1

8.3K 424 36
                                    

Canda dan tawa menghiasi tiap tapakkan yang mereka pijak kan. Jejak kaki membekas di pasir itu meski kembali terhapus oleh ombak yang mencapainya. Mereka tetap berlari meski angin dari samudera menerpa begitu keras, tak peduli tubuh mereka yang terkadang terhuyung. Memang tidak heran, mereka terbiasa karena ini lingkungan mereka.

Matahari yang hampir saja kembali ke peraduan membuat mereka menghentikan pacuan langkah. Gadis itu bersama ketiga sahabatnya terduduk lemas dengan nafas yang terengah-engah di atas pasir putih. Tak lagi terduduk, mereka pun merebahkan tubuhnya disana.

"Rose, apa kau yakin akan berhenti kuliah?" Tanya Jessie. Gadis bermata biru.

"Ayahku telah menyerahkan hidupnya untuk menjagaku selama ini. Aku ingin tetap ada di sisinya."

Ketiga gadis lainnya bangkit. Menatap sayu pada gadis pemilik nama lengkap Roseane Park itu, sementara yang ditatap ikut bangkit menatap balik ketiga sahabatnya.

"Aku tau kalian punya impian masing-masing. Pergilah.." ucapnya tersenyum. "Aku menunggu kalian disini."

"Hm, sepertinya lusa aku akan ke new Zealand." Amber buka suara.

"Benarkah?" Tanya Sunny, si gadis berambut sebahu.

"Kita bahkan tidak tau kapan akan bersama lagi..." Jessie menyanggah, Raut wajahnya mendadak cemberut. "Aku juga harus ke Prancis."

Meski dibalut kesedihan, Rosè berusaha tersenyum pada teman-temannya. Hanya impiannya yang redup. Hanya dia yang tinggal dan menetap. Memilih untuk menjaga ayahnya. Dan mengubur impiannya.

"Sementara aku akan menikah.."

Ucapan sunny membuat Rosè serta amber dan Jessie menatapnya berkaca-kaca. Bukannya mereka tidak tau. Tapi sunny memang memutuskan untuk menikah di usianya yang baru menginjak 20 tahun.

"..lalu aku akan ikut suamiku ke Kanada."

Mereka saling menghela nafas. Dimasa muda, mereka harus terpisah untuk mencapai cita-cita. Mereka terdiam. Hanya suara deru ombak dari pesisir pantai Australia yang mendominasi kali ini. Mereka terhanyut dalam pemikiran masing-masing.

"ROSE..."

Suara teriakan anak kecil membuat Rosè menoleh. Gadis blasteran Korea-Australia itu memilih bangkit dan menyusul si anak kecil.  Lalu terheran dengan derasnya air mata yang berjatuhan dari pelupuk mata si anak.

🌷🌷🌷

DEG!

Sebuah raga terbujur kaku di tengah rumahnya. Lutut Rosè seketika melemas. Ia terduduk dan merasakan dunia yang berhenti berputar.

"Ayah..."

Sosok pria yang menopang hidupnya selama ini. Sosok manusia berhati malaikat yang menjaganya, yang menghiburnya, yang mengecupnya setiap hari. Pergi.

Untuk selamanya.

"Ayah, hari ini jangan pergi ke laut. Kata dokter ayah harus istirahat."

Pria paruh baya itu pasrah saat putri tercintanya membaringkan tubuhnya. Lalu menyelimutinya dengan penuh sayang.

"Ayah sudah baikan nak. Ayah harus melaut."

Gadis itu tidak menggubris ucapan ayahnya. Sibuk menyiapkan butir demi butir obat yang harus ayahnya minum.

"Ayah harus benar-benar pulih." Ucapnya. "Aku tidak mau ayah kenapa-kenapa lagi."

Devenir AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang