38

5.5K 352 72
                                    

Jangan hanya karena cinta itu tak terlihat, kau terlambat menyadari kehadirannya

🌷🌷🌷

Netra pria itu perlahan terbuka. Ia mengerjap saat merasakan sebuah tangan yang melingkar di tubuhnya, mengerat. Lalu sesaat kemudian ia tersenyum penuh arti.

Ia menyempatkan untuk menatap wajah Rosè di pelukannya. Gadis itu menggeliat, ia semakin mengeratkan pelukannya. Tak heran, pagi ini udara terasa dingin hingga selimut pun tak cukup untuk menghangatkan. Itulah alasan kenapa Rosè memeluk tubuh Jimin dan mencari-cari kehangatan dari tubuh bugar itu.

Jimin pun ikut mengeratkan pelukannya. Saat Rosè marah dua hari lalu, gadis itu enggan dipeluk. Ditambah pula dengan Jimin yang harus menginap di Jepang. Maka sudah sepantasnya mereka saling merindukan.

Jimin melihat ke arah jam dinding, jam sudah menunjukkan hampir pukul setengah delapan. Ia kembali terkekeh. Ia memandang Rosè yang belum bangun di pelukannya. Dia sendiri sudah telat. Tapi Jika Rosè sudah begini, bagaimana mungkin Jimin akan tega membangunkannya?

Jadi, Jimin pun hanya diam. Tidak bangkit, dan tidak membangunkan kekasihnya itu. Ia memutuskan untuk bolos kerja hari ini. Kapan lagi dia akan menikmati waktu seharian untuk menggoda Rosè.

Setelah beberapa saat, Rosè mulai membuka mata. Ia menggeliat dan mengucek matanya. Tidurnya terasa damai malam ini.

"Tuan..."

"Hm?"

Rose mendorong pelan dada bidang Jimin. Ia masih samar-samar melihat wajah tampan itu. Sebenarnya, Rosè sendiri tidak yakin Jimin sudah menjadi kekasihnya. Malah dia berpikir bahwa dia baru saja bangun dari mimpi indah.

"Bangunlah.. Kau bisa telat kerja.." ucapnya dengan mata yang masih segaris.

Jimin menahan tawanya. Wajah itu benar-benar menggemaskan, dan jika boleh Jimin ingin memakannya saja.

"Sudah dari tadi."

Rose mengernyit. Ia berusaha membuka matanya lebar-lebar. Ia melihat wajah Jimin yang terkekeh menertawakan dirinya. Membuatnya bingung.

Gadis itu mengalihkan pandangannya pada jam dinding, dan melihat jam sudah menunjukkan jam delapan lewat beberapa menit. Ia menutup mulutnya sambil menatap jam itu frustasi.

"Tuan.. kau telat.." Rosè langsung melepaskan pelukan Jimin dan duduk. Ia mencepol rambutnya panik.

Jimin hanya mencibir. Ia ikut duduk.
"Salah siapa yang memelukku terlalu erat?"

"Hah?"

"Aku kan jadi betah."

Rose menunduk. Ia menggigit bibirnya. Ia malu. Astaga! Rose, kau membuat tuanmu telat kerja..

"Tuan, maafkan aku." Ucap Rosè panik. Jimin hanya memberikan tatapan menggoda dengan mengangkat sebelah alisnya.

"Sekarang, pergilah mandi, aku akan siapkan semuanya."

Rose langsung mengambil ancang-ancang untuk turun dari kasur, namun Jimin segera menarik tangan Rose. Membuat Rosè seketika berada dalam dekapan Jimin.

"Tuan.."

"Memangnya ada yang berani menghukum ku jika aku telat?" Tanya Jimin, Rosè masih bungkam. "Aku kan bos."

Rose memgerjap, mencerna ucapan Jimin yang memang ada benarnya.
"Kau tidak pergi?"

Jimin mengangguk

"Loh, kenapa begitu?"

"Tanggung sekali kan? Aku sudah telat, lebih baik tidak pergi."

Rose yang mendengar itu langsung duduk tegak menatap Jimin.
"Tuan, lebih baik telat daripada tidak hadir sama sekali."

Devenir AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang