" 21 "
Mark, Jaemin dan Renjun sedang berada di kantin dari falkutas mereka.
"Mau pesen apa?" tanya Jaemin.
"Bakso sama es jeruk" jawab Mark.
"Aku gak tanya kamu"
"Aku tau, sekalian pesenin maksudku"
Jaemin, hanya menanggapi dengan anggukan dan beralih pada Renjun "Njun mau pesen apa?" tanya Jaemin lagi.
"Uumm.... aku samain kayak kak Mark ya kak" ucap Renjun yang langsung di angguki oleh Jaemin.
"Tunggu sebentar ya" ucap Jaemin sambil mengacak poni Renjun.
Setelah kepergian Jaemin meja menjadi sunyi, Mark lebih memilih fokus pada laptopnya dan Renjun fokus pada ponselnya.
"Uuumm... Njun" panggil Mark memulai pembicaraan di antara mereka.
"Iya?"
"Kamu ada hubungan apa sama Jaemin?" tanya Mark.
Renjun, terdiam sesaat sebelum menghela nafas panjang "Kak Jaem, anggap aku sahabat meski aku selalu berusaha ada untuknya" ucap Renjun dengan raut wajah sedih.
"Apa kau tau kalau Jaemin sudah memiliki kekasih?" tanya Mark lagi.
Renjun, mengangguk "aku tau, tapi aku lebih dulu mengenal kak Jaem, dan kak Jaem juga pernah janji untuk tak meninggalkan aku" jawab Renjun.
"Apa kau tak malu menjadi perusak hubungan orang?, kau imut, manis, cantik juga, kau bisa mendapatkan lebih dari Jaemin yang jelas-jelas sudah memiliki kekasih, apa kau pernah berpikir jika kau di posisi Haechan?" ucap Mark panjang lebar dan langsung beranjak pergi.
"Bre, mau kemana?" tanya Jaemin yang baru sampai dengan nampan berisi makanan mereka.
"Udah gak lapar Bre" jawab Mark singkat dan langsung melenggang pergi.
Jaemin, duduk di dekat Renjun yang sudah menangis dan itu berhasil membuat Jaemin ke bingungan.
• • • • •
Haechan, terus tersenyum sepanjang koridor kampus menuju gerbang.
"Gila" ucap Jeno sambil menoyor kepala Haechan.
"Apaan sih!"
"Gak apa-apa, ayo pulang" ucap Jeno meraih tangan Haechan, namun Haechan malah menghentikan langkahnya.
"Kenapa?" tanya Jeno lagi.
"Aku... aku...uummm"
"Pulang sama si brengsek itu?" tanya Jeno dan langsung di anggukki oleh Haechan.
Dengan perasaan sedih Jeno melepas genggamannya pada tangan Haechan.
"Ma-"
"Tak perlu minta maaf, aku sadar akan itu" ucap Jeno yang langsung pergi meninggalkan Haechan.
Jeno, langsung mengendarai montornya menuju apartemen entah milik siapa dan langsung masuk begitu saja.
"Jeno Oppa?" ucap pemilik apartemen terkejut tiba-tiba melihat Jeno di apartemennya.
Jeno, hanya menjawab dengan gumaman dan langsung menjatuhkan tubuhnya pada sofa di ruang tv.
"Haechan, lagi ya?"
Jeno, mengangguk dengan mata yang terpejam, menghela nafas berat sebelum bangkit dan duduk bersandar di sofa itu.
"Sakit banget ya ternyata mencintai seseorang yang tak melihat ke arah kita" ucap Jeno masih dengan mata yang terpejam.
Orang itu berjalan mendekati Jeno dengan secangkir teh yang di atas meja.
"Kemarin kegirangan bisa ciuman sama Haechan sekarang galau lagi, kalau Oppa gak nyatain perasaan oppa bagaimana Haechan tau perasan oppa" ucapnya sambil mengambil duduk di sebelah Jeno.
"Mina~aaa... kalau aku menyatakan perasaanku pada Haechan saat dia masih jadi pacar orang berarti aku sama aja merebut pacar orang dong?" ucap Jeno.
"Ya kan belum tentu di terima juga oppa, yang penting dua tau aja dulu perasaan Oppa, biar gak begok-begok banget gitu" ucap Mina.
Mina, adalah orang yang selama ini menjadi tempat Jeno mencurahkan isi hatinya baik senang mau pun sedih saat bersama Haechan setelah Jisung, karena Jisung sudah punya pacar jadi Jeno sadar diri mangkanya dia juga curhat ke Mina, dan itu Jeno lakukan secara diam-diam sehingga tak banyak yang tau siapa Mina termasuk Haechan.
"Boleh di coba tuh" ucap Jeno bersamaan dengan bel apartemen Mina berbunyi.
"Siapa?" tanya Jeno.
"Rahasia" jawab Mina yang langsung pergi untuk membuka pintu.
~||~
Bingung gak..??? Bingung lah masa enggak🤣🤣🤣🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
"PRIORITY" || {NoMinHyuck} END
Fanfiction"Sebenarnya pacar kamu aku apa dia sih?" "Jangan kayak anak kecil deh" "Buat apa sih kamu masih pertahanin cowo kek dia?" Entah Haechan yang terlalu bucin atau Jaemin yang tak paham apa itu cinta dan apakah keberadaan Jeno akan terlihat?. : : : :...