15

3.6K 334 74
                                    

Cinta bisa saja salah, bahkan salah karena datang terlambat

🌷🌷🌷

Dingin, sepi. Rembulan mendadak tertutup awan. Hanya jangkrik yang enggan meninggalkan malam dalam kesunyian. Ia terlalu setia untuk meramaikan sepinya malam, bahkan merelakan tubuh mungilnya hancur termakan gelap.

Gadis itu mengusap lengannya. Ia begitu betah berada di tepi jendela kamarnya. Menatap keluar jendela, yang hanya memperlihatkan atap bangunan rumah ini. Jujur, dia masih ingin menangis, namun air matanya terasa sudah kering.

Ia memilih untuk membuka jendela itu. Merasakan semilir angin malam yang dinginnya begitu menusuk bahkan hingga ke sumsum tulangnya.  Namun dia tak peduli. Gadis itu melangkah untuk keluar melalui jendela dan menyusuri atap dengan hati-hati. Lalu mendudukkan dirinya disana. Menatap lepas langit malam.

Jangan berpikir dia akan bunuh diri. Itu bukan pilihan nya lagi.

Ia menghela nafas panjang. Hidupnya terasa sulit. Ia telah melalui masa kelam yang amat panjang. Puncaknya ketika dia menjadi budak dan dimiliki penuh oleh seseorang. Dia semakin berpikir, apa tuhan akan memberinya ujian hidup lebih sulit lagi?

Tubuhnya sedikit menggigil. Gadis itu hanya berbekal baju kaos dan kardigan wol yang tipis. Dia memilih untuk mendudukkan dirinya di atap itu. Lalu memagut dirinya sendiri. Berharap ia bisa mendapat ketenangan setelah tenggelam dalam mimpi buruknya beberapa jam yang lalu.

"Disini ternyata."

Suara itu membuatnya menoleh. Tampak disana sang majikan sudah berjalan ke arahnya sambil menyelimuti dirinya dengan sebuah selimut. Hal itu membuatnya sedikit terheran.

"Tuan..."

Jimin memilih untuk duduk di samping Rosè. Ia kembali menggulung selimut yang ia gunakan dan mengulurkannya pada Rosè.
"Pakai.."

Rose hanya menatap selimut itu, enggan untuk meraihnya. Ia terlalu akrab dengan dingin. Sepi telah terlarut bersama dirinya. Dan malam yang selalu menemaninya.

"Kau lebih membutuhkannya, tuan."

Pria itu kembali menarik tangannya. Menghela nafas singkat akan respon yang Rosè berikan padanya. Baru kali ini budaknya menolak apa yang dia katakan. Wajar kan apabila di sedikit tidak terima?

Namun Rosè menolak dengan cara yang benar. Dan pertanyaan yang sejak beberapa saat Jimin pikirkan adalah, apa yang gadis itu lakukan di atap, bahkan di sepertiga malam ini? Suhu terlalu ekstrim baginya untuk sekedar menenangkan diri.

Jimin memutuskan untuk bangkit. Ia kembali menggelar selimutnya dan menyampirkannya pada tubuh Rosè. Membuat gadis itu mengernyit dan sedikit terkejut saat Jimin duduk di belakangnya.

Pria itu melingkarkan tangannya dari sebalik tubuh Rosè dan membawa tubuh lemah itu dalam dekapannya. Sementara Rose sedikit terkejut dengan perlakuan itu. Kehangatan yang Jimin berikan membuatnya tersadar betapa dingin udara yang ia terpa sedari tadi.

"Sudah hangat?"

Rose tertegun. Dia bahkan mendapat dua kali kehangatan, entah itu dari selimut, atau dari pelukan yang Jimin berikan. Jangan tanya jantungnya baik baik saja sekarang. Jawabannya sudah jelas.

Rose hanya mengangguk. Gadis itu berusaha menghalau gugupnya. Sampai-sampai dia tak menyadari Jimin yang tersenyum tipis dari sebalik tubuhnya.

"Kau belum tidur, tuan?"

"Tadi ketiduran di jalan."

Jimin semakin mengeratkan pelukannya. Ia tau betul Rose tak bisa tidur lantaran mimpi buruk yang dia hadapi tadi.

Devenir AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang