"Mah aku mau pindah ke apartemen." Ucap Retno tegas. Ibunya tau jika Retno sudah berkata dengan nada seperti itu maka apa yang diinginkannya tidak bisa dibantah. Apalagi mendengar kata 'tidak'.
"Oke. Tapi sebelum itu kenapa?." Tanya mamahnya dengan nada cuek. Retno sudah biasa. Pasti mamahnya menerima telepon dari Retno sambil membaca berkas kasus yang ditanganinya.
"Aku gak mau serumah sama adek tiri gak tau diri." Jawab Retno kesal sambil meninju kasur yang sedang dia tiduri.
"Kenapa emangnya Poppy?." Tanya mamahnya santai. Retno tahu, walaupun mamahnya tidak pernah berlaku kasar atau jahat pada Poppy sepeti di film-film tapi dalam hati mamahnya itu ada perasaan tidak suka akan kehadiran Poppy. Sama seperti Retno, mamahnya menekankan berulang-ulang kalau itu bukan ulah Poppy melainkan ulah ibunya Poppy.
"Ada aja lah aku males bahas. Pokoknya mamah harus ijinin dan kasih aku apartemen minggu ini."
"Baiklah. Buat siapa lagi mamah cari uang mati-matian. Minggu ini mamah janji bakal ada apartemen buat kamu beserta isinya." Jawab mamahnya.
Retno tau jika urusan uang, mamahnya akan langsung menuruti. Meminta mobil dan apapun terasa lebih gampang dibanding kalau Retno meminta mamahnya untuk memasak. Mamahnya akan ceramah panjang lebar dan seolah tidak mendengar.
"Ya udah makasih mah."
"Hem." Retno langsung menutup teleponnya dan menghembuskan nafas. Retno merasa mamahnya itu lucu, sudah beberapa minggu meninggalkan rumah tapi mamahnya sama sekali tidak menanyakan kabar. Dulu Retno sering bertanya, kok mamahnya tidak khawatir meninggalkan Retno beberapa hari dirumah dan lebih mementingkan pekerjaan. Mamah Retno hanya menjawab, "kan mamah udah sediain supir sama bibi supaya kamu terjamin makan dan segalanya jadi jangan manja ya Retno. Mamah cari uang juga buat kamu."
Sekarang Retno sudah terbiasa bahkan tidak pernah berharap perhatian secuil pun dari mamahnya. Apalagi dari papahnya yang suka melanglang buana entah kemana.
**Sesuai dengan janji mamahnya, Retno dibelikan apartemen yang nyaman dan bersih. Retno sangat senang. Bersyukur kini hidupnya sendirian dan tidak perlu melihat Poppy yang selalu berkeliaran dirumah. Karena jujur Retno merasa muak dengan melihat keberadaan Poppy.
"Gimana apartemennya kamu suka?." Tanya mamahnya ketika Retno menelepon untuk melaporkan kalau semuanya sudah dia terima.
"Suka, tapi aku punya satu lagi permintaan mah." Ucap Retno.
"Apalagi No?." Tanya mamahnya diiringi dengan suara halaman kertas yang dibuka. Retno memutar mata.
Mamah kapan berhenti bekerjanya sih?. Perasaan tiap ditelepon pasti lagi kerja.
"Aku mau pindah kerja mah..." Mamahnya sudah akan memotong perkataan anaknya. Tapi buru-buru Retno melanjutkan lagi kalimatnya. "Gak apa-apa posisi bawah juga. Aku mau mulai dari awal kok mah." Retno sangat tau mamahnya ini sensitif kalau urusan pekerjaan dan menjunjung tinggi profesionalisme.
"Sebentar... kamu lagi mau mulai hidup baru?. Pindah rumah sama kerjaan segala." Komentar mamahnya dengan tenang namun mengintimidasi. Ya maklum mamah Retno pengacara yang terkenal handal dan bagus.
"Iya. Ada sesuatu hal yang terjadi dan aku gak suka." Jawab jujur Retno.
"Okei. Akan mamah carikan yang sesuai, tapi ingat tidak boleh mengeluh dan harus profesional. Jangan buat nama mamah malu karena rekomendasiin nama kamu ya."
"Iya mah."
"Dan satu lagi, inget kamu harus mau dari posisi bawah."
"Iya mah..." jawab Retno malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langkah Kaki
Roman d'amourTertarik dengan seseorang yang pernah dia sia-siakan di masa lalu adalah hal yang berat sekaligus rumit bagi Retno. Apalagi kalau seseorang ini sudah memiliki keluarga. Bimo, laki-laki yang pernah dicampakkan olehnya perlahan telah membuatnya jatuh...