung menepikan mobilnya dan berhenti "kok bisa, coba cari lagi" ucap Jaemin.
Renjun, mulau mencari laptopnya di tas "gak ada kak" ucap Renjun.
"Kita balik kerumah dulu aja" ucap Jaemin.
"Tapi kak" ucap Haechan membuat Jaemin beralih menatap Haechan.
"Kelasku bentar lagi di mulai, kalau kita putar arah aku bisa terlambat" lanjut Haechan.
Mendengar itu, Jaemin beralih menatap Renjun yang sudah memasang raut sedih.
"Aku naik taxi aja kak pulang ke rumah, kakak dan Haechan bisa ke kampus duluan" ucap Renjun.
Jaemin, menahan lengan Renjun saat Renjun ingin keluar dari mobil.
"Chan~aaa... kau bisa ke kampus naik taxi? aku harus mengantar Renjun pulang" ucap Jaemin.
Haechan, sungguh tak percaya dengan apa yang ia dengar "kenapa harus aku kak?" batin Haechan, "uummm... gak apa-apa kak, kakak antar Renjun saja" ucap Haechan yang langsung keluar mobil dan tanpa Jaemin sadari butiran bening mulai keluar dari sudut mata Haechan.
~||~
Nana... gelud yuk!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
"PRIORITY" || {NoMinHyuck} END
Fanfiction"Sebenarnya pacar kamu aku apa dia sih?" "Jangan kayak anak kecil deh" "Buat apa sih kamu masih pertahanin cowo kek dia?" Entah Haechan yang terlalu bucin atau Jaemin yang tak paham apa itu cinta dan apakah keberadaan Jeno akan terlihat?. : : : :...