Entahlah Retno tidak tau kenapa dia melamun dan merasa sedih ketika turun dari mobil Bimo. Bahkan kakinya terasa berat saat melangkah. Mendengar Bimo mengatakan langsung bahwa dia sudah beristri membuat hati Retno sakit. Ada apa dengan ku?. Tanya Retno pada dirinya sendiri.
"Retno?." Panggilan seseorang membuat Retno sadar dari lamunannya.
"Mas Pandu?. Kok disini?." Tanya Retno heran. Pandu sang manager keuangan sekaligus atasannya beberapa bulan ini mendadak berdiri didepan nya sambil membawa kantong sampah hitam ditangan kirinya.
Pandu malah tertawa. "Saya yang harusnya tanya kok kamu ada disini?" Tanyanya balik dengan mata yang menyipit seperti kucing. Ini lah si Primadona kantor yang sering dibicarakan oleh Dela. Wajahnya yang manis dengan kulit coklat yang tidak terlalu gelap, serta tubuh yang tinggi besar membuat banyak wanita mengaguminya.
"Saya tinggal disini." Jawab Retno polos.
"Berarti kita tetangga?."
"Hah?." Retno makin tidak mengerti. Setelah dua bulan dia tinggal disini dia baru melihat Pandu.
"Jangan mikir saya ngikutin kamu kesini ya. Saya udah lama tinggal disini semenjak dua tahun yang lalu, cuman memang kemaren ibu saya sakit jadi saya tinggal di Bekasi dua bulan. Sekarang ibu saya sudah sembuh jadi pulang lagi kesini." Jelas Pandu membuat Retno mengangguk-ngangguk. "Kamu pasti baru pindah sini ya?."
"Iya udah mau dua bulan." Jawab Retno sambil tersenyum. "Ya udah mas saya masuk dulu ya."
"Oh iya silahkan." Pandu tersenyum balik. Pandu memang laki-laki yang sangat ramah dan murah senyum.
Tanpa diketahui Retno yang masih memikirkan Bimo, Pandu melihat punggung Retno yang masuk ke dalam apartemen dengan senyuman yang sulit diartikan. Dalam hati, Pandu mengakui kalau makin lama Retno makin membuatnya suka mungkin bahkan bisa jadi jatuh cinta nantinya.
Bagi Pandu, Retno tidak heboh dan banyak bicara seperti staf perempuannya yang lain. Retno juga sangat pintar dan mau belajar. Walaupun bukan keahliannya di bidang keuangan, tapi dia tidak mau main-main dan mempelajari semunya dengan serius. Retno bisa dibilang terlalu misterius untuk Pandu.
**Di kantor, Retno masih banyak melamun. Terus terputar di otaknya bagaimana Bimo mengatakan kalau dia sudah beristri dan menolak ajakannya untuk masuk dulu ke apartemennya.
"Huh..." Retno menghela nafas. Belum pernah ada laki-laki yang menolak ajakannya, bahkan laki-laki yang selalu mengajaknya dan Retno yang menolaknya.
"Kenapa sih lo?. Mikirin angka-angka?. Wajah tuh lecek banget deh. Untung cantik jadi tetep bagus aja." Goda Dela pada Retno yang sedang memegang kopi di tangan kanannya.
"Lo itu lagi muji atau gimana sih Del?. Gue lagi pusing aja."
"Pagi. Retno maaf tadi pas saya mau berangkat ada yang anterin paket buat kamu , tapi kamunya udah berangkat jadi paketnya saya terima aja." Ucap Pandu. Dela melirik ke arah Retno dan menuntut jawaban, apa-apaan nih? Ada apa lo sama Mas Pandu?. Mungkin itu pertanyaan yang keluar dari mata Dela. "Jadi kalau nanti kamu mau ambil ke saya aja."
"Ah iya. Makasi mas. Nanti saya ambil."
"Sama-sama. Jangan sungkan." Pandu kemudian masuk keriangannya dan Dela langsung heboh memegang tangan Retno dengan erat. Kopinya sudah dia lupakan dan di simpan di meja kerja Retno.
"Ceritain sama gue."
Retno memutar matanya sambil membatin kenapa setiap dia ada ditempat baru dia harus berteman dengan orang semacam Tita, Dela dan Lina. Kepo nya tidak ada dua dan berisiknya minta ampun. "Tapi lo jangan berisik ya, Mas Pandu itu ternyata tinggalnya sebelahan sama gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Langkah Kaki
RomanceTertarik dengan seseorang yang pernah dia sia-siakan di masa lalu adalah hal yang berat sekaligus rumit bagi Retno. Apalagi kalau seseorang ini sudah memiliki keluarga. Bimo, laki-laki yang pernah dicampakkan olehnya perlahan telah membuatnya jatuh...