"Aku pergi dari Bandung ke Jakarta dianterin sama Mas Bimo." Jujur Retno yang ternyata cukup membuatnya lega. Sesak memang awalnya dan juga sulit, tapi setelah selesai mengatakan hal itu seperti ada satu beban yang terlepas dari dadanya. Tapi satu pernyataan yang keluar dari mulutnya itu menarik pertanyaan lain dari Bimo dan Retno sudah memprediksikan itu. Jadi tidak kaget.
"Kok bisa?. Setau aku Mas Bimo bukan laki-laki yang mau satu mobil berdua sama lawan jenis."
Melihat perjalanan yang sebentar lagi akan sampai ke apartemen, Retno memilih izin untuk bicara ditempat yang lebih leluasa. "Sebenarnya ada yang belum mas tau. Bisa kita bicara di tempat yang lebih nyaman?." Tanya Retno dengan suara yang lemah. Setelah pertanyaan itu jawaban tidak langsung terdengar dari mulut Pandu. Apalagi saat lampu merah berubah menjadi hijau, Pandu memajukan mobilnya lagi.
"Mas..." panggil Retno lagi.
Pandu terus menyetir dan melihat lurus ke depan. "Kita ngobrol di apartemen aku aja." Usul Pandu.
"Boleh." Tidak bisa membantah atau meminta yang aneh-aneh, Retno sadar diri.
Ketika sudah sampai di unit Pandu, Retno dan Pandu duduk saling bersebelahan di sofa abu milik Pandu. Duduk tidak setenang biasanya. Retno akui dirinya memang nakal sedari dulu, tapi dirinya tidak pandai berbohong. Lebih baik berkata pahit daripada bicara sebuah kebohongan. Pandu yang menyadari gerak gerik Retno yang gelisah itu pun mengulurkan tangannya untuk digenggam. "Aku tau kamu gugup." Kata Pandu yang berusaha mengkuatkan diri sendirinya juga untuk mendengarkan apapun yang akan dikatakan oleh Retno.
Senyum pilu terbit dari bibir Retno. Tangannya menggapai tangan Pandu dengan perlahan. Ragu kalau Pandu nanti masih akan memegang tangannya setelah tau cerita sebenarnya. Bahkan mata Retno tidak berani untuk menatap kedua mata Pandu secara langsung. Retno lebih memilih menatap ujung meja yang ada dihadapannya. "Mas Pandu inget kan kalau Mas Bimo pernah tinggal di rumah aku waktu kuliah dulu?." Tanya Retno untuk memulai segala ceritanya.
Pandu jelas mengingat hal itu. Kebohongan pertama Retno yang sebenarnya sudah memunculkan kecurigaan pada Pandu. Ada apa dengan Retno dan Bimo?. Pertanyaan yang selalu ada dikepala Pandu, kalau memang tidak ada apa-apa kenapa Bimo dan Retno seakan saling tidak mengenal. Itu suatu kejanggalan yang dirasakan Pandu, tapi karena rasa cintanya pada Retno lebih besar, Pandu lebih memilih melupakan dan mempercayai Retno saja. "Iya." Jawab Pandu singkat.
Retno mulai menceritakan bagaimana mulanya Bimo bisa tinggal di rumahnya kemudian mulai menunjukan sikap spesial dan perlakuan yang tidak biasa padanya sampai akhirnya Bimo meminta Retno untuk menikah dengannya setelah Bimo lulus kuliah. Retno menceritakan semuanya dengan jujur dan terbuka. Sampai akhirnya Retno menceritakan bagaimana dia bertemu lagi dengan Bimo. Di bagian ini Retno sebenarnya sangat berat untuk menceritakannya karena setelah dirinya patah hati oleh Bimo, Retno dekat dengan Pandu. Pandu bukan orang bodoh, dirinya bisa menyimpulkan kalau Pandu menjadi pelarian dan balas dendam Retno pada Bimo. Pandu jadi mengerti kenapa Retno tertarik untuk pergi ke acara yang berhubungan dengan Bimo. Bodohnya Pandu tidak menyadari itu sedikitpun.
".... Sampai akhirnya kemarin Mas Bimo bilang kayak gitu waktu di perjalanan Bandung-Jakarta. Sumpah tapi mas, aku nolak Mas Bimo. Aku pilih kamu."
Tangan Pandu terlepas seketika, Retno merasa kaget. Yang ditakutkannya di awal tadi ternyata benar terjadi. "Mas Pandu..." ucap Retno lirih. Pandu hanya diam, tidak berkata apapun. Jauh sekali dengan Aldi yang mungkin sudah memukulnya atau meneriakinya dengan kata-kata kasar. Walaupun begitu, Retno merasa marahnya Pandu saat ini lebih membuatnya sakit dan tersiksa. "Maafin aku, mas. Aku salah besar." Jujur Retno menitikkan setetes air mata.
Tubuh Retno yang awalnya duduk lurus kini menyamping kepada Pandu dengan kepala menunduk. "Mas walaupun gitu, aku beneran udah mulai cinta sama mas. Aku gak main-main saat mutusin buat nikah sama mas. Di lubuk hatiku paling dalem, Mas Pandu itu laki-laki yang paling tepat buat aku." Ungkap Retno mengungkap apa yang ada di dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langkah Kaki
RomansaTertarik dengan seseorang yang pernah dia sia-siakan di masa lalu adalah hal yang berat sekaligus rumit bagi Retno. Apalagi kalau seseorang ini sudah memiliki keluarga. Bimo, laki-laki yang pernah dicampakkan olehnya perlahan telah membuatnya jatuh...