6

4.2K 374 29
                                    

Pergi bukanlah cara yang pantas, Menghindar bukanlah sesuatu yang harus dilakukan, Dan mengakhiri bukanlah hal untuk lari dari kenyataan

🌷🌷🌷

Ketiga kalinya Rosè lolos dari maut. Dalam pikirannya sudah terpikir seribu satu cara untuk bunuh diri. Namun langit tak menerimanya. Tuhan belum mau ia meninggalkan rencana yang telah dirancang.

Rose benci saat dirinya menyerah. Rose benci dengan dirinya yang harus pasrah dengan kenyataan. Ia tak memiliki tenaga lagi untuk menghadapi semuanya. Cinta dan kasih sayang? Lupakan. Gadis itu merasa dia tak lagi pantas mendapat kebahagiaan.

"Tuan, aku akan mengabdi padamu."

Ikhlas adalah keputusannya. Tak ada lagi yang bisa ia lakukan. Bahkan menghadap Tuhan pun ia belum diizinkan. Ia akan pasrah bahkan jika dia harus mati di ambang penderitaan. Dia menyerah.

Jimin menatap Rose yang masih terbaring dengan air matanya.
"Kau..."

"Aku takkan mencoba bunuh diri lagi. Aku takkan mencoba kabur tuan. Aku..."

"Noona..." Felix menatap Rose sayu. "Apa kau serius?"

Rose mengangguk. Kali ini dia akan berusaha untuk menjadi manusia yang berguna, tanpa menyusahkan orang lain lagi.

🌷🌷🌷

Seminggu sudah Rose pulang dari rumah sakit. Kali ini Rosè benar-benar memilih. Antara mati bunuh diri, atau mengabdi pada majikan. Mengabdi adalah pilihannya. Karena semesta belum menerima jiwanya untuk bertemu dengan yang maha kuasa.

"Noona, kalian hanya tinggal berdua. Tapi kenapa jemurannya banyak sekali?"

Itu Felix. Selama seminggu Rosè pulang dari rumah sakit, selama itu juga Felix disuruh menjaga Rosè di rumah. Bukan tanpa alasan, Jimin cukup tau Felix adalah sosok yang humoris, dan bisa menghibur Rosè. Tentunya bisa mengurangi pikiran gadis itu untuk kabur ataupun bunuh diri.

"Tuan selalu sibuk dan banyak acara, Felix. Makanya pakaiannya bisa sebanyak ini." Jelas Rose yang terkekeh.

Felix tengah duduk di kursi santai di belakang menemani Rosè yang sedang mengangkat jemuran. Bagi Felix, Rosè bukanlah gadis terbelakang. Rose cukup berpendidikan meski putus di tengah jalan. Terbukti dengan caranya berbicara dan berpikir. Felix menyayangkan dengan takdir Rosè yang sedikit tidak beruntung.

"Aku ke dalam dulu." Felix mengangguk saat Rosè berjalan membawa setumpuk kain jemuran yang sudah kering.

Namun dengan mata elang miliknya, tertangkap sebuah pemandangan asing dan mencurigakan. Felix menajamkan penglihatannya dan melihat sesosok berbaju serba hitam yang menampakkan kepalanya dari sebalik tembok pembatas.

Tanpa aba-aba Felix langsung berlari menyusul sosok itu yang ternyata melarikan diri. Hingga lepas dari pandangan Felix.

"Sial!"

Felix berjongkok lalu meraih sebuah teropong yang terjatuh di dekat sosok tadi mengintai.

Felix langsung meraih ponselnya dan menghubungi dua penjaga di pintu depan.

"Ada apa, tuan muda?"

"Periksa rekaman cctv di sekitar rumah. Dan temukan penyusup yang tadi mengintai di pagar belakang!"

"Dimengerti, tuan muda."

Felix mengerakkan rahangnya. Ia benci dengan kejadian semacam ini. Sepupunya selalu di kelilingi orang-orang licik dan jahat. Juga orang-orang yang ingin memanfaatkannya.

Devenir AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang