" 23 "

7.7K 951 218
                                    

                                                     " 23 "












Jeno, datang ke rumah Haechan di mana Derry sudah bersiap untuk pergi ke kantor karena ada rapat dan Appanya masih berada di luar kota.

"Mau kemana kak?" tanya Jeno yang baru masuk ke dalam rumah.

"Jualan batu akik" jawab Derry.

"Wiicchh! beralih profesi kak"

Derry, tak menjawab dan langsung mengenakan sepatunya "jaga Haechan bentar ya" ucap Derry sambil membuka pintu.

"Gak gratis ya kak"

Tak ada jawaban dari Derry karena dia sudah keluar rumah, Jeno menutup pintu dan segera ke dapur untuk memindahkan bubur yang ia bawa sebelum di berikan pada Haechan.

Cklek!

"Chan~aaa... bangun dan makan dulu" ucap Jeno membangunkan Haechan.

"Gghhh"

"Chan~aaa"

"Jeno?" terkejut Haechan saat membuka matanya dan melihat Jeno di sampingnya dan itu juga membuat Jeno ikut  terkejut.

"Kenapa sih? Kek lihat setan aja, aku tau aku ganteng tapi ya gak udah terkejut gitu" ucap Jeno panjang lebar dengan tingkat kepedeannya yang gak pernah ketinggalan.

"Apaan sih! kak Derry kemana?"

"Jualan batu akik"

"Hah?!"

"Hah Heh Hah Heh... kak Derry jualan batu akik bukan keong, udah makan tuh bubur dari eomma" ucap Jeno sambil menunjuk bubur yang ia letakkan di atas nakas.

Jeno, yang ingin keluar dari kamar Haechan harus terhenti saat Haechan menahan pergelangan tangannya.

"Jeno~aaa"

Jeno, hanya diam menatap Haechan yang juga menatap ke arahnya.

"Maaf... aku minta maaf untuk yang kemarin dan ak-"

"Aku mencintaimu" ucap Jeno yang berhasil membuat Haechan terkejut.

"Aku akan memaafkanmu jika kau bisa menerima cinta ku" lanjut Jeno yang sudah muak harus menahan rasa pada Haechan dan melihat Haechan yang terus tersakiti.

"Tapi No"

"Tapi kau masih berhubungan dengan si breksek itu? Kalau gitu putuskan hubungan kalian dan cobalah melihat ke arah orang yang selalu ada untukmu" ucap Jeno.

Haechan, menggelengkan kepalanya dan tanpa sadar airmatanya sudah menetes "aku gak bisa No, gak bisa" ucap Haechan.

"Apa yang membuatmu tak bisa Chan~aaa? kau selalu berakhir seperti ini setiap kali bertemu dengannya, dia tak pernah benar-benar berubah dan kembali untukmu, sedangkan aku? aku yang selalu berusaha melindungimu tapi kau tak pernah melihat ke arah ku sedikitpun" murka Jeno yang akhirnya bisa mengeluarkan unek-unek di dalam hatinya selama ini.

Haechan, yang mendengar itu hanya bisa menangis tanpa bisa menjawab perkataan Jeno.

"Jika kau memang tak mengharapkan ku, aku akan pergi dan aku tak akan mengganggu hubunganmu dengan Jaemin" ucap Jeno melepas genggaman tangan Haechan.

"Maaf Jeno~aa hiks... maaf...."

"Tak ada yang harus di maafkan, aku yang terlalu bodoh mencintai orang yang tak pernah bisa melihat ke arahku" ucap Jeno yang langsung pergi dari kamar Haechan yang sudah menangis.

Jeno, keluar dari rumah Haechan dengan perasaan yang tak karuan dia untung harus sedih atau senang, dia berhasil mengatakan isi harinya namun itu sia-sia karena Haechan yang terlalu bodoh karena cintanya pada Jaemin sampai-sampai buta akan sekitar.


• • • • •


Ke esokan harinya, Jeno benar-benar menghindari Haechan seperti ucapannya kemarin, bahkan Jeno tak menyapa Haechan saat berpapasan di depan rumah seperti biasa yang Jeno lakukan setiap pagi.

Haechan, hanya menghela nafas dan mulai berjalan ke halte bus untuk pergi ke sekolah karena hari ini dia tak menghubungi Jaemin agar menjemputnya dan Derry juga sudah berangkat ke kantor sejak pagi.

Sesampainya di kampus Haechan segera berjalan menuju kelasnya, saat Haechan memasuki kelasnya ia melihat Jeno yang sudah duduk di bangkunya.

Ada rasa sesak di dada Haechan saat melihat Jeno yang mendiamkannya bahkan tak menoleh kearahnya.

"Hufff, kau bisa Chan~aaa... Jeno tak akan marah dengan waktu lama" gumam Haechan menyemangati dirinya sendiri.

Haechan mencoba untuk terlihat tak terjadi apapun dan melangkah menuju bangkunya.

"Pagi Jeno~aaa" sapa Haechan, namun tak ada jawaban dari Jeno yang malah beranjak dari bangkunya dan pindah ke bangku belakang tanpa melirik ke arah Haechan sedikitpun.

Haechan, yang melihat  perubahan Jeno sejak semalam hanya bisa menatap sendu ke arah Jeno, sebelum dirinya memilih untuk tetap terlihat biasa dan duduk di bangkunya.

Tangan mungilnya mulai meraih laptop di dalam tasnya dan mulai menyalakannya, dan tanpa Haechan sadari cairan bening keluar dari sudut matanya saat kejadian semalam kembali melintas di pikirannya.

"Maaf sudah melukaimu" batin Jeno sambil melirik ke arah Haechan yang sudah fokus pada laptopnya.










~||~

Tarik nafas~ tahan ... tahan ... tahan ... Okay keluarkan besok 🤣✌️

"PRIORITY" || {NoMinHyuck} END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang