Bab 10

7.7K 369 18
                                    

⚠⚠⚠

Milo mirip anak kecil yang menggemaskan, berbeda jauh dengan penampilannya yang seram.

Beberapa jam lalu, aku menemukan satu rak penuh mainan anjing dan kucing di toko hewan peliharaan. Aku membelikan sebuah tambang sekuat jangkar yang panjangnya setengah lenganku. Milo suka sekali. Dia mengunyah, lalu menarik tambang itu sekuat tenaga. Di ujung lain, aku berusaha menahan tambang agar tidak terlepas. Tenaga Milo benar-benar luar biasa. Bahkan awalnya aku sempat kewalahan dengan kekuatannya yang super.

Omong-omong soal bisnis Dirga yang misterius itu, aku belum menemukan petunjuk lain, selain rekannya adalah Rico. Aku belum tahu bisnis apa itu, apa yang mereka kerjakan, dan tanda tanya terbesar adalah siapa yang dibicarakan mereka di telepon malam itu. Aku begitu khawatir memikirkan apakah orang itu sudah tertangkap atau masih dalam pencarian.

Tiba-tiba Milo melepaskan tambang dengan mudah. Seolah minatnya bermain sudah menguap. Dia kabur ke sisi halaman yang berlawanan. Aku tahu apa yang dilakukannya. Buru-buru kubuang tambang mainannya kebalik semak-semak.

Terdengar seseorang sayup-sayup memanggilku. Segera aku menoleh, mendapati Bi Suti dengan kotak merah muda di tangannya. Aku sumringah sekaligus penasaran dengan kotak itu. Di atasnya terdapat pita merah besar yang sangat mengundang untuk disentuh.

"Ini titipan dari Tuan Dirga," ucapnya sembari menunduk selagi memberikan kotak manis itu padaku.

Kubuka kotak itu, betapa terkejutnya aku ternyata isinya adalah dress putih yang amat cantik. Ada sulaman bunga putih mungil di sepanjang lingkar leher. Tidak ada lagi hiasan atau renda yang menambah volume dress. Tampak sederhana, tapi juga anggun. Lagi-lagi Dirga mengenal betul seleraku dan seleranya yang sangat bagus.

Di dasar kotak terdapat sepotong kertas putih dengan tulisan tangan.

Kamu cantik dengan warna putih. Pakai dress ini dan ikuti alamat di belakangnya.

Gaun pernikahanku putih. Aku tidak pernah menyukai warna putih karena akan membuat kulitku terlihat lebih gelap. Terlepas dari rupanya yang indah, waktu itu aku hanya terpaksa dan mengikuti saja. Namun, pujian Dirga memberikanku kesempatan kedua untuk warna itu. Aku langsung membalik kartu dan mendapati alamat yang juga ditulis oleh tangan. Aku tidak ingin terlalu percaya diri, tapi ini pasti kejutan kan? Dirga ingin memberikanku sesuatu lagi, menunjukkan sesuatu di alamat yang dituju. Dia pasti akan menungguku disana dengan dress putih.

Aku memang belum bisa mencintainya setelah semua yang telah dilakukannya. Mungkin juga tidak akan pernah bisa. Namun aku sangat menghargai usahanya untuk berbuat baik.

Milo datang lagi. Hidungnya mengendus-endus ke arah dress. Rasa penasarannya sangat tinggi. Dari ekspresinya, seperti dia juga menyukai dress putih ini.

🔥🔥🔥

Dirga sama sekali tidak menunjukkan batang hidungnya. Hanya mengirimkan satu pesan singkat yang berisikan waktu temu dan informasi lebih lanjut. Dia serius perihal kejutan yang dia rencanakan.

Di depan, Pak supir sudah menungguku. Sudah pasti Dirga menyusun segalanya. Hati kecilku membuncah bahagia walau hanya sejengkal. Di sisi lain, aku juga merasa gugup. Tanganku tidak dapat berhenti bergetar dan terus berkeringat. Berulang kali kuremas telapak tangan untuk meredakan rasa gugup.

Malam ini langit begitu mendukung. Cerah walaupun tidak berbintang. Tapi aku lebih senang jika hujan. Hujan di malam hari membawa kesenangan tersendiri yang tidak bisa dijelaskan oleh kata-kata.

Berselimut BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang