" 9 "

9K 1.1K 259
                                    

                                                  " 9 "













Haechan, terbangun dengan jarum infus di tangannya membuatnya tak bisa bergerak bebas.

"gghhh!"

Jeno, yang baru masuk langsung menghampiri Haechan "kau sudah bangun" tanya Jeno sambil meletakkan kantong plastik di atas meja.

"Di mana ini?" ucap Haechan lirih.

"Di surga dan aku malaikatnya" jawab Jeno.

Haechan, tak menyahut lagi dan memilih menejamkan matanya kembali karena rasa pusing di kepalanya tiba-tiba muncul.

"Ada yang sakit?" tanya Jeno dan Haechan mengangguk.

"Akan aku panggilkan dokter" lanjut Jeno ingin beranjak namun di tahan oleh Haechan.

"Yang sakit ini" ucap Haechan sambil mengarahkan tangan Jeno ke dadanya.

Jeno, terdiam menatap Haechan yang masih memejamkan matanya sebelum Jeno menggerakkan tangannya.

"Kok dadamu rata, Chan" ucap Jeno yang membuat Haechan reflek memukul tangannya.

"Mesum banget sih" kesal Haechan.

Jeno, terkekeh melihat Haechan "lagian alay banget dan kamu tuh begok tau, udah tau Jaemin gak dateng masih di tungguin" ucap Jeno.

Haechan, hanya diam tak tau harus jawab apa, karena apa yang di katakan Jeno itu benar, dirinya memang begok masih menunggu Jaemin yang mungkin sedang sibuk dengan sahabatnya.

"Chan"

Haechan, menoleh saat Jeno memanggil namanya.

"Aku pulang dulu ambil baju ya"

Lagi-lagi Haechan hanya mengangguk tanpa ingin mengeluarkan sepatah kata.

Jeno, menyiapkan sarapan Haechan dan pergi "itu bubur mu jangan lupa di makan, aku cuma sebentar dan langsung balik ke sini Okay" ucap Jeno sebelum keluar ruangan di mana Haechan di rawat setelah semalam pinggan.

"Jen" panggil Haechan saat Jeno baru membuka pintu.

"Bawain cas Hp aku ya" lanjut Haechan dan di angguki oleh Jeno.

Setelah kepergian Jeno, Haechan meraih mangkuk berisi bubur yang ada di atas nakas sebelah ranjangnya.

Dan tak sengaja ia melihat ponselnya tergeletak di sana lalu ia mengambinya.

"Kak, Nana dateng gak ya semalem?" batin Haechan sambil menatap ponselnya yang mati karena kehabisan batre dan kembali meletakkan di atas nakas dan ia mulai memakan bubur yang di belikan Jeno.



                                                • • • • •



Sedangkan di rumah Renjun, Jaemin juga baru saja sadarkan diri setelah semalam pingsan karena di Hajar oleh Jeno.

"Kak" panggil Renjun lirih.

Jaemin, tak menjawab dan berusaha untuk duduk dengan di bantu oleh Renjun.

"Kak, kita kerumasakit ya" ucap Renjun khawatir.

"Aku tak apa Njun, tak perlu ke rumasakit" ucap Jaemin.

"Tapi kak, lukanya ba-"

"Njun, kakak bilang gak apa ya gak apa" ucap Jaemin memotong ucapan Renjun dengan nada sedikit tinggi yang mana membuat Renjun terkejut dan menangis.

"Hiks"

Jaemin, mengangkat wajahnya dan menghela nafas untuk mengatur emosinya.

"Njun~aaa... maaf, jangan menangis ya" ucap Jaemin lembut sambil menghapus air mata Renjun dengan ibu jarinya.

Setelah Renjun berhenti menangi, Renjun bangkit untuk mengambilkan sarapan untuk Jaemin.

Sedangkan Jaemin meraih ponselnya dan membukanya.

Channie.

Kakak di mana? Kakak tidak lupakan? aku akan tetap menunggu di cafe sampai kakak sampai.

Mata Jaemin membola membaca pesan dari Haechan dan segera mengambil jaket dan kunci montornya.

"Kakak mau kemana?" tanya Renjun yang terkejut saat ingin membuka pintu kamar tapi Jaemin sudah lebih dulu keluar.

"Maaf Njun~aaa.... aku harus bertemu dengan Haechan" ucap Jaemin lari menuruni tangga dan keluar dari rumah Renjun.

Jaemin, mengendarai montornya dengan kecepatan di atas rata-rata menuju rumah Haechan "Haechan~aaa... Maaf" gumam Jaemin menyadari kejadian semalam dan membuatnya babakbelur seperti sekarang.

Sesampainya di rumah Haechan, Jaemin segera mengetuk pintu dan tak lama pintu itu terbuka.

"Kau"

Bughh!

Bughh!

Seakan pukulan Jeno semalam yang membuat Jaemin  sampai tak sadarkan diri belum cukup dan sekarang Jaemin harus menerima pukulan dari Derry kakak Haechan yang baru mengetahui ke adaan sang adik dari Jeno.

"Kak Derr-"

Ucapan Jeno terhenti saat melihat Derry memukuli Jaemin yang sudah tersungkur di lantai.

"Kak dia bisa mati" ucap Jeno yang tak sadar semalam dirinya juga hampir membuat Jaemin mati

Mendengar ucapan Jeno membuat Derry berhenti memukuli Jaemin karena teringat ucapan sang adik kalau Derry harus berjanji tak akan menyakiti Jaemin meski Jaemin melakukan kesalahan karena Haechan sangat mencintai Jaemin dan tak mau Jaemin terluka.

"Mau apa kau kemari?" tanya Derry.

"H-Haechan, aku ingin meminta maaf padanya" ucap Jaemin terbata karena menahan sakit di sekujur tubuhnya.

Jeno dan Derry saling bertukar pandang setelah mendengar ucapan Jaemin.

"Dia di rumasakit dan itu karenamu, kalau kau benar ingin meminta maaf kau bisa mengikutiku, aku juga mau kesana" ucap Jeno yang langsung berjalan menuju montornya dengan di ikuti Jaemin di belakang berjalan terseok-seok.

Sedangkan Derry hanya menatap dua remaja itu pergi "maaf dek kakak ingkar janji dan melukainya" batin Derry sebelum kembali masuk kerumah untuk bersiap menjenguk Haechan.













                                                   ~||~


Gimana ngefeel gak..???

"PRIORITY" || {NoMinHyuck} END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang