Sekembalinya ke kantor, Retno lebih banyak diam. Bayangan kejadian Nino yang siang tadi melecehkannya berhasil memporak-porandakan jiwa Retno yang sudah rapuh dan dipaksa kuat untuk menerima keadaan keluarga juga pengkhianatan tunangannya.
"No, lo gak apa-apa?. Gue perhatiin dari tadi diem aja." Dela merasa ada yang aneh melihat teman dekatnya itu murung sepulangnya dari kantor pajak tadi dengan Pandu. "Lo gak ada masalah sama Pak Pandu kan?. Soalnya tadi gue liat Pak Pandu juga jadi pendiem."
Retno langsung menggeleng lemah. "Gak kok. Gue gak ada masalah sama Pak Pandu. Mood gue aja lagi jelek." Jawab Retno mencoba meyakinkan Dela.
Dela mencoba percaya, meski sebenarnya dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Retno. "Ya udah, gue balik duluan ya?."
"Iya lo pulang duluan aja. Gue masih mau nyeleseiin kerjaan gue."
"Oke. Bye." Dela melambaikan tangan pada Retno yang membalasnya dengan senyuman terpaksa.
Selang beberapa lama Pandu mendekati kubikel Retno dengan wajah khawatir. "Retno boleh kita bicara sebentar di pantry?." Tanya Pandu hati-hati dan sopan.
Retno yang awalnya hanya ingin sendiri merasa tidak enak kalau menolak ajakan Pandu yang sangat sopan. "Iya boleh. Ayo."
"Makasih." Pandu lega, dia tersenyum tulus pada Retno karena sudah mau menerima ajakannya.
Dipantry Pandu membuatkan teh manis hangat dan juga kopi untuk dia dan Retno. Kebetulan Pandu lebih suka teh daripada kopi. "Ini punya kamu." Pandu menyimpan cangkir kopi di hadapan Retno.
"Makasih ya mas." Retno memandang heran pada Pandu yang terlihat seperti orang gelisah. Ingin mengatakan sesuatu, tapi sulit. "Mas kalau mau ngomong, ngomong aja."
Pandu menghirup nafasnya kemudian menghembuskan perlahan. "Gini Retno, saya benar-benar mau minta maaf. Akibat ulah teman saya kamu mendapatkan perlakuan yang gak seharusnya. Saya menyesal ngenalin kamu sama dia." Pandu meminum tehnya setelah mengatakan itu semua.
Refleks Retno tersenyum singkat. Dia tidak menyangka masih ada laki-laki yang baik seperti Pandu. Temannya yang melakukan, tapi dia yang merasa tidak enak. "Dia sebenernya udah kenal saya duluan kok sebelum Mas Pandu yang kenalin."
Pandu terlihat terkejut. "Oh iya?. Dimana?."
"Tempat dimana judge yang negatif bisa menghampiri saya." Jawab Retno pelan.
Pandu diam sebentar untuk menebak maksud jawaban Retno tersebut. Dia sudah menebak satu tempat, tapi dia tidak ingin menanyakannya pada Retno untuk memastikan. Pandu tau, dia tidak berhak bertanya banyak ketika seseorang mencoba menjaga privasi nya. "Oh begitu, tapi saya benar-benar merasa tidak enak, No. Saya bisa tau dan liat dari mata kamu kalau kejadian tadi membuat kamu terluka." Terang Pandu atas apa yang dilihatnya dan yang membuatnya merasa tidak enak.
"Terima kasih mas udah cemasin saya. Dan ya.... harus saya akuin kejadian tadi buat saya kaget dan terluka. Saya memang bukan cewek yang baik, tapi cewek mana sih yang gak sakit hati kalau hampir diperkosa?." Balas Retno sambil memainkan cangkir kopinya.
Pandu cukup terkejut dan ssalut dengan kejujuran Retno. Dari yang bisa Pandu tangkap saat berbicara dengan Retno, dia selalu menginginkan lawan bicaranya tau dengan kekurangan dan kejelekan yang Retno punya. Pandu jadi berpikir apa yang membuat Retno melakukan hal itu?. "Kamu juga belum makan dari siang ya?."
"Iya. Saya gak laper."
"Nanti saya anterin kamu makanan sebagai nebus rasa bersalah saya."
Retno tersenyum. Pandu ini benar-benar laki-laki baik. "Gak usah mas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Langkah Kaki
RomansaTertarik dengan seseorang yang pernah dia sia-siakan di masa lalu adalah hal yang berat sekaligus rumit bagi Retno. Apalagi kalau seseorang ini sudah memiliki keluarga. Bimo, laki-laki yang pernah dicampakkan olehnya perlahan telah membuatnya jatuh...