18

3.3K 355 108
                                    

Bukan menyerah, hanya lelah. Bukan menghindar, tapi hanya sadar. Bukan putus asa, tapi hanya mencari jalan untuk sampai pada tujuan yang sama, tanpa harus membasuh luka dengan air mata.

🌷🌷🌷

Tanah air merentang menyambut kepulangannya. Pria itu tergesa-gesa saat perjalanan dari bandara menuju rumahnya. Sekian kali mengatakan untuk mempercepat laju mobil pada supir pribadinya, dan bahkan saat sudah sampai di rumahnya sendiri, bukannya menyusun barang-barang ke kamar, ia malah berjalan cepat menyusuri ruang antar ruang di rumahnya.

"Astaga Hyung.. kau ini mengejar apa sih?"

Felix hanya mengerjap lemah. Ia sudah lelah akan sifat sepupunya yang benar-benar aneh belakangan ini. Ia sudah tak paham. Bahkan ia merasa bahwa laki-laki yang ia panggil 'hyung' itu sudah tidak waras.

Langkah pria itu terhenti di dapur, dia sedikit mengernyit saat tak melihat budak yang ia cari sedang tidak ada disana. Bertanya-tanya dalam hati menanyakan keberadaannya.

Kakinya terus melangkah membawa dirinya ke halaman belakang. Dirinya tertegun di pintu. Saat melihat sang budak tengah bersenandung kecil sambil menyiram beberapa bunga disana. Gadis itu terlalu sibuk dengan selang air hingga tak menyadari kepulangan dirinya.

Jimin sedikit mengerjap saat melihat sang budak mengangkat tangan untuk menguncir rambutnya. Mendadak dadanya berdegup kencang. Tapi bukankah hal tersebut wajar? Mengingat matahari yang sudah mulai naik. Namun hal sederhana itu bisa terasa amat spesial bagi seorang park Jimin.

Pria itu hanya tersenyum kecil dan berjalan menghampiri Rosè, budaknya. Dan lagi, gadis itu masih terlalu sibuk dengan aktivitasnya sehingga tak menyadari kehadiran Jimin. Bersenandung layaknya tak memikirkan beberapa hal yang menganggu pikirannya belakangan ini.

Jimin memilih untuk melingkarkan tangannya. Memeluk sang budak, dan berbisik,
"Aku pulang."

Deg!

Rose seketika terkejut. Matanya melirik tangan Jimin yang melingkar di pinggangnya. Darahnya berdesir hebat.
"Tuan..."

Rose mematikan keran air di tangannya dan memilih untuk berbalik meski tangan kekar itu masih membelit pinggangnya.
"..kau pulang lebih awal."

Chupp

Rose memejamkan matanya. Merasakan kecupan yang mendarat di dahinya. Tangannya reflek menumpu pada dada Jimin.
"Ada sesuatu yang tidak bisa ku tinggal lama."

Apa itu dirinya? Tidak! Rose berusaha membuang jauh hayalan setinggi itu. Bagaimanapun dia hanya seorang budak. Manusia dengan status rendah yang tak bisa berbuat apa-apa.

"Kau tak bisa meninggalkan kantor terlalu lama, tuan?"

Jimin terkekeh. Menatap wajah merona di hadapannya.
"Bukan."

Rose kembali berpikir.
"Pasti nona Seulgi sud..."

"Ssstttt..." Jimin berdesis, meminta Rosè untuk tidak berucap lagi. "Jangan ditebak."

Rose hanya menunduk. Menyembunyikan wajahnya. Sedangkan tangannya masih menumpu pada dada Jimin.

Tak sadar bahwa Felix dari kejauhan tersenyum kecil melihat momen mereka. Meski hanya sebentar, dan pemuda bermarga Lee itu memutuskan untuk segera pulang, membiarkan kedua insan itu saling melepas rindu.

"Tuan.."

"Hm?"

"Kau sudah makan?"

"Belum."

Devenir AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang