2

5.5K 406 40
                                    

Gadis itu memandang tempat di sekelilingnya. Sebuah Padang rumput yang tampak tak berujung. Langit biru tanpa tiang dan hamparan luas membentang. Ada ratusan bahkan ribuan polaroid yang melayang disini. Polaroid yang berisi dirinya sendiri.

"Ini tempat apa?"

Rose terus berjalan. Mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Merasa dirinya sendirian. tidak ada seorang pun disini. Tidak ada angin. Tidak ada air. Rose pun heran entah apa yang membawanya ke ruang hampa udara ini.

"Putriku..."

Rose menoleh ke sumber suara. Rose berbalik dan mendapati sosok pria yang ia rindukan ada disini. Ayahnya yang sudah meninggalkan nya, datang menemuinya.

"Ayah..."

Rose berlari menghampiri ayahnya. Lalu tanpa berpikir panjang langsung memeluk pria itu. Pria yang sangat ia sayangi.

"Putri kecil ayah sudah besar." Ucap pria itu mengecup puncak kepala Rosè.

"Ayah, aku ingin bersamamu. Hiks!"

Sang ayah merenggangkan pelukannya. Menatap putrinya yang terisak akan dirinya.
"Kau akan menjalani hidup yang luar biasa nak. Bertahanlah..."

"Ayah jangan pergi..."

-
-
-

"AYAH!!!"

Mata indah itu terbuka. Ia kembali menangis setelah memimpikan ayahnya. Ia bahagia dengan keadaan ayahnya yang bersih dan terlihat tenang.

Namun hal lain membuatnya terheran. Pasalnya, ia berada di sebuah ruangan kelam dan dingin. Dengan kondisi kedua tangan dan kaki terikat.

Ia merasa benar-benar tidak berdaya. Bahkan untuk menggeliat pun ia tak sanggup. Tubuhnya terasa lemas. Kepala nya benar-benar sakit dan pusing. Perutnya perih, entah sudah berapa lama dia tak makan.

Sebuah suara menyita perhatian Rose. Terdengar seperti slot pintu yang dibuka dengan anak kuncinya.

Ceklek~~

Secercah cahaya menembus retina matanya. Gadis itu memicingkan matanya karena silau. Saking lamanya matanya tertutup, ia harus menyipitkan mata dengan cahaya ini.

Dua orang pria masuk dan menghampiri Rosè. Salah satu dari mereka membuka ikatan pada kaki Rosè. Lalu mereka berdua dengan kasar menarik rose agar berjalan ke luar meski Rosè benar-benar lemah.

"Ahhkk!"

Rose meringis saat dua pria itu mendorong tubuhnya hingga tersungkur di lantai. Kepalanya terbentur keras. Kedua tangannya masih terikat sempurna. Membuat tubuhnya tak berdaya untuk bangkit. Tak ada yang Bisa Rose lakukan selain menangis.

"Dia sudah di hadapan ku sekarang."

"..."

"Baik. Uangnya sudah ku transfer. Urusan kita selesai."

Tut...

Rose menyadari bahwa kepalanya berada tepat di depan sebuah kaki. Dimana kaki itu milik seorang pria yang kini berjongkok memperhatikan Rose yang tersungkur tak berdaya sambil menangis pilu.

Tanpa belas kasihan, Pria itu meraih rambut Rosè kasar.

"Ahk!"

Rose bahkan masih ingat betapa sakitnya jambakan dari si ibu tiri. Tapi kali ini, rasanya jauh lebih sakit, Lebih panas, dan benar-benar membuat kulit kepala Rosè seakan terkelupas seluruhnya.

Devenir AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang