28

3.3K 320 80
                                    

BLACKPINK - You Never Know
0:00 ─〇───── 0:00
⇄ ◃◃ ⅠⅠ ▹▹ ↻

Jimin membuka matanya. Kepalanya pusing dan tubuhnya sakit semua. Ia melihat ke sekeliling. Dia tak di tempat lain, dia di kamarnya sendiri. Namun sayang tangan dan kakinya terikat di kursi. Semakin ia bergerak, semakin sakit ia rasa.

Kedua mata pria itu mengerut. Ia meringis diantara desah nafasnya. Kepalanya benar-benar terasa sakit. Namun ia tetap berusaha membuka matanya. Menyadari bahwa seseorang melangkah padanya.

Orang itu menjambak rambuk jimin, membuatnya mendongkak sambil meringis. Jimin cukup terkejut, pria itu...

Jaehyun.

Jimin tertawa pahit. Ia baru sadar betapa bodoh dirinya selama ini. Teman terbaiknya ternyata adalah musuh terbesarnya. Orang yang selalu menginginkan kehancuran dirinya.

"Kenapa? Kaget?"

Jimin menatap datar.
"Apa pertanyaan mu masih berguna?"

PLAKK!!
BUGHH!!

Jaehyun menampar dan meninju wajah Jimin. Seakan wajah itu adalah samsak untuk latihan beladiri. Ia ingin wajah itu babak belur. Jimin hanya pasrah, meringis pun tak ada gunanya. Membiarkan wajah tampannya lebam dan penuh luka.

"Cepat katanya pasword nya!" Titah Jaehyun.

Jimin menatap nanar. Matanya terasa berat untuk terbuka.
"Jangan mimpi!"

Jaehyun ingin mengambil seluruh aset yang Jimin pegang. Dan juga melaporkan transaksi jual beli manusia yang Jimin lakukan. Tentunya semua berkas itu ada pada brankas pribadi Jimin.

Jaehyun menatap pada orang yang tengah mengutak-atik tombol pada brankas itu.
"Kau sudah menemukannya?"

"Belum."

Jimin kembali tertawa mendengar suara itu. Meski wajahnya tak terlihat, tapi Jimin tau bahwa dia adalah Seulgi. Ia hafal dengan suara itu. Namun Jaehyun murka mendengar tawa Jimin.

"BAJINGAN!"

BUGHH!!
BUGHH!!!

"kau masih bisa tertawa?! Kau sebentar lagi akan tamat Park Jimin!"

Jimin terengah-engah. Namun ia benar-benar merasa puas mengetahui bahwa Jaehyun lah musuh nya selama ini.
"Benar, orang bodoh seperti ku memang harus mati."

Jaehyun menarik kerah baju Jimin yang dipenuhi bercak darah. Ia benar-benar marah. Ia ingin sekali Jimin merintih dan memohon padanya untuk dilepaskan. Ia ingin Jimin bersujud dan meminta maaf padanya.

"Kau benar-benar membuat kesabaran ku habis!"

"Bunuh aku sekarang!" Ucap Jimin. "Ayo bunuh!"

Jaehyun geram. Ia kembali menampar dan memukul wajah Jimin. Pria itu tak lagi berdaya. Membiarkan Jaehyun memukulnya.

"Bukan kematian mu yang aku inginkan! Tapi kesengsaraan mu!"

Jimin tak lagi peduli. Hidupnya amat menyedihkan. Bahkan ia tak bisa percaya pada siapapun. Yang ada hanya penghianatan yang ia terima. Tuhan benar-benar menguji dirinya.

"Jae, aku tidak menemukan pasword nya, bagaimana ini?"

Jaehyun mendengus.
"Katakan pasword nya! Ayo cepat!"

"Bunuh saja aku!"

Jimin tau bahwa Jaehyun memang tidak akan membunuhnya. Karena itulah Jimin hanya asal bicara sedari tadi.

Devenir AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang