18 - Terlalu Cepat

1.3K 147 4
                                    

Usai Pandu berbicara mengenai niatnya yang ingin melamar Retno bulan depan, Retno lebih banyak diam saat sedang makan malam. Pandu dan ibunya—-Kinanti pun menyadari hal itu karena biasanya Retno banyak bicara saat bersama dengan Kinanti. Retno adalah orang yang sulit menyembunyikan moodnya. Ketika sedang sedih maka Retno akan lebih banyak diam. Dan terbukti saat Retno sudah selesai makan dan membantu Kinanti mencuci piring, Retno lebih memilih duduk di kursi teras rumah Pandu daripada masuk ke kamar tamu seperti Pandu yang masuk ke kamar miliknya untuk berganti baju.

Sedang melamun sambil melihat langit di malam hari, Retno dikejutkan oleh kedatangan Kinanti yang ikut duduk di kursi yang ada di samping Retno. "Retno lagi apa?. Kenapa melamun?." Tanya Kinanti dengan senyum yang sangat tulus dan perhatian. Retno jarang melihat senyuman seperti itu dari ibunya sendiri. Sementara itu, guratan senyum kaku tidak bisa Retno sembunyikan dari wajahnya. Terlihat oleh Kinanti kegelisahan dan kecemasan yang Retno berusaha sembunyikan, tapi nyatanya tidak bisa. "Kamu lagi kepikiran soal lamaran Pandu yang terlalu cepet ya?."

Pertanyaan Kinanti cukup membuat Retno kaget. Kenapa Kinanti bisa mengetahui Retno sebegitu dalamnya?. Waktu Retno galau karena Aldi yang akan menikah dengan Poppy pun Kinanti dapat melihatnya sampai bisa menenangkan hati Retno dengan segala kalimatnya. Sekarang, tanpa berkata pun Kinanti dapat menebak dengan satu kali tebakan. "Kenapa ibu bisa tau?." Tanya balik Retno yang sudah mulai memanggil Kinanti dengan ibu—— semenjak Kinanti yang menelepon Retno karena sudah diberitahukan Pandu kalau dia sudah berniat serius dengan Retno.

"Ibu juga perempuan. Ibu merasakan sekali. Disaat kita memutuskan untuk memulai hubungan serius dengan laki-laki pasti akan banyak keraguan yang muncul dalam hati kita. Apa dia laki-laki yang tepat?. Apa ini gak terlalu cepat?. Apa kita bakal benar-benar di bahagiakan?. Apa dia bener-bener jodoh kita?. Ibu pernah mengalami hal itu." Penuturan Kinanti membuat Retno lega. Perasaan gelisah yang baru dirasakan Retno ini juga dirasakan oleh orang lain. Retno bingung kenapa saat akan menikah dengan Aldi dulu Retno tidak merasakan keraguan dan kegelisahan seperti ini. Apa karena dulu Retno sangat mencintai Aldi sampai-sampai dia buta akan hal yang lebih realistis?. Atau karena dulu Retno yang hanya ingin cepat-cepat keluar dari rumah?. Retno tidak tau kenapa. Yang Retno sadari hanya satu hal, dulu dia hanya tau bersenang-senang saja. Sekarang ini dia benar-benar ingin merasakan arti kebahagiaan yang sesungguhnya dan long lasting. Jadi segala keputusan yang dia akan buat butuh proses pemikiran yang sangat matang.

"Ini bukan masalah Mas Pandunya, bu. Tapi aku nya." Pengakuan Retno yang pelan dan lebih terdengar seperti berbisik membuat Kinanti semakin mendekatkan dirinya. "Aku yang merasa kurang. Aku takut karena kekurangan itu nanti Mas Pandu tinggalin aku."

Kinanti mengambil tangan Retno yang ada di atas meja, layaknya seperti seorang ibu yang sedang menenangkan anaknya. "Setiap orang punya kekurangannya sendiri, Retno. Pandu juga punya kekurangan. Bukan cuma kamu yang punya kekurangan."

Di perlakukan begitu lembut dan penuh kasih sayang oleh Kinanti membuat Retno meneteskan air mata. Dirinya benar-benar merasa dihargai oleh Kinanti. "Ibu, aku punya banyak kekurangan. Masa lalu ku juga kelam banget. Mas Pandu tau itu semua, aku udah bilang tapi bagaimanapun aku takut kalau Mas Pandu suatu saat nanti tinggalin aku. Dan yang paling membuat aku takut, aku gak bisa benar-benar berubah dan gagal jadi istri. Aku gak mau punya keluarga yang kacau kayak keluargaku sekarang. Aku gak mau anakku nanti merasakan apa yang aku rasakan." Tumpahan hati Retno benar-benar menyanyat hati Kinanti. Korban dari keadaan rumah tangga keluarganya yang berantakan membuat Retno seperti saat ini. Kinanti merasakan sekali, bagaimana Pandu dulu dan dirinya sendiri saat suaminya pergi dengan wanita lain. Dan itu jelas bukan salah Retno sama sekali.

"Ibu sangat yakin kalau kamu pasti bisa berubah karena ibu tau kalau kamu itu sebenarnya anak yang sangat baik. Jangan terus menerus menyalahkan diri sendiri. Diri kamu juga butuh untuk di banggakan. Kamu bertahan sampai pada titik kamu ingin berubah saat ini, itu pencapaian yang besar." Kinanti berdiri dari duduknya kemudian mengusap punggung Retno. "Kamu harus terus berusaha dan jangan menyerah, No. Ibu dan Pandu akan selalu mendukung kamu. Masa lalu itu bukan hal yang harus dipikirkan. Masa lalu itu pelajaran. Jadi stop memikirkan hal yang buruk. Ibu dan Pandu juga masa lalu yang kelam." Retno memeluk Kinanti dengan erat kemudian menangis di perut Kinanti sampai tersedu-sedu. Dalam hati Retno bertanya, kenapa ada orang sebaik Kinanti?. Kenapa Kinnati baru dihadirkan dalam hidupnya saat ini?.

Langkah KakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang