13

3.4K 326 68
                                    

Perkara terbesar saat terlanjur menghamba pada sebuah hati,
adalah terluka.

🌷🌷🌷

Hari Minggu adalah satu-satunya hari yang bisa Jimin gunakan untuk berolahraga dan bersantai. Jimin memang gila kerja, namun masih pada tempatnya. Hanya pada saat-saat penting Jimin akan menggunakan hari Minggu untuk pekerjaannya.

Pemuda itu sudah memiliki janji dengan Seulgi untuk joging pagi ini. Merek berencana untuk joging di taman dekat rumah Seulgi. Untuk itu Jimin akan menjemput Seulgi ke rumahnya dan mereka akan kesana bersama.

Drrttt...
Drrttt...

Jimin langsung mengangkat panggilan itu.

"Sayang, kau lama sekali!"

Jimin terkekeh.
"Sebentar."

"Awas saja jika masih lama!"

"Kalau lama?"

"Akan ku bunuh kau!"

Jimin menatap dirinya mantap di cermin dan memastikan bahwa penampilan nya cukup sempurna hari ini.

"Yakin bisa?"

"Yak! Tentu saja..."

Pemuda itu keluar dari kamarnya dan berencana ke dapur untuk membuat air lemon.

"Ckckck, galaknya..."

"Aish palli..."

"Bagaimana mau cepat kalau kau belum mematikan telepon nya?"

"Ish!"

Tut...

Jimin terkekeh melihat layar ponselnya sembari terus melangkah.

Tanpa sadar dia malah menabrak Rosè yang sedang mengepel lantai. Lantai yang licin membuatnya terpeleset dan menggapai Rose. Namun berhubung Rosè bukanlah benda mati yang bisa ia jadikan pegangan, alhasil Rosè ikut jatuh menimpa tubuhnya.

BRRUKKK!!!

"YAK!"

Jimin berteriak merasakan sakit saat punggung tegapnya membentur lantai. Ditambah dengan bobot tubuh Rosè yang menimpanya. Membuatnya sedikit sesak.

"Aish! Minggir.."

Rose segera bangkit dan membungkuk pada Jimin.
"M-maafkan aku tuan..."

Jimin hanya mendengus.
"Kembalilah bekerja."

Rose menganguk dan berbalik untuk mengambil kain pel nya. Namun naas, justru saat ia hendak memutar langkah, ia sendiri yang ikut terpeleset.

Greepp!!

Rose reflek mengalungkan satu tangannya pada leher Jimin. Ia hampir saja terjengkang jika Jimin tidak melingkarkan tangannya pada tubuh Rosè. Hal itu membuat debaran aneh pada jantung keduanya.

Rose segera mendorong bahu Jimin dengan tujuan untuk kembali berdiri tegak. Namun posisi kakinya tadi yang hampir terpeleset kembali kehilangan keseimbangan. Lagi-lagi kaki itu tergelincir.

BRRUUKKKK!!!!

Mereka berdua nampak begitu sial hari ini. Namun Rosè beruntung, kepalanya tidak terbentur karena dibantali oleh telapak tangan Jimin.

Rose sedari tadi menahan nafasnya lantaran tatapan Jimin yang tidak pernah lepas. Begitupun dengan matanya yang seakan terpancang untuk menatap manik kelam itu. Salahkan pula posisi mereka yang sangat ambigu. Jika Jimin menghimpit tubuh Rosè, bagaimana mungkin gadis itu bisa bernafas?

Devenir AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang