3

5.1K 384 77
                                    

Seminggu sudah Rosè menjalani kehidupannya di negri ginseng. Tak pernah sehari pun ia lewati tanpa air mata. Kehidupannya sebagai budak memang membuatnya tersiksa.

Tok.. tok..
Tok.. tok..

Rose berjalan cepat ke arah pintu setelah mendengar suara ketukan. Pagi benar-benar waktu yang melelahkan baginya. Mulai dari menyiapkan air hangat, menyiapkan setelah jas, serta membuatkan sarapan untuk tuannya, Park Jimin.

Ceklek...

Rose tertegun saat melihat sosok pemuda disana.
"K-kau siapa?"

Pemuda itu ikut terheran.
"Harusnya aku yang bertanya, aku belum pernah melihatmu disini."

Rose mengerjap. Ia bingung harus menjawab apa. Ia bahkan gengsi menyebut dirinya sebagai budak.

"Emm.. aku--"

"Dia pembantu baru."

Rose menoleh ke sumber suara dan mendapati Jimin yang sudah siap dengan setelan jas yang tadi rose siapkan. Terlihat gagah meski dasi yang bertengger di bahunya belum Rosè pintalkan.

"Oo begitu..." Ucap pemuda itu mulai memasuki rumah Jimin.

"Kenalkan, aku Felix Lee. Aku ajudan pribadi..." Pemuda itu mengulurkan tangan pada Rosè. "Sekaligus adik sepupu Jimin Hyung."

Dengan ragu Rosè menjawab uluran tangan itu.
"A-aku Rosè."

"Rose, siapkan untuk Felix juga."

"Baik tuan." Rose menunduk hormat sebelum berlalu menuju dapur.

Pemuda bernama lengkap Felix Lee itu terkekeh. Membuat Jimin menatap dingin.
"Kau gila?"


Felix mendelik masih dengan senyum jahilnya.
"Hyung, sejak kapan kau punya pembantu? Lucu sekali."

"Aku punya segalanya kau tau?"

"Pfttt... Apa dia juga tinggal disini?" Tanyanya lagi.

"Bukan urusanmu."

"Astaga Hyung, jawabanmu ketus sekali." Sergah Felix menahan tawanya.

"T-tuan, sarapan sudah siap." Ucap Rosè menghampiri dua lelaki itu.

"Kau pergilah ke meja makan dulu." Titah Jimin pada Felix.

Pemuda itu tak kuasa menahan diri karena aroma masakan Rose bisa ia cium, dan membuat lambungnya merengek minta diisi.

"Dan kau.." Jimin menoleh pada Rosè yang menunduk. "Pasangkan dasi ku!"

"Baik tuan."

Rose meraih sepotong kain yang bertengger di baju Jimin dengan hati-hati. Lalu memakaikannya pada leher Jimin. Se-hati-hati mungkin ia memintal kain itu agar terlihat rapi di leher tuannya.

Namun sebuah bekas luka melintang yang cukup panjang menyita perhatian Rose meski ia tak berniat bertanya.

"Kau..."

Devenir AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang