11

3.7K 344 55
                                    

Jika cinta ibarat besaran pokok, maka obsesi adalah besaran turunan. Namun kedua hal ini tidaklah sama

🌷🌷🌷

Gadis bernama sipit khas Asia timur itu memandang lekat pria di hadapannya. Wajah gadis itu masih muram seperti malam tadi. Terlebih lagi, pertemuan dadakan ini membuat mod nya hancur.

"Aku menyerah."

Pria itu tersenyum remeh.
"Segampang itu?" Dia menghela nafas. "Aku sudah mengirim Yunhyeong ke luar negri, kau tau?"

Gadis itu tampak menahan emosi.
"Aku tidak ingin bermain-main dengan perasaan lagi!"

"Tapi kau mencintainya."

"Aku...."

"Adil kan?"

Pria itu masih mengunci tatapannya. Ia tau kelemahan gadis di hadapannya.
"Seulgi, kau bisa meraihnya."

"Kau akan menyakiti nya?!" Sela seulgi dengan mata berair.

"Tidak." Jawabnya cepat. "Tentu saja tidak. Aku hanya ingin dia jatuh."

Seulgi tampak berpikir. Berusaha memakai logikanya agar tak gegabah dalam keputusannya kali ini.

"Setelah dia jatuh, kau harus selalu ada untuknya. Hingga dia tak bisa melepasmu."

Seulgi menggeleng.
"Sejak setahun, aku bahkan belum menemukan kelemahannya. Aku kecewa menjalani hubungan itu."

"Dia menyayangi mu. Dia hanya tidak tau cara mengekspresikan perasaannya." Ucap pria itu berdecih. "Dia payah dalam urusan ini."

Seulgi kembali menerawang. Sudut matanya berair jika mengingat kejutan yang Jimin siapkan semalam. Dia benar-benar tulus untuk sekedar mendapat kata maaf dari Seulgi. Gadis itu seakan berdiri diantara kecewa dan bahagia.

"Bukankah ini penghianatan?"

Pemuda itu kembali berdecih. Rasanya sulit sekali menaklukkan seulgi.
"Siapa peduli? Bukankah tujuan utamamu hanya mendapatkan Jimin seutuhnya?"

Seulgi menarik nafasnya.
"Arasseo."

Seulgi menyampirkan tas sligbag itu ke bahunya. Lalu pergi dan melangkah cepat keluar dari cafe itu. Di hatinya ada sedikit rasa was-was. Namun obsesi dalam dirinya mengalahkan semua.

Sedangkan pria bertopi itu hanya terkekeh.
"Aku tidak janji akan hal itu."

🌷🌷🌷

Pagi menyongsong. Gadis pemilik nama lengkap Roseanne Park itu memilih untuk bangun dan menyibak selimut. Ia bukan khawatir jika Jimin akan membangunkannya dengan cara yang tidak manusiawi, toh Jimin juga belum pulang dari urusan bisnisnya. Hanya saja, Rose semakin memahami bahwa tugas adalah sebuah amanah dan tanggung jawab. Ia tak bisa berlari sebelum semuanya tuntas.

Gadis itu mulai membersihkan diri. Setelah itu ia melangkah untuk membersihkan rumah, mulai dari menyapu, mengepel, dan membersihkan debu-debu ya ang menempel. Usai mengerjakan semua itu, ia langsung memasak.

Hatinya terasa cukup baik saat ini. Usai memasak, ia langsung berjalan ke gerbang depan untuk memberikannya pada dua orang penjaga. Hitung-hitung sebagai rasa terimakasih telah menjaga dirinya saat Jimin dan Felix tidak ada dirumah.

"Annyeong haseyo." Sapa Rosè hormat sambil menunduk pada dua pria berusia kepala 3 itu.

Kedua pria itu tampak bingung. Rose langsung meletakkan rantang itu dan membukanya.
"Pak choi, pak Kwon, aku buatkan ini untuk kalian.."

Devenir AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang