" 17 "
Haechan, berjalan melewati Jaemin dengan tangan yang bergandengan dengan Jeno.
"Chan" panggil Jaemin.
Haechan, menoleh ke arah Jaemin yang sudah menunduk tak berani menatapnya.
Karena Jaemin hanya membuat Haechan berpikir kalau tak ada yang harus di bicarakan.
"Maaf, kak aku ada kelas, ayo No" ucap Haechan kembali menarik tangan Jeno berjalan menuju rumah Jeno untuk mengambil montor.
"AKU MINTA MAAF!" teriak Jaemin membuat Haechan dan Jeno menghentikan langkah mereka.
"A-aku minta maaf soal ke marin" ucap Jaemin lagi dengan nada lebih rendah.
Mendengar itu Haechan membalikkan badannya dan melepas gengaman tangannya pada tangan Jeno sebelum berjalan mendekati Jaemin.
"Aku sudah maafkan kakak, dan aku juga minta maaf untuk sementara waktu jangan temui aku dulu" ucap Haechan.
Jaemin, mengangkat wajahnya menatap Haechan "t-tapi Chan".
"Aku mohon kak"
"Kita bicarakan ini baik-baik Okay"
Haechan, menggelengkan kepalanya dan tersenyum lembut ke arah Jaemin "temui aku setelah kakak menyadari kesalahan kakak" ucap Haechan yang langsung berbalik dan berjalan ke arah Jeno.
Jaemin, yang melihat itu bukannya menyesal dan menyadari kesalahannya, namun justru mengepalkan kedua tangannya menatap ke pergian Jeno dan Haechan.
"Ck! murahan" gumam Jaemin sambil pergi menuju montornya.
• • • • •
"Kenapa gak turun hujan sih ya" ucap Jeno sambil memandangi langit yang terlihat cerah.
"Aaiisshh... andai aku punya ilmu memanggil hujan" gumam Jeno lagi yang semakin tak jelas, bagaimana tidak, di saat semua orang tak ingin turun hujan ia malah ingin punya ilmu pemanggil hujan.
"Ngomong apa sih" kesal Haechan.
"Ngomong apa... ngomong apa....ini semua gara-gara kau ya" ucap Jeno nyolot.
Haechan, yang tak sadar akan kesalahannya hanya menatap Jeno dengan tatap polos.
"Hhuufff!!! sabar.. sabar.. blom putus cuma pisah sementara tunggu putus baru ku terkam ini orang" batin Jeno ikut menatap Haechan.
Mereka saling menatap cukup lama tanpa ada yang ingin mengakhiri tatapan itu.
Brusssshhh!!!
Sepertinya Dewi Fortuna sedang memihak pada Jeno sehingga hujan yang dia inginkan pun turun.
CUP.
Bersaaman dengan turunnya hujan, Haechan tiba-tiba mencium bibir Jeno membuat Jeno terdiam tak berkutik saat Haechan menyatukan bibir mereka.
Entah apa yang telah merasuki Haechan sehingga ia berani melalukan itu bahkan ia menginginkan lebih dan mulai menutup matanya bersamaan dengan gerakan bibirnya yang mulai melumat lembut bibir Jeno.
Dan itu hanya perasaan Jeno atau itu hanya mimpi di siang bolong Jeno yang tak mau kehilangan moment itu pun mulai ikut memejamkan matanya dan mulai mengimbangi permainan Haechan pada bibirnya di bawah guyuran air hujan di bukit belakang sekolah.
• • • • •
"Bre!"
"Astaga Mark!" kesal Jaemin karena Mark sahabatnya tiba-tiba muncul dan mengagetkannya yang sedang melamun.
"Kenapa?" tanya Mark yang merasa heran karena baru kali ini melihat Jaemin melamun.
Jaemin, menggeleng sambil menunduk dengan raut wajah sedihnya.
"Kenapa bre? putus sama Haechan?" ucap Mark yang menebak asal dan sayangnya tebakan itu benar, ehhh bukan kan belum putus.
Jaemin, mendongak dan menatap Mark "kok kamu bisa tau?" tanya Jaemin.
Mark, yang merasa tebakannya benar langsung bergaya layaknya orang paling jenius.
"Dia gak bilang purus sih, tapi dia nyuruh aku untuk gak nemuin dia dulu sebelum aku menemukan apa salah ku" jelas Jaemin pada Mark.
Mark, yang mendengar itu tak tau kenapa tiba-tiba emosi dan menoyor kepala Jaemin "kau jadi orang begok banget dah" ucap Mark.
"Kenapa?"
Dengan kesabaran penuh Mark, menghela nafasnya dalam setelah mendengar pertanyaan konyol sahabatnya ini.
"Gini ya... pacar mu Haechan atau anak pindahan itu siapa namanya aku gak ta-"
"Renjun"
"Nak iya it-"
Belum sempat melanjutkan ucapannya, Mark harus menghentikannya ucapannya karena tiba-tiba Jaemin berdiri dan berjalan kerah pintu yang ternyata di sana ada Renjun.
Mark, tak menyadari ke datangan Renjun karena Mark duduk membelakangi pintu masuk.
Jaemin, membawa Renjun masuk dan menyuruh Renjun duduk di sebelahnya.
"Okay, lanjut kau tadi ngomong apa?" ucap Jaemin pada Mark.
"Gak jadi" ucap Mark yang malah beranjak pergi meninggalkan Jaemin dan Renjun.
"Siapa kak" tanya Renjun membubarkan lamunan Jaemin yang bingung dengan sikap Mark.
"A-Aahh.... itu sahabat kakak namanya Mark, dia baru pulang dari Kanada dan baru masuk kuliah hari ini" ucap Jaemin.
Renjun, mengangguk paham dengan apa yang di ucapkan Jaemin.
"Kenapa kesini? kamu gak ada kelas?" tanya Jaemin.
"Enggak, dan aku bosan truss aku juga mau bilang ke kakak kalau nanti pulang bersama boleh? tapi di luar lagi hujan" ucap Renjun dengan nada manja.
"Apa sih yang gak boleh buat kamu" balas Jaemin sambil mencubit pelan hidung Renjun.
Sedangkan di luar kelas seseorang mengepalkan tangannya kuat-kuat "Ck! bajingan" gumam orang itu.
~||~
Na, harus pakek cara apa aku menyadarkan mu sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
"PRIORITY" || {NoMinHyuck} END
Fanfiction"Sebenarnya pacar kamu aku apa dia sih?" "Jangan kayak anak kecil deh" "Buat apa sih kamu masih pertahanin cowo kek dia?" Entah Haechan yang terlalu bucin atau Jaemin yang tak paham apa itu cinta dan apakah keberadaan Jeno akan terlihat?. : : : :...