" 24 "
Bel istirahat berbunyi menandakan berakhirnya aktifitas mengajar di jam pertama.
"Jen, mau ke kantin bersama?" tanya Haechan menghampiri Jeno di bangku belakang, mencoba untuk berbaikan dengan orang selama ini mengisi hari-harinya.
"Hyunjin, tungguin aku" teriak Jeno pada salah satu temannya yang bernama Hyunjin dan langsung berlari ke arah Hyunjin mengabaikan Haechan yang lagi-lagi merasakan sesak di dadanya melihat sikap Jeno yang masih ngacuhkannya.
Tak lama setelah kepergian Jeno, tiba-tiba Jaemin datang ke kelas Haechan.
"Chan~aaa" panggil Jaemin yang membuat Haechan kembali tersenyum dan mulai berjalan menghampiri Jaemin.
Bukannya marah karena kejadian kemarin di mana membuatnya menunggu sampai malam di pos satpam, Haechan seperti orang yang hilang ingatan dan langsung mengajak Jaemin ke kantin.
Sesampainya di kantin Haechan duduk bersama Jaemin dan tak jauh dari tempatnya terlihat Jeno bersama Hyunjin dan satu wanita yang Haechan tak tau siapa.
"Chan~aaa, kau tak makan" ucap Jaemin sambil melambaikan tangannya di hadapan Haechan yang sedang menatap ke arah Jeno.
"A-ahhh iya kak ini mau makan"
"Kau kenapa?"
"Uummm?"
Haechan, menetap Jaemin dengan tatapan polos membuat Jaemin gemas dan mencubit pelan pipi Haechan yang mana membuat Haechan tersenyum malu karena hal seperti itu sudah lama tak di lakukan oleh Jaemin.
Dan tanpa Haechan sadari Jeno melihat itu semua dan harus menelan kenyataan kalau Haechan memang tak pernah menerimanya lebih dari teman.
• • • • •
Saat jam pulang lagi-lagi Haechan berusaha mendekati Jeno yang sepertinya sedang sibuk dengan ponselnya di bangku belakang.
"Jeno~aaa" panggil Haechan, namun tak ada respon dari Jeno yang memilih tetap fokus pada ponselnya.
"Je-" ucapan Haechan terhenti saat seseorang berteriak memasuki kelasnya yang mana di sana hanya ada Haechan dan Jeno.
"Oppa!" teriaknya.
Jeno, yang hafal dengan suara itu segera beralih pada wanita yang memanggilnya dan tersenyum lebar sebelum akhirnya beranjak dan berjalan mendekati wanita itu.
"Kau sudah sampai?" ucap Jeno sambil mengacak poni wanita itu dan pergi dari kelas mengabaikan Haechan yang masih berdiri menatap kepergian Jeno.
"Jeno~aaa!" teriak Haechan sebelum Jeno benar-benar keluar kelas namun nihil karena nyatanya Jeno benar-benar tak menganggapnya lagi.
Dengan perasaan bercampur aduk Haechan berjalan meraih tasnya dan keluar kelas dengan tergesa.
Bugh!
Awww~
"Chan"
Haechan, tak langsung menanggapi panggilan itu, dan melihat ke arah Jeno dengan wanita itu yang ternyata sudah tak terlihat.
"Chan"
"A-ahh Iya, ehh kakak" ucap Haechan.
"Kamu kenapa?"
"Enggak kak, kakak tumben ke sini?"
"Aku menghubungimu tapi ponselmu tak aktif mangkanya aku kesini" ucap Jaemin dan di angguki paham oleh Haechan.
Ya, Jaemin yang ingin menghampiri Haechan karena ponselnya tak bisa di hubungi malah bertemu dengan Haechan dengan keadaan seperti ini.
Haechan, terdiam sebelum akhirnya memeluk Jaemin dan menangis sejadi-jadinya membuat Jaemin kebingungan apa yang sebenarnya terjadi pada Haechan.
Dan tanpa mereka tau seseorang melihat itu dengan raut sedih, "Kau tak apa?" Orang itu menoleh ke arah seseorang di sampingnya dan mengangguk "uummm... aku tak apa jangan khawatir" ucapnya yang langsung melenggang pergi.
• • • • •
Jaemin, membawa Haechan ke taman pinggir sungai Han untuk menenangkan diri sebelum mengantarkan Haechan pulang.
"Ada apa hhmmm?" tanya Jaemin sambil mengusap pipi Haechan yang sedang bersandar di bahunya.
"Jeno" jawab Haechan singkat.
Jaemin, hanya diam tak menjawab haechan dan menunggu Haechan menceritakan sendiri apa yang terjadi.
"Jeno, menghindariku tanpa sebab dan itu membuatku sakit hiks" ucap Haechan kembali menangis dan tak menyadari bahwa dirinya lah yg membuat Jeno pergi.
"Ssttt... sudah kan masih ada ka-"
Ucapan Jaemin harus terhenti saat ponselnya tiba-tiba berdering.
"Hallo?"
"Kakak dimana?"
"Aku sedang bersama Hae-"
"Aku sendirian di kampus aku tadi nungguin kakak hiks... aku takut...hiks..."
Jaemin, terdiam menatap Haechan, dia bingung harus bagaimana sekarang, Haechan sedang dalam keadaan tak baik namun dia juga tak bisa membiarkan Renjun sendirian di kampus saat hari sudah mulai gelap.
"Chan~aaa"
Haechan, menoleh ke arah Jaemin yang terlihat kebingungan.
"Kakak, kenapa?"
"Uumm... apa kau mau pulang sekarang?" tanya Jaemin membuat Haechan mengerutkan dahinya bingung.
"Eomma, ku membutuhkan bantuan jadi aku harus segera pulang" lanjut Jaemin.
Haechan, tersenyum lembut "kakak pulang saja, aku bisa naik taxi" ucap Haechan.
"Tapi"
"Aku masih ingin di sini, kakak pulang saja dan titip salam buat eomma" ucap Haechan.
Jaemin, tersenyum ke arah Haechan "Jangan pulang terlalu malam" ucap Jaemin.
Cup.
Satu kecupan Jaemin berikan pada pipi kiri Haechan sebelum dirinya pergi meninggalkan Haechan.
Setelah kepergian Jaemin, Haechan kembali menangis bersamaan dengan turunnya hujan.
"Kenapa kakak harus berbohong, dan sampai kapan kakak kembali seperti dulu Hiks" gumam Haechan di tengah-tengah tangisnya yang sebenarnya dia tau kalau Jaemin akan menemui Renjun karena ia tak sengaja melihat kontak yang menhubungin Jaemin.
Haechan, menghentikan tangisnya saat seseorang meletakkan jaket di kepalanya agar tak kehujanan.
"J-Jeno" ucap Haechan yang langsung naik ke punggung Jeno yang sudah berjongkok di depannya setelah melepas jaketnya untuk tutup kepala Haechan.
Dan merekapun pulang dengan Haechan di gendongan Jeno di bawah guyuran hujan.
~||~
Emosi masih aman..???
KAMU SEDANG MEMBACA
"PRIORITY" || {NoMinHyuck} END
Fanfiction"Sebenarnya pacar kamu aku apa dia sih?" "Jangan kayak anak kecil deh" "Buat apa sih kamu masih pertahanin cowo kek dia?" Entah Haechan yang terlalu bucin atau Jaemin yang tak paham apa itu cinta dan apakah keberadaan Jeno akan terlihat?. : : : :...