29

3.5K 315 51
                                    

Air mata pria itu masih mengalir. Dadanya terasa ditikam berkali-kali. Dia mengutuk dirinya sendiri atas apa yang terjadi. Atas ketidakberdayaan dirinya saat gadis yang ia cintai meregang nyawa untuk dirinya.

Rose langsung dibawa ke rumah sakit. Tim gawat darurat langsung melakukan penanganan dan memompa jantung Rosè yang semakin melemah.

Sementara Jimin, pria itu sempat pingsan dan ditangani oleh beberapa perawat, namun ia kembali sadar dan langsung melihat Rose. Meski hanya dari luar ruangan yang berbatas kaca.

'Debaran itu'
'Bahkan aku ingin jantungku berhenti'

Jimin menggeleng kuat. Kepalanya mendadak sakit saat kata-kata yang Rosè tulis di bingkai sulamannya tergambar di pikirannya.

"Andwe!" Jimin terduduk sambil memegang kepalanya sendiri. "Kumohon jangan lakukan itu..."

Jimin benar-benar merasa lemas. Seumur hidup dia belum pernah menangisi seseorang hingga seperti ini. Hingga dirinya terpuruk dan tak berdaya.

'tuhan, jangan ambil dia dariku... Selamatkan dia Tuhan... Aku mencintai nya..'

Jimin terlalu larut dalam sedihnya, hingga tak menyadari Felix yang memapah Ryujin menghampiri nya.

"Oppa.."

Jimin menoleh, Gadis itu baru saja bangun dari pingsannya. Dia berjongkok, mensejajarkan dirinya dengan Jimin. Lalu memeluk pria itu dan ikut meneteskan air matanya.

"Oppa, eonni akan baik-baik saja..."

Sementara Felix juga berjongkok. Ia menepuk-nepuk bahu Jimin agar pria itu sedikit tenang.

Ryujin melepaskan pelukannya. Ia menatap Jimin sendu. Ia berusaha tidak sedih, agar Jimin tidak terlarut.

"Terimakasih sudah datang." Ucap Jimin pada Ryujin dan Felix. Mereka hanya saling bertatapan.

Ceklek~~

Tim medis keluar dari ruangan gawat darurat sambil mendorong brankar. Disana Rosè tengah terbaring tidak sadarkan diri dengan alat bantu oksigen yang menyambung nafasnya.

Jimin langsung bangkit. Meski lemah dan gemetar, Ia ikut berjalan cepat mensejajarkan dengan dengan tim medis.

"Dok, tolong selamatkan dia..." Pinta Jimin.

Dokter itu menoleh.
"Kami akan berusaha semaksimal mungkin."

Setelah itu tim medis bersama Rosè masuk ke ruangan operasi. Jimin langsung ditahan oleh perawat dan tidak memperbolehkan memasuki ruangan itu. Membuat Jimin semakin mengutuk dirinya yang tak bisa berbuat apa-apa.

"Oppa, kau harus obati lukamu.." ajak Ryujin.

Yah, saat pingsan, hanya beberapuka di wajahnya yang sempat diobati. Sebelum ia sadar dan mengabaikan para perawat untuk melihat keadaan Rose. Ia mengabaikan luka pada dirinya sendiri.

"Percayalah oppa, eonni orang yang kuat."

Jimin menatap Ryujin Lamat. Kata-kata itu membuatnya menerawang sosok Rosè yang memang selalu terlihat kuat. Ia bahkan masih tersenyum pada Jimin, setelah Jimin menyakitinya dulu.

"Hyung, jika Noona sadar, dia akan sedih melihat luka pada wajahmu."

Dan mau tidak mau, Jimin menurut ketika dua orang ajudannya itu membawanya untuk diobati.

🌷🌷🌷

Operasi proyektil itu berjalan lancar. Setelah tiga jam menunggu, tim medis berhasil mengeluarkan peluru yang bersarang di dada kanan Rose. Gadis itu dapat langsung dibawa ke ruang rawat. Tentunya Jimin meminta pihak rumah sakit menempatkan Rose di ruangan terbaik.

Devenir AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang