" 8 "
Jeno, berhenti di depan rumah Jaemin dan langsung turun dari montornya sebelum mengetuk pintu rumah Jaemin.
Ting tong...
Ting tong...
Tak lama kemudian pintu terbuka dan menampilkan wanita paruh baya yang di juga sebagai maid di rumah Jaemin.
"Maaf mengganggu, apakah Jaemin ada?" tanya Jeno tanpa basa-basi.
"Maaf, tuan muda tidak di rumah, tadi dia berpamitan untuk menginap di rumah den Renjun" ucap wanita itu.
"Ahhh...aku boleh meminta alamat Renjun?"
Wanita itu mengangguk dan kembali masuk kedalam rumah sebelum kembali keluar dengan secarik kertas bertuliskan alamat rumah Renjun.
"Ini" ucap wanita itu memberika secarik kertas pada Jeno.
"Terimakasih" ucap Jeno sambil membujuk sopan sebelum kembali menaiki montornya dan pergi dari area rumah Jaemin menuju rumah Renjun.
Jeno, mengendarai montornya seperti orang yang ke setannya menuju rumah Renjun.
Sesampainya di rumah Renjun, Jeno segera memencet bel dan kebetulan Renjun sendiri yang membuka pintu.
"Mana Jaemin?" tanya Jeno tanya basa-basi.
Dan tak lama Jaemin muncul karena mendengar namanya si sebut.
"Kenapa?" tanya balik Jaemin.
Jeno, yang sudah tersurut emosi langsung menarik kerah baju Jaemin "dimana Haechan?" tanya Jeno yang malah membuat Jaemin bingung.
Flashback oN.
Jaemin, menyimpan kembali ponselnya setelah sambungan panggilan dengan Haechan berakhir.
"Mau kemana?" tanya Renjun menahan lengan Jaemin yang barusaja ingin beranjak untuk bersiap menemui Haechan.
"Haechan, mengajakku bertemu kau mau ikut?" ucap Jaemin.
Bukannya menjawab, Renjun justru memasang wajah sedih sambil menggelengkan kepalanya.
Jaemin, yang melihat itu kembali duduk "kenapa hhmmm?" tanya Jaemin sambil menendang kedua tangan Renjun.
"Bisa gak kakak gak pergi?" ucap Renjun.
"Tapi~"
"Hiks... ya udah kakak pergi saja, aku tak apa di rumah sendirian hiks" ucap Renjun yang mulai terisak.
Jaemin, yang melihat sahabatnya menangis membuatnya tak tega meninggalkan sahabatnya itu dan meraih tubuh Renjun untuk di peluknya "sssttt... jangan menangis kakak gak akan pergi Okay" ucap Jaemin dalam pelukan.
Renjun, mengeratkan pelukannya pada Jaemin " maaf Chan~aaa" batin Renjun dan secara diam-diam mematikan ponsel Jaemin.
Sedangkan di sisi lain, Haechan menunggu Jaemin dengan perasaan yang tak karuan karena ia takut kalau Jaemin akan marah saat dirinya mengeluh tentang hubungan mereka.
"Maaf, apakah kekasih anda masih lama? cafe akan segera tutup" ucap salah satu pelayan di cafe itu.
"Ahh... maaf aku akan menghubunginya lagi" ucap Haechan pada pelayan itu dan segera meraih ponselnya untuk menghubungi Jaemin tapi nihil karena panggilannya tak tersambung.
Haechan, mulai khawatir berpikir yang tidak-tidak tentang Jaemin takut jika Jaemin mengalami kecelakaan atau semacamnya di jalan saat perjalanan menemuinya yang nyatanya Jaemin tak pernah berangkat menemuinya.
Tak lama kemudia pelayan itu kembali mendatangi Haechan yang sedang melamun.
"Maaf cafe sudah tutup"
Lamunan Haechan terhenti dan membungkuk pada pelayan cafe "maaf, aku akan pergi" ucap Haechan mulai berjalan keluar cafe.
Haechan, berdiri di depan cafe itu dan berniat menelfon Jeno untuk meminta jemput sebelum kemalangan menimpanya kembali karena batre ponselnya telah habis dan menyebabkan ponselnya mati.
"Aaarrggg!!! sial banget aku hari ini" umpat Haechan.
Dengan perasaan kesal pada Jaemin yang tak jadi menemuinya dan tak memberi kabar, di tambah gelap dan sepinya jalanan karena sudah larut malam, Haechan merjalan menyusuri jalan berharap masih ada taxi yang lewat dan dia bisa pulang tanpa harus berjalan kaki.
Flashback Off.
Mendengar ucapan Jaemin yang tak pernah keluar rumah menemui Haechan membuat Jeno semakin emosi dan langsung menghajar Jaemin tanpa ampun.
Selesai dengan Jaemin, Jeno kembali mengendarai montornya menuju cafe berharap Haechan masih di sekitaran cafe.
Duarr!
Duar!
Suara petis saling bersahutan mengadakan akan datangnya hujan tak menghentikan laju montor Jeno yang terus melaju dengan kecepatan seperti seorang pembalap profesional.
Byurrrrss!!!
"HAECHAN~AAAA!!!" teriak Jeno seperti orang gila dengan memelankan laju montornya setelah sampai di sekitaran cafe.
"HAEC-"
Jeno, menghentikan teriakan dan montornya saat melihat siluet Haechan terduduk di depan toko yang tutup.
"Haechan" panggil Jeno.
Haechan, mendongak dan langsung berhambur ke pelukan Jeno dengan airmata yang sudah membasahi wajah imutnya "Jeno..Hiks... aku takut...Hiks..." tangis Haechan semakin menjadi di dalam pelukan Jeno.
Jeno, yang tau kalau Haechan takut petir langsung membalas pelukan itu sebelum akhirnya pelukan Haechan melonggar dan jatuh tak sadarkan diri.
~||~
Pengen bunuh Jaemin 😭😭😭 ada yang mau ikut..??
KAMU SEDANG MEMBACA
"PRIORITY" || {NoMinHyuck} END
Fanfiction"Sebenarnya pacar kamu aku apa dia sih?" "Jangan kayak anak kecil deh" "Buat apa sih kamu masih pertahanin cowo kek dia?" Entah Haechan yang terlalu bucin atau Jaemin yang tak paham apa itu cinta dan apakah keberadaan Jeno akan terlihat?. : : : :...