11 - Cerita Pandu

1.3K 144 4
                                    

Retno melihat jam di ponselnya ternyata sudah menunjukkan pukul lima lebih, tapi aneh Pandu belum juga keluar dari ruangannya. Tadi Pandu janji akan mengantar Kinanti ke Bekasi setelah pulang kerja. Retno saja sudah akan pulang, tapi Pandu belum keluar juga. Akhirnya karena penasaran Retno mengetuk pintu dan masuk setelah Pandu mempersilahkan. Pandu terlihat masih sibuk dengan dokumen-dokumennya. "Ada apa Retno?." Pandu untuk sejenak mengangkat pandangannya.

"Gak apa-apa mas, cuman heran kok udah jam lima mas belum keluar ruangan, katanya mas mau anterin Tante Kinanti ke Bekasi."

Pandu langsung mengangkat tangan dan melihat jam di tangannya. "Ya ampun udah jam lima aja. Aduh gawat."

"Kenapa mas?."

"Ini Pak Direktur ngedadak minta rancangan keuangan proyek Ambon yang harusnya selesai besok jadi minta selesai hari ini. Pak Direktur malem ini harus terbang keluar kota."

"Gak kirim email aja mas?."

Pandu menggaruk keningnya. "Aku disuruh sambil persentasi juga. Proyek gede sih jadi Pak Direktur minta jelas banget. Gimana ya?.

"Em.. gimana kalau aku aja yang anter Tante Kinanti?." Tawap Retno tanpa pikir panjang.

Pandu jelas langsung kaget. "Hah?. Enggak usah. Ngerepotin. Nanti malem aja selesai persentasi."

"Bukannya Tante Kinanti perlu istirahat?. Kan mau masak buat catering. Lagian Mas Pandu kan pasti capek kalau selesai persentasi."

Pandu tersenyum. "Makasih ya. Kamu care banget, No."

Retno melirik dengan matanya. "Jadi... gak apa-apa aku yang anterin Tante Kinanti?."

Pandu mengangguk. "Kalau enggak ngerepotin kamu." Hati Pandu berdesir saat ini. Selain Retno yang tidak banyak omong, tapi sangat perhatian padanya, perlakuan Retno pada ibunya pun membuat Pandu semakin jatuh cinta.

"Enggak kok. Ya udah aku berangkat. Mas kabari aja Tante Kinanti ya."

"Oke. Ini kamu pake mobilku aja." Pandu membawa kunci mobilnya kemudian memberikan pada Retno.

"Udah gak usah, pake mobil ku aja. Aku kan tadi ke kantor bawa mobil."

"Ya udah kalau gitu." Retno sudah akan pergi, Pandu memanggil Retno lagi. "Hati-hati." Retno hanya membalasnya dengan senyuman. Kemudian hati Pandu kembali berdebar melihat senyuman Retno.
**

Kinanti sudah siap dengan segala barang yang akan dibawanya. "Retno.. kamu beneran gak apa-apa mau nganterin tante?. Tante gak apa-apa kok, bisa naek umum atau travel." Sapa Kinanti saat Retno menjemputnya di unit Pandu.

"Jangan, sekarang udah mau malem. Takut juga kalau naik umum gitu. Udah gak apa-apa, saya kan sering pergi-pergi. Jadi deket sih tante kalau cuma ke Bekasi." Balas Retno sambil bercanda.

"Makasih banget loh ya." Kinanti sudah akan mengangkat dua tas besarnya, tapi Retno mengambil alih. "Udah gak usah. Biar sama tante. Kuat kok."

"Jangan, nanti tante sakit pinggang." Canda Retno lagi.

"Tante gak suka sakit pinggang kok. Sakit badan paling." Balas Kinanti lagi sambil berjalan.

Retno dan Kinanti pun berdua berjalan menuju mobil Retno yang terparkir di basement. Keduanya banyak membicarakan hal ringan, yang Retno sendiri pun tidak pernah membicarakannya dengan mamahnya sendiri. "Kamu mau denger gak kelanjutan cerita Pandu?." Tanya Kinanti tiba-tiba setelah keduanya sudah di mobil.

"Mau tante, kalau boleh." Jawab Retno sambil menunggu macet. Memang kalau jam pulang kerja jalanan menuju Jakarta selalu padat merayap.

"Dulu waktu kuliah Pandu deket sama temen ceweknya yang satu BEM sama dia. Pandu sering ajak cewek itu ke rumah, tapi Pandu belum pacaran. Nah waktu Pandu udah lulus mereka pacaran tuh, karena janji dia ke tante gak akan cinta-cintaan dulu sebelum lulus kuliah." Cerita Kinanti sambil mengawang-ngawang ke masa Pandu baru lulus kuliah.

Langkah KakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang