9

3.8K 371 59
                                    

Hari-hari berjalan normal seperti biasa. Jimin kembali menjalani pekerjaannya dan tidak lagi mendapat teror-teror aneh sejak kejadian beberapa hari yang lalu.

Namun bagaimanapun Jimin akan selalu waspada, ia selalu ingat bahwa di air yang tenang, sering kali ada buaya. Mungkin hari ini dia tenang, belum tentu kedepannya bagaimana.

Matahari mulai bergeser menuju peraduan. Lembayung senja membentang di langit menciptakan pesona tersendiri. Jimin memilih bangkit dari bangku kerjanya dan melangkah keluar dari ruangan kebesarannya. Jam kerjanya dia anggap sudah usai.

Drrttt..

Jimin menghentikan langkahnya saat ponsel yang berada di saku jasnya berdering. Tanpa berlama-lama ia langsung meraih ponsel itu. Yang mana itu adalah ponsel barunya.

My sweety ❤️ Jimin langsung berdebar saat Seulgi meneleponnya.

"Yoboseyo?"

'Aku rasa, kita harus bertemu hari ini. Kau ada waktu?'

Ada sekelebat rasa aneh dalam hati Jimin. Rasa tak enak hati dan entahlah, kenapa dia merasa tidak tenang akan nada bicara Seulgi yang terkesan datar.

"Baik, dimana?"

'Akan aku kirimkan lokasinya.'

Tut...

-
-
-

Jimin menghentikan mobilnya di depan sebuah bar. Seulgi mengajaknya untuk bertemu disini.

Entahlah, Jimin benar-benar merasa bersalah dan merasa telah menjadi kekasih yang buruk. Sejak Seulgi pergi dari rumah Jimin waktu itu, Jimin bahkan lupa untuk menghubungi Seulgi, jangankan minta maaf.

Dan selama itu, selama Jimin di rumah sakit saat Rosè dirawat, juga saat Rosè diculik, ada banyak pesan dan panggilan tidak terjawab yang sama sekali tidak Jimin buka. Dan itu semua dari seulgi, kekasihnya yang dia abaikan.

'Seul, kau boleh marah padaku..'

Jimin melangkah cepat masuk ke bar, untung saja ini bukan akhir pekan sehingga tempatnya tidak terlalu ramai. Saat mengedarkan pandangannya, Jimin bisa melihat Seulgi yang duduk di sebuah meja dengan segelas jus di hadapannya.

Gadis bermata sipit itu menatap Jimin datar saat Jimin memilih duduk di hadapannya. Mendadak Jimin merasakan buku kuduknya merinding dengan aura mengintimidasi dari Seulgi.

"Seul..."

"Apa aku bukan siapa-siapa bagimu?"

Deg!

Lidah Jimin kelu seketika. Pertanyaan Seulgi benar-benar menohok dan membuatnya tak bisa berkata apa-apa lagi.

"Seul aku bisa jelaskan..."

"Hahaha..."

Seulgi tertawa keras. Bersamaan dengan air matanya yang jatuh. Dada Jimin benar-benar sakit saat melihat Seulgi seperti ini. Entahlah, rasa cinta Jimin pada Seulgi tidak akan bisa digambarkan dengan apapun, bahkan seulgi sendiri tak mengerti bagaimana Jimin mencintainya dengan cara sendiri.

"Hahahah, lucu sekali..." Seulgi mengusap ujung matanya.

"Seul..."

"Bahkan jika aku bayar dengan air mata, kau masih tak memberiku kabar Jim!"

Jimin bahkan tidak pernah melihat Seulgi menangis. Jimin selalu melihat keceriaan dan tawa indah dari seulgi yang mana membuat hatinya menghangat.

"Maafkan aku..."

"Takkan ada gunanya kata maaf jika ini semua kan terulang." Seulgi benar-benar membungkam Jimin. "Sudah kesekian kalinya kau memperlakukan aku seperti ini..."

Devenir AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang