33

2K 164 13
                                    

Jimin menahan napas saat Jisoo, Jennie, dan Lisa menyeretnya ke koridor yang cukup sepi. Tepat saat Rosè sedang asik mengobrol dengan pemuda bernama Koo Junhoe.

"Yak! Mengapa kalian mem--"

"Kau kira kami tak tau bahwa kau dan Rose tinggal bersama?" Semprot Jennie.

"Dasar pria! Kau hanya bermain-main dengan Rosè?"

"Bukan Lisa, aku dan Rose itu..."

"Apa?!" Bentak Jisoo, "kau kira adikku itu apa?"

Jimin berdecak kesal. Ia memutar bola matanya. Bagaimana mungkin dia bisa bernapas jika ketiga wanita ini memojokkannya ke dinding dengan tatapan mengintimidasi. Sementara pikirannya tengah melayang pada Rosè dan Junhoe.

Bagaimana jika Rosè merasa nyaman? Tertarik? Suka? Atau bahkan jatuh cinta dengan pemuda itu? Sebut saja Jimin gila. Tapi itu tidak mustahil akan terjadi.

"Yak! Bagaimana aku bisa bicara jika kalian membuatku begini?"

"Wae? Apa kau memang tidak ada perasaan apa-apa untuk Rosè?" Tanya Lisa.

Jisoo memijit pelipisnya.
"Bagaimana mungkin kalian bisa tinggal serumah? Jangan bilang kau sudah menodai Rosè? Kau sudah..."

"Kau hanya merenggut kesuciannya, namun kau tak ingin bertanggung jawab?" Semprot Jennie.

"Dia segalanya bagiku."

Ketiga perempuan itu tertegun mendengar jawaban Jimin. Sementara Jimin hanya berdecih ke sisi lain. Ia bukan tipe pria yang betah jika terpojok bersama tiga wanita yang membuatnya kehilangan harga diri.

"Bagaimana mungkin aku melakukan sesuatu yang buruk terhadapnya?!" Tanya Jimin frustasi.

Jisoo, Jennie, dan Lisa hanya terdiam. Namun tatapan mereka masih belum berubah. Ini berlebihan, tapi mereka sendiri penasaran. Cara ini mereka lakukan hanya untuk mengetahui bagaimana perasaan Jimin pada teman mereka yang sebenarnya.

Toh, mereka sudah sedia payung sebelum hujan. Jika Jimin bertele-tele, Junhoe sudah mengungkapkan bahwa dia tertarik dengan Rose sejak Rose menjadi model untuk perusahaannya dulu.

Dan apa yang membuat mereka tau bahwa Rose selama ini tinggal bersama Jimin? Ada banyak cara untuk mereka tau.

Namun tentang perbudakan? Sepertinya mereka sama sekali tidak tau. Andai mereka tau, butuh waktu lama untuk mereka mempercayainya.

"Yak, itu Rose.."

Mereka bertiga sontak menarik Jimin ke sebalik dinding. Rose disana tengah berjalan sendirian, dan tampaknya dia mencari Jimin.

Jimin menghela nafas.
"Bisa aku pergi?"

Mereka bertiga masih berdiri tanpa memberi Jimin celah.
"Masih banyak pertanyaan yang harus kau jawab Jim!" Semprot Jennie.

"Aishhh!!" Jimin mengepal tangannya dan merapatkan giginya. Ia menghembuskan nafas perlahan guna meredam emosinya sendiri.

"Kalian memojokkan ku disini, sementara Rose? Dia bersama pria lain!" Gertak Jimin tidak terima. "Aku tidak akan rela jika Rose jatuh cinta dengannya! Aku jauh lebih baik dalam segala aspek dibanding Koo Junhoe itu. Camkan!"

"Baik." Jisoo terkekeh. "Jadi kau masih akan menggantung Rose?"

"Aku sudah bilang pada ayahmu bahwa Rose adalah calon istriku." Jawab Jimin lantang. "Menggantung? Aish! Susah sekali bicara dengan wanita!"

"Kalau begitu, susul dia!" Titah Lisa.

Jennie mengangguk.
"Dia kebingungan mencarimu."

🌷🌷🌷

Devenir AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang