Terima kasih untuk semuanya yang sudah vote dan komentar di Prolog. Aku jadi semangat buat nerusin ceritanya. Nah mari kita mulai ceritanya.
Selamat membacaLangkah kaki perempuan itu begitu percaya diri dan menantang kepada siapa saja yang melihatnya. Bagaimana tidak, dia memakai dress hitam mencetak tubuhnya yang sempurna. Belum lagi panjang dress itu yang hanya sebatas paha, membuat kaki jenjangnya sangat terlihat jelas. Bahkan lehernya pun terpampang sempurna karena dia mengikat rambutnya. Dan yang paling memukau adalah wajahnya yang begitu cantik dan manis, namun ada kesan nakal juga di dalamnya. "Minuman gue kayak biasanya ya Zay. Di meja biasa juga." Teriaknya karena tempat itu begitu pengap dan berisik.
Bartender tadi mengacungkan jempol. "Beres No." Perempuan tadi bernama Retno. Nama lengkapnya Retno Putri Anggara. Berumur 28 tahun. Salah satu pelanggan tetap club mewah yang ada disalah satu kawasan Jakarta. Dalam seminggu hanya beberapa malam saja dia absen tidak datang ke sana.
"No kemana si Aldi?." Tanya temannya langsung ketika Retno duduk.
"Katanya sih bentar lagi nyusul. Tadi ada kerjaan dulu bentar. Eh dimana si Lina, Fer?." Retno mengedarkan pandangan untuk mencari sahabatnya yang bernama Lina. Wanita cantik yang bekerja disalah satu firma hukum.
Sahabatnya Fera menggelengkan kepala. "Pas sore gue chat sih katanya bakalan dateng, tapi aneh jam segini belum dateng. Biasanya getol banget, paling duluan dateng."
"Ya udah kalau gitu tungguin aja." Minuman Retno akhirnya datang. Dibawakan oleh seorang gadis muda yang cantik. "Tia gimana ujian loe tadi?." Tanya Retno. Pelayan itu memang masih sekolah di bangku menengah atas kelas tiga. Dia terpaksa bekerja ditempat seperti ini hanya demi mencari uang untuk berobat ibunya dan juga biaya sekolah. Ayah Tia meninggalkan ibu dan dirinya ketika ibu Tia stroke.
"Lancar dong. Thanks ya udah bantuin gue lunasin SPP kak." Tia tersenyum karena merasa beruntung bertemu dengan pelanggan yang terlihat cuek, namun sangat peduli.
Tia ingat betul ketika hari pertama bekerja di club. Dia ditugaskan untuk mengantarkan minuman milik Retno. Sayang minuman itu tumpah ke baju Lina. Membuat Lina yang sangat pandai berbicara, mengomeli Tia habis-habisan. Bahkan berniat melaporkan manager club karena memperkerjakan gadis dibawah umur. Retno yang tidak suka kebisingan, menarik Tia ke toilet. Awalnya Tia takut di apa-apa kan, tapi ternyata Tia salah Retno justru bertanya kenapa sampai Tia bekerja di tempat seperti ini dan setelah mendengar jawaban Tia, Retno memberikan solusi pada Tia untuk menghadapi Lina yang tidak suka dibantah. Lina hanya perlu permohonan maaf sungguh-sungguh. Karena Retno, Tia hari itu bebas dari masalahnya.
Retno mendengus. "Halah Tia, gue cuman bantuin sedikit juga. Berlebihan loe. Udah balik lagi sana, nanti si Zay keluar tanduknya kalau loe lama-lama disini." Jawab Retno sembari mengambil gelas minumannya dan meminum tequila itu dengan sekali tenggak. Retno seketika langsung meringis karena sensasi terbakar di tenggorokannya. Sensasi yang membuat Retno ketagihan.
"Iya bener juga. Ya udah have fun ya kak." Tia pergi dari meja Retno dan kembali ke Zay untuk mengantarkan minuman lain.
Retno hanya membalas perkataan Tia dengan mengangkat tangannya kemudian tidak lama melihat kedatangan Lina. "Tuh Lina dateng juga. Eh kok bareng Aldi sih?." Tanya Retno heran.
"Hai guys. Sorry gue telat, tadi ada kerjaan dulu. Ampun dah Si Frans mesti beres hari ini juga padahal masih bisa besok juga sebenernya. Betein banget emang." Cerocos Lina ketika datang lalu duduk di sebelah Fera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langkah Kaki
RomanceTertarik dengan seseorang yang pernah dia sia-siakan di masa lalu adalah hal yang berat sekaligus rumit bagi Retno. Apalagi kalau seseorang ini sudah memiliki keluarga. Bimo, laki-laki yang pernah dicampakkan olehnya perlahan telah membuatnya jatuh...