Prolog

22.7K 540 11
                                    

Bodohnya aku minum cairan bening pahit itu. Kupikir air putih biasa, nyatanya tidak. Kawan lama yang menyungguhkan air itu memaksaku untuk menghabiskannya. Alhasil, aku menyemburkan tegukan terakhir tepat di wajahnya. Rasanya tidak enak, sangat membakar kerongkongan.

Meja yang dipenuhi teman-teman lama semasa SMP itu tertawa terbahak-bahak. Seorang laki-laki yang dikenal berkuasa telah disembur alkohol langsung dari mulutku. Senyumnya masam sembari mengelap wajah dengan tisu.

"Maaf..." ucapku pelan. Aku mengambil selembar tisu untuk mengusap bibir. Kulihat teman-teman dekatku sewaktu SMP hanya tertawa, tidak berniat untuk menarikku dari situasi ini. Sungguh jahat.

"Tidak masalah, Kei."

Telingaku menangkap suara ketukan-ketukan meja oleh jari-jari tangannya. Aku dibuat ngeri oleh suara itu. Aku seperti tikus kecil yang dikepung oleh cakar kucing. Tidak ada jalan keluar selain menghadapi kematian.

Senyumnya itu. Aku tidak bisa menemukan ada ketulusan atau kehangatan, justru lebih mirip senyum licik. Pesona yang sulit ditolak oleh siapapun, sayangnya tidak mampu menembus pertahananku. Aku selalu tahu laki-laki ini memiliki peringai yang buruk.

Aduh, kepalaku pusing. Aku memang bukan peminum. Aku lemah dalam urusan alkohol.

"Tolong air putih," pintaku, tetapi tidak ada satu pun tangan yang memberikan segelas air. Parahnya mereka justru menjauhkan teko air.

Kepalaku terasa berputar-putar. Bebannya semakin berat, membuatku ingin cepat tidur atau bahkan muntah.

Selagi tubuhku yang sibuk melawan efek alkohol, Dirga, laki-laki yang memberikanku vodka itu terdengar samar undur diri dari reuni. Aku menatapnya terperangah ketika tangannya menarikku menjauh. Kusisir setiap kursi di meja, tidak ada seorang pun yang peduli. Bahkan aku tidak dapat memberontak. Tubuhku terasa lemas seperti jeli, langkah kakiku pun seperti tak bertulang.

"Kita mau kemana?"

Sayup-sayup aku melihat lampu jalan yang mengabur di mata. Cahayanya seperti kunang-kunang yang berterbangan. Jalanan sangat sepi karena sudah larut malam. Beberapa pengendara motor mengebut tampak seperti nyamuk. Pandanganku benar-benar kacau.

"We're gonna have fun."

"C'mon, Dirga. Aku hanya ingin pulang." Kuaduk-aduk isi tasku untuk mencari ponsel. Tiba-tiba saja tangannya itu bergerak jauh lebih cepat mengambil alih tasku dan melemparnya ke jok belakang.

Setelah itu, aku yakin masih sadar, hanya saja ingatanku menjadi potongan-potongan kecil yang berserakan. Sesuatu terjadi. Bukan sesuatu yang menyenangkan seperti yang dikatakan laki-laki itu.

Hidupku hancur dalam satu malam.

Dan peristiwa keji itu hanyalah permulaan dari sebuah permainan kotor.

🔥🔥🔥

Berselimut BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang