" 18 "

8.1K 1K 96
                                    

                                                  " 18 "













Cklek!

Pintu kamar Haechan terbuka dan memperlihatkan sosok Derry yang sedang membawa nampan berisi susu hangat dan bubur tak lupa dengan obat flu dan demam.

"Makan tuh, aku gak mau di penggal eomma dan Appa saat mereka pulang dan lihat nak manjanya sakit" ucap Derry meletakkan nampan tersebut di atas nakas dekat ranjang Haechan.

"Ikhlas gak sih ngurus adeknya" gerutu Haechan.

"Hhmmm... giliran sakit aja kamu bilang adeknya" ucap Derry.

Derry dan Haechan memang sering bertengkar, namun mereka sebenarnya juga saling menyayangi di tambah merela yang hanya hidup berdua karena orang tua mereka yang sering bepergian keluar kota atau negeri karena urusan bisnis.

"Kak"

"Hhmmmm"

"Kalau aku ingin putus sama kak Jaemin menurut kakak gimana?"

Brak!

Derry, yang tak percaya dengan apa yang ia dengar langsung membantin komik ke atas meja dan berbalik melihat Haechan yang membuka mulutnya terkejut.

"Coba ulang"

"Apa?"

"Kamu tadi ngomong apa?"

"Aku ingin putus dari kak Jaem-"

"HHUUAAAA ADEK KU WARAS!!!" teriak Derry yang langsung sujud di lantai kamar Haechan.

Derry, bangkit dan berjalan mendekati Haechan, "Dek, kakak bakal sangat setuju kalau kamu benar-benar ingin putus dari si breksek itu" ucap Derry sambil menegang kedua bahu Haechan.

Ya, sebenarnya Derry sudah lama ingin menyuruh Haechan putus dari Jaemin, namun Derry sadar kalau adiknya itu sangat mencintai Jaemin dan Derry tak ingin menyakiti adeknya dengan cara ikut campur urusan adeknya, Derry hanya berusaha ngejaga Haechan dari jauh dan mengandalkan Jeno.

"Tapi kak" Haechan mengantung ucapannya dan menatap Derry "apa aku bisa kehilangan cinta pertama ku yang sudah berjalan dua tahun" lanjut Haechan yang sudah meneteskan air matanya.

Derry, yang melihat itu menghela nafasnya berat dan menghapus air mata adiknya.

"Mungkin akan berat dek, tapi apa kamu sanggup terus di gantung seperti ini? kalau kamu menang tak mau putus cobalah untuk tegas dan utarakan apa yang ada di pikiranmu agar Jaemin paham akan posisimu" ucap Derry panjang lebar.

"Betul itu!"

Bugh!

Derry, melempar bantal pada Jeno yang tiba-tiba nongol dari balkon dan ternyata Jeno sudah nguping sedari tadi.

"Apa kau tak tau jalan masuk rumah orang yang benar?" omel Derry pada Jeno yang memang sering masuk rumah kekuarga Haechan lewat balkon kamarnya Haechan.

"Kelamaan kak, aku harus buka pintu kamar terus turun tangga buka pintu lagi jalan ke gerbang buka ke gerbang, trus buka gerbang rum-"

Bugh!

Ocehan Jeno harus terhenti saat tiba-tiba bantal kembali melayang mengenai wajahnya "jawab aja terus" ucap Derry.

"Entar gak jawab NGAMOK!"

"Lee Jeno!"

Aahahahahahahah!!!

Jeno dan Derry saling menatap sebelum keduanya menatap Haechan bersamaan saat mendengar tawa Haechan yang selama ini hilang, ehhh bukan, lebih tepatnya semenjak Haechan berpacaran dengan Jaemin.

Jeno mau pun Derry jarang melihat Haechan tertawa, jangankan tertawa senyum aja jarang, pandangan yang selalu mereka lihat adalah wajah kisut bahkan tangis Haechan saat pulang dari kampus atau jalan bersama Jaemin.

"Chan, kamu ketawa?" tanya Jeno berjalan mendekat.

"Aahhahahaha... hiks...hiks..."

Tawa itu tiba-tiba menjadi tangis dan Haechan langsung berhambur ke pelukan Jeno dan Derry.

"Kak Derry, Nono, Maafin echan" gumam Haechan di sela-sela tangisnya.

Jeno dan Derry tersenyum lalu membalas pelukan Haechan yang membuat mereka seperti teletubies kurang satu.









                                                   ~||~

Kurang satu kan..??? aQ ikut dong pelukan ☺️

"PRIORITY" || {NoMinHyuck} END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang