Double Update!!
‼️mature content‼️🔥🔥🔥
Keheningan sirna oleh gesekan kaki kursi yang mengenai lantai. Dia sudah bangun rupanya. Padahal aku tidak membubuhkan terlalu banyak pada masakan ayam kuah kuning favoritnya, tetapi dia terlelap seperti balita yang sudah seharian bermain.
"Kei..."
Butuh waktu menyesuaikan dirinya yang pening, menyesuaikan pandangannya yang mengabur di penerangan ala kadarnya.
"Hai, Dirga." Aku berjongkok di hadapannya, membuat suara manis yang dibuat-buat. "Kepalamu masih pusing? Sudah sadar sekarang?"
Seribu satu pertanyaan terlukis di wajahnya, lalu secepat kilat pupilnya melebar oleh kesadaran yang memulih. Aku tersenyum selagi beranjak menjauh darinya. Dia tampak hendak mencekikku meski tak akan mampu karena tangannya diikat ke belakang, kakinya juga diikat kuat-kuat pada kursi. Aku tidak mau mengambil risiko, jadi tubuhnya juga melekat dengan balutan tambang. Singkatnya, dia menyatu dengan kursi.
Dia menggeliat. Dari mulutnya hanya terdengar suara kumur-kumur karena lakban hitam menyumbatnya.
Aku suka sekali dengan tukar posisi seperti ini. Aku yang berkuasa dan dia yang di bawah pijakanku.
"Bagaimana, Dirga? Selama ini kamu menyiksa orang lain tanpa berpikir kemungkinan kamu akan bernasib buruk di sini."
Aku berjalan mondar-mandir, menghiraukan amarah Dirga yang terbungkam. Aku harus berterimakasih kepada Kak Raina karena di salah satu pertemuan kami dia mengajarkan macam-macam cara mengikat yang benar dan kokoh.
"Kamu tidak curiga kenapa rumah terlalu sepi?" Aku memancing emosinya. "Oh, aku lupa, rumah ini selalu sepi. Bahkan ART jarang terlihat. Makanya kamu tidak curiga sama sekali."
Benar saja, dia semakin berusaha keras melepaskan diri dari kursi. Tak semudah itu.
Kuhampiri rak besi, dimana aku sudah menyiapkan segala keperluan sebelum waktunya tiba. Satu persatu, menit tiap menit, sebelum matahari terbit aku akan mendapatkan balasan atas rasa sakitku selama ini.
Sekotak rokok dan korek ada di genggaman. Dirga memandangiku kebingungan. "Aku selalu penasaran apa enaknya merokok. Kamu pernah? Sepertinya aku pernah melihatmu merokok."
Aku membolak-balikan kotak rokok tersebut, menimang-nimang apakah aku akan mencobanya atau tidak perlu. Walaupun memiliki efek jangka panjang yang buruk, katanya rokok dapat menghilangkan penat sementara. Aku ingin merasa rileks selama bersenang-senang bersama Dirga.
Akhirnya kuputuskan untuk menyalakan satu. Rokok tersebut terselip di antara bibirku dengan api kecil dari korek hendak membakar ujungnya. Tercipta suara renyah dari kertas dan tembakau yang terbakar. Rasa pahit dan hangatnya asap menyapaku. Aku buru-buru menjepitnya di antara jari tengah dan telunjuk selagi aku mulai terbatuk-batuk.
"Beri tahu aku caranya."
Lakban yang merekatkan mulutnya kutarik dengan kasar. Tanpa membuang banyak waktu, dia melontarkan sumpah serapah. Namun, aku menolak kata-kata tersebut masuk ke dalam telinga.
"Beri tahu aku caranya, Dirga."
Aku menyodorkan pangkal rokok ke bibirnya, menunggu Dirga menunjukkan caranya. Dia melotot marah meski dengan terpaksa menuruti perkataanku. Dia menghirupnya pelan seolah menikmatinya, meresapinya. Tanpa menunggu lama, asap yang dihirupnya dihembuskan ke udara. Semuanya dilakukan dengan perlahan tanpa tergesa-gesa.
Kucoba lagi, mengikuti caranya barusan. Aku masih terbatuk-batuk dengan mata memanas oleh sensasi pedasnya asap, tetapi sekarang jauh lebih baik. Aku menghirupnya lagi seraya memejamkan mata. Racun yang menenangkan. Pantas saja memiliki banyak penggemar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Berselimut Bara
Misterio / SuspensoBerawal dari alkohol, Keila terjebak dalam labirin kesengsaraan yang dibuat laki-laki itu. Tidak ada jalan keluar. Tidak ada ampunan. 🔥🔥🔥 Mengandung banyak konten negatif yang mungkin mengganggu bagi sebagian pembaca. ⚠Trigger Warning⚠ Toxic...