epilog

5.5K 313 21
                                    

Seoul, Korea Selatan

Belasan foto para gadis berada di mejanya. Pria itu memandang satu persatu wajah yang tergambar disana. Keraguan melanda. Dia tak tau harus memilih yang mana. Para gadis itu terlihat menawan meski dengan ciri fisik yang berbeda.

Namun tampang bukanlah jaminan baginya. Kecantikan bukanlah kriteria utama yang menjadi alasan untuknya memilih. Dia hanya tak ingin rugi dua kali untuk hal beresiko ini.

Dia sendiri tau bahwa perbudakan sudah tidak berlaku lagi di negaranya.

Entahlah, pria itu tak peduli. Sebut saja dia serakah. Dia merasa harus memiliki hamba sahaya yang selalu tunduk dan patuh padanya. Lalu bisa dia bunuh kapan saja. Hal itu dia pikirkan dengan metode yang sangat sederhana.

Bejat? Memang.

Sebuah foto gadis dengan garis wajah asian-Mongol mencuri perhatiannya. Wajah itu sekilas nampak biasa saja, sama seperti wajah Asia pada umumnya. Namun entah kenapa wajah polos itu benar-benar membuat perhatiannya tersita seutuhnya.

Mata lebar, hidung lancip, dan bibir mungil. Wajahnya lonjong serta rambutnya hitam kecoklatan. Memang biasa saja. Sangat biasa. Dia merasa tidak tertarik.

Roseanne Park.

Itulah nama yang tertera di sebalik foto. Dia kembali meletakkan foto itu dan mencari-cari foto lain. Namun semakin lama dia mencari, semakin bosan dan semakin pupus niatnya. Tak ada yang benar-benar menarik baginya.

Drrtt
Drrttt..

Suara deringan ponsel menyapa fokusnya. Dia melihat nomor pribadi yang tertera disana. Nomor dari wanita yang tengah melakukan transaksi perdagangan manusia bersamanya sekarang.

"Halo?"

     'Bagaimana? Apa anda sudah menentukan pilihan?'

Pria itu menatap tanpa selera pada foto-foto di mejanya.
"Tak ada yang ku suka."

     'Cobalah lihat-lihat lagi, bukankah mereka cantik? Mereka akan memuaskan mu.'

Pria itu bergidik.
"Apa kau bersedia memilihkannya untukku?"

Wanita itu terdiam sejenak.
     'Bagaimana dengan Roseanne? Dia mahir dalam pekerjaan rumah tangga.'

"Rose?" Tanyanya sambil meraih foto gadis bernama Roseanne Park dan memandangnya lamat-lamat.

Pria itu mengangguk mantap.
"Baik, uang mukanya akan ku transfer. Setengah lagi, setelah dia sampai di hadapanku."

🌷🌷🌷

Entah sedih atau bahagia, setiap kisah memiliki akhir masing-masing. Sejatinya keabadian hanya ada pada yang diatas.

Makasi buat kalian yang udah baca, gua ga pernah minta kalian vote cerita ini karena gua tau kalian adalah pembaca yang bijak. Kalian sendiri yang tau mana cerita yang layak untuk di vote atau engga.

Dan buat kalian yang selalu komen entah itu cuma bilang semangat atau komen" lain, gua juga berterimakasih (gua beneran jadi semangat loh) . Karena kalian udah mau menanggapi cerita yang alakadarnya ini😭😭

Maaf yang sebesar-besarnya karna gua harus menamatkan cerita ini🙏🏻 gua akan Hiatus untuk beberapa saat dan mungkin balik lagi dengan cerita teenfiction.

Salam hangat dari author 🌹
Jgn lupa share cerita ini 🙏🏻

Devenir AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang