Bab 17

4.7K 274 18
                                    

gross, vomit

🔥🔥🔥

Habis pakai, ditelantarkan. Tanpa kata-kata manis memuja dan sikap yang teduh, aku ditinggalkan. Aku tidak akan pernah terbiasa diperlakukan seperti wanita simpanan yang bisa dioper kesana kemari layaknya bola.

Aku sudah lelah berharap ini semua hanya mimpi buruk atau bahkan berharap aku segera mati. Segalanya sia-sia karena aku akan selalu berada di neraka ini.

Sekarang kamarku penuh dengan aromanya, aroma kami. Bahkan di tubuhku ada aromanya. Rasanya aku ingin muntah. Segera aku bangkit dari tempat tidur, menarik seluruh sprei, selimut, dan sarung bantal, kemudian menyatukannya menjadi gumpalan. Aku pergi ke luar kamar, menuju ruang cuci. Di tengah lorong, aku malah bertemu dengan salah satu asisten rumah tangga. Dengan cekatan dia menawarkan bantuan.

"Aku mau sprei dan selimut yang baru," ucapku pelan. Dia mengambil alih gumpalan kotor dari tanganku seraya mengangguk. Aku menunggu di sana dalam hening. Matahari pagi tampak malu-malu menunjukkan sinarnya. Lorong gelap ini perlahan terisi oleh cahaya hangat matahari. Dulu aku sangat bersemangat menyambut hari baru, sinar matahari yang sehangat pelukan, dan udara sejuk pagi yang menentramkan. Sayangnya, aku tidak lagi merasakan adanya harapan atau semangat. Seindah apapun pagi hari, aku seperti tanaman layu nyaris mati di pojok ruangan yang tak mampu berfotosintesis. Disiram atau dipindahkan ke tempat terbuka sudah terlambat, aku sudah telanjur membusuk dari dalam.

Asisten rumah tangga yang tadi kembali dengan setumpuk sprei, selimut, dan dua sarung bantal baru. Semuanya masih beraroma detergen. Aku berterimakasih padanya. Saat dia menawarkan untuk memasangkannya untukku, aku menolak dengan halus.

Aku memulai hari dengan memasang sprei baru yang harum dan selimut merah muda lembut untukku. Tak lupa aku menyemprotkan seisi kamar menggunakan parfum mahal yang kubeli dari kartu kredit bajingan itu. Aku lupa menanyakan pengharum ruangan, parfum pun tak jadi soal. Yang penting kamarku beraroma seperti taman bunga.

Sekarang yang menjadi sumber bau adalah tubuhku sendiri. Padahal aku ingin sekali merebahkan diri, tetapi aku takut akan mengotori sprei dengan tubuhku yang berkeringat. Jadi, aku pergi mandi. Dengan mata mengantuk, aku menggosok setiap inci bagian tubuhku keras-keras sampai tak sadar aku telah melukai diriku sendiri. Aku akan mengobatinya nanti atau Dirga akan mengamuk mendapati bonekanya tergores.

Selesai mandi dan berpakaian, aku pergi ke halaman belakang. Namun kali ini bukan di tempat biasa yang Dirga sudah hafal di luar kepala. Aku mencari sudut lain yang tersembunyi, tak terjangkau dari jendela, ventilasi ataupun CCTV.

Akhirnya kutemukan sudut rahasia setelah berkeliling mencari. Aku merebahkan diri di atas rerumputan. Rasanya menggelitik dan sejuk. Sinar matahari tidak langsung menyerangku karena tertutup semak-semak dan dahan pohon besar. Tadinya aku ingin tidur lagi di atas sprei yang harum, sekarang aku berubah pikiran. Tidur beralaskan rumput hijau di halaman belakang ternyata memberi sedikit ruang ketenangan. Di sudut ini aku seperti berada di dunia lain, bukan berada di salah satu bagian rumah Dirga.

Aku akan tidur disini sebentar. Persetan dengan Dirga yang akan kesurupan mendapati diriku menghilang lagi. Toh, aku hanya ingin sedikit sudut untuk melepas penat sejenak.

🔥🔥🔥

Mataku mengerjap perlahan, lalu mengernyit ketika merasakan sinar matahari tidak lagi bersahabat. Aku berguling ke samping, menghindari sengatan matahari sekaligus melanjutkan tidur. Rumput terasa lebih hangat dan udara terasa lembab. Aku hanya mengabaikannya, tetapi sepintas pertanyaan melintas di kepalaku. Kenapa matahari sudah sepanas ini? Dan rumputnya hangat... Aku yang tadinya masih setengah sadar langsung terduduk. Di celah-celah dahan pohon, sinar matahari membutakan mataku dan langit terik sekali. Aku ingin menganggap ada yang salah dengan mataku, kenyataannya tidak. Aku sudah tidur berjam-jam lamanya tanpa gangguan, murni tanpa kegelisahan. Sekarang sudah siang hari, padahal tadinya aku hanya ingin tidur sebentar saja.

Berselimut BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang