Bab 14

6.6K 373 18
                                        

🎶Animals - Maroon 5🎶

🔥🔥🔥

Aku selalu bermimpi buruk. Dikejar monster raksasa, jadi buronan mafia, digerayangi nenek tua berwajah rata, jatuh dari ketinggian lalu tercebur ke sarang hiu, dan segala macam mimpi buruk yang dapat membuatku terbangun dengan napas tersengal-sengal.

Kali ini aku tidak tahu apakah sedang bermimpi buruk atau tidak. Aku berdiri di lorong kosong yang gelap. Walaupun di tanganku ada lilin yang menyala, tetap tidak bisa menjangkau ujung lorong. Maka, aku harus berjalan menyusuri lorong gelap itu sendirian.

Aneh. Aku mendengar suara samar di belakangku. Aku tidak tahu apa itu, tapi lama kelamaan suara tersebut semakin mendekat dan terdengar mengerikan. Aku ketakutan. Aku pun mulai mempercepat jalanku. Seakan tahu aku menyadari keberadaannya, aku dapat mendengarnya semakin dekat dengan langkah tergesa-gesa. Aku berlari sekuat tenaga. Ada apa dengan lariku? Di saat genting, aku seperti dalam mode lambat. Lariku tidak bisa melaju. Aku nyaris seperti berjalan di tempat. Aku semakin frustrasi.

Lilin di tanganku padam. Satu-satunya cahaya yang kuandalkan telah tiada. Aku tidak ingin menyerah dan terus berlari dalam kegelapan. Beberapa kali aku menabrak dinding lorong, jatuh tersungkur, mencoba bangkit lagi.

Suara di belakang semakin kencang, merontokkan segala kekuatanku untuk berlari. Aku terjatuh lagi. Saat itu juga aku yakin aku sudah tertangkap. Tangannya yang kasar menemukan kakiku, menyeretnya seperti karung sampah. Aku berteriak. Jari-jariku menggaruk lantai sampai kuku terasa ngilu. Aku tidak bisa melawan. Aku tidak bisa lepas darinya.

🔥🔥🔥

Aku terbangun di dalam mobil bersuhu rendah membeku dan asing. Aku dikelilingi oleh orang tak dikenal memaki baju serba hitam. Dengan tangan terikat di punggung dan mulut tertutup rapat oleh ikatan kain, sudah pasti aku tertangkap. Aku meronta, berusaha menggapai pintu mobil meski sedang berjalan, tidak akan jadi masalah jika aku harus berguling-guling dengan tubuh babak belur asalkan bisa melarikan diri. Namun, seseorang di sebelahku bergerak sangat cepat. Dia membekapku sampai aku kesulitan bernapas. Perlahan tubuhku rileks, kehilangan kekuatannya total.

Aku pun kembali berlari di lorong gelap di dalam mimpi. Entah melarikan diri dari siapa atau makhluk apa.

🔥🔥🔥

Aroma seprai baru dicuci. Pencahayaan tampak redup dikarenakan lampu dimatikan, hanya mengandalkan setitik-titik sinar matahari yang mengintip dari balik tirai. Aku kembali terbangun di tempat yang paling tidak kuinginkan. Ini kamar tamu yang sama. Kamar tamu yang kecil dan berada jauh dari ruangan inti, terhimpit lorong panjang yang suram.

Seluruh otot-otot tubuhku lemah. Aku bahkan kesulitan untuk bangkit. Kepalaku juga terasa pening seperti habis menegak terlalu banyak obat-obatan.

Terdengar suara sepatu menghampiriku. Dari sudut kamar yang gelap gulita, seseorang yang paling kutakuti, kuhindari hingga kabur ke desa yang sangat jauh, mendekatiku dengan ketenangan yang menyiksa.

Kemudian, dia bergerak seperti predator menemukan mangsa berharganya. Tangannya mencengkeram leherku, menahan tubuhku agar tetap terbaring. Berusaha menyingkirkan tangannya dengan tanganku yang masih lemah hanya memperburuk keadaan. Pegangannya perlahan mengencang. Oksigen kesulitan mengisi paru-paru, rasa nyeri melingkupi seluruh organ pernapasan. Kilat matanya menyerukan amarah yang berapi-api, menatapku tajam.

"Kamu tidak bisa lari dariku."

Kata-kata yang sederhana, tetapi sangat mengerikan sampai membuatku merinding.

Kedua matanya meneliti tiap lekuk wajahku, lalu berpindah memerhatikan bagian tubuhku. Seolah memastikan bahwa tidak ada kerusakan dari boneka kesayangannya yang telah lama menghilang.

Tatapan kembali lagi padaku. Dia tersenyum kecut. Ibu jarinya mengusap pipiku, berlama-lama disana.

"Kulitmu jadi kering," ucapnya pelan nyaris berbisik. "Juga terbakar matahari."

Dibalik senyumannya, aku tahu Dirga marah. Boneka yang selama ini dijaga agar tetap sempurna, menghilang, dan kembali dalam keadaan yang tidak dikehendaki. Jujur saja, aku lebih menyukainya. Aku menyukai perubahan warna kulitku. Aku tampak hidup, aku tampak sehat. Dan bagian yang paling menyenangkan adalah Dirga membencinya.

Tak sadar aku tertawa. Tawa yang tersedat-sedat bercampur batuk karena Dirga tak main-main dengan cekikan di leherku.

"Aku bisa mengembalikannya seperti awal," katanya seakan tak terusik dengan tawaku yang mengejeknya. Tentu saja aku tahu hal itu akan terjadi. Aku akan kembali menjadi budaknya, menjadi bonekanya yang mulus dan pucat.

"Dua bulan lebih aku berhasil kabur. Kamu kemana saja, Dirga? Apa kamu selamban itu menemukanku yang tanpa apa-apa ini?"

Aku berusaha tersenyum, mengejeknya lebih lagi. Emosi Dirga tersentil oleh sikapku yang mengganggunya. Cekikannya mengerat, kemudian menarik leher sampai kepalaku terangkat dari bantal, kemudian mendorongnya jatuh sampai aku tak sempat mengambil napas. Dia melakukannya beberapa kali, dengan cepat. Aku tidak memohon untuk memintanya berhenti karena itu yang Dirga harapkan keluar dari mulutku. Kutahan semua rasa sakit sampai dia lelah sendiri dan akhirnya berhenti dengan perasaan jengkel.

"Aku bisa saja mematahkan lehermu saat ini juga."

"Tapi tidak bisa kan? Kamu akan selalu menyimpanku."

Kesal karena aku membalas ancamannya dengan santai, Dirga melemparku ke samping hingga aku terjatuh dari ranjang. Aku terkejut sekaligus kesakitan yang menghantam lantai yang begitu keras. Dibalik ranjang, Dirga berdiri dengan tegap, dengan ekspresi marah tetapi tak kuasa menghadapi diriku yang membangkang.

Dirga berjalan keluar, daun pintu terayun menutup akses cahaya, terdengar kunci diputar. Aku berusaha merangkak meski sia-sia saja. Kuteriaki namanya sembari menggedor-gedor pintu dengan kepalan tanganku. Tak ada sahutan. Sunyi sekali.

Aku dikurung lagi. Terjebak dalam neraka tak berujung ini. Semakin samar kesempatanku untuk hidup damai. Air mata mengalir membasahi wajahku yang kelelahan. Keberanian dan semburan tawa menguap begitu saja. Aku kembali mengecil, ketakutan, sekarat.

🔥🔥🔥

Berselimut BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang