Sejatinya hidup hanya tentang hitam dan putih. Sebanyak yang putih, maka hitam pun demikian.
Penyesalan dan kekecewaan takkan berakhir dengan kepergian. Dia hanya hilang. Namun jejaknya menetap membentuk mozaik. Menjadi sejarah yang membatasi akhir, sekaligus awal dengan corak berbeda. Terlepas baik atau buruk.
Tentang perpisahan, bukankah hanya Tuhan yang tau? Ia mempertemukan, dan memisahkan setiap insan, tak peduli entah mereka siap atau tidak. Terkadang memang kejam.
Dan salam perpisahan, Tuhan masih berbaik hati saat kita bisa mengungkapkannya. Karena terkadang, kepergian hanya berlalu tanpa kesan dan kenangan. Ketahuilah, bahwa ketidakrelaan itu manusiawi.
🌷🌷🌷
Jimin bersama Rosè tengah berdiri di hadapan sebuah gundukan tanah yang masih gembur. Dimana batu nisan tertancap di salah satu ujungnya. Didalam sana, ada sosok yang bersemayam dalam keabadian.
Jung Jaehyun.
Itulah nama yang tertulis di nisan. Yah, Dia memilih untuk pergi, dan lari dari hukum. Menghadap Tuhan. Entahlah, setiap orang punya cara masing-masing. Namun baginya inilah cara terbaik. Tugasnya hanyalah menyelesaikan urusan dengan Tuhan dan mempertanggungjawabkan kesalahannya.
"Kau egois." Jimin meletakkan sebuket bunga lili putih di dekat nisan itu. Putih yang menggambarkan betapa tulus hatinya sebagai seorang sahabat. "waktu itu aku datang bukan untuk memaki mu.."
Gerimis dari netranya ia bungkam mati-matian. Dadanya sesak tak tertahan.
"..tapi sekarang, aku ingin marah."Rose berkaca-kaca. Ia menggenggam tangan Jimin dan mengusap lengan pria itu. Jimin menoleh, hancur tergambar disana. Rose ikut merasakan dadanya tergilas.
"Tuan..."
Jimin tersenyum pahit pada Rosè, ia kembali mengalihkan pandangan pada makam Jaehyun.
"Kau pergi terlalu cepat, kau tau? Kata-kata ku belum selesai."Mata Jimin sayu menatap makam itu. Bibirnya bergetar. Ia memilih bungkam. Ia ingin berteriak, namun percuma. Semuanya akan berjalan sebagaimana mestinya.
Rose yang melihat tuannya seperti itu juga tak bisa berbuat apa-apa.
Tangan Rose tergerak untuk membuka kalung yang melingkar di lehernya. Yah, sampai sekarang bahkan Rosè masih memakai kalung pemberian Jaehyun. Hal itu, membuat Jimin menoleh.
Rose kemudian meletakkan kalung itu di dekat bunga yang tadi Jimin bawa. Gadis itu lalu menghela nafas.
"Aku tidak dendam padamu Jae, terimakasih untuk semuanya."-
-
-Terserah jika kau bilang aku pengecut, karena aku memang begitu. Buktinya, sekarang aku lari. Aku pergi. Dan takkan kembali lagi.
Namun kemanapun aku pergi, tiada tempat yang baik untukku. Neraka lah yang akan menjadi tempat untuk penghianat seperti aku, Jim. Kau tau? Aku merasa malu padamu, terlebih pada diriku sendiri.
Bahkan saat itu kau masih melihatku ke penjara, meski aku meneriakimu, meski aku menggila ingin membunuhmu, kau harus tau bahwa rasa senang itu ada. Aku senang kau Sudi melihatku dan membuang waktu berhargamu.
Sejak saat itu aku semakin dihantui oleh penghianatan. Hidupku sememyeramkan itu, Jim. Karena itulah, aku berniat mengakhirinya.
Bukankah terlalu naif untukku mengharap maaf darimu. Semuanya memang tak semudah itu. Tapi aku tau, Jim. Aku tau semua tentang dirimu. Dan aku tau, kau akan memaafkan aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devenir Amour
FanfictionJIROSE AREA 🔞 (FOLLOW DULU SEBELUM BACA) ______________________________ Completed Gadis dengan nama lengkap Roseanne Park yang sudah menjadi yatim piatu, harus menjalani hidup sebagai seorang budak. Berkali-kali ingin bunuh diri namun semesta belum...