⚠️Deskripsi detail (darah, luka, dll)⚠️
🔥🔥🔥
Semalam Dirga pulang. Entah betulan pulang atau berpura-pura pulang padahal dari gudang. Dia... Aku tidak berani mengganggunya. Penampilannya kacau, sekacau ekspresi wajahnya yang kaku bercampur letih. Kemejanya kotor oleh debu dan tanah, dua kancing teratas terbuka, yang lebih anehnya lagi adalah sepatunya yang juga menempel tanah lembek. Itu artinya dia dari luar kan? Gudang terlalu kering dan tidak ada tanah sejumput pun.Usai mandi, melalui Bi Suti, dia memanggilku makan malam bersamanya. Karena kesepakatan dan suasana hatinya yang kurasa sedang buruk, aku menurut. Aku berusaha makan seperti biasanya. Porsi makan lamaku sekarang terasa berlebihan setelah aksi malas makan. Namun, aku harus memaksakan diri sampai batasnya agar Dirga puas.
Makan malam berakhir dengan tenang. Kami pergi ke kamar masing-masing. Dia masih belum membuka mulutnya perihal dari mana saja, sedang apa di luar, atau bagaimana keadaan Rico sekarang. Aku juga tidak bernyali untuk mengungkit.
Pagi ini aku terbangun dengan perasaan damai. Makan malam yang cukup menentramkan perutku dari keroncongan. Ada sisi positifnya dari permintaan Dirga, meski itu artinya aku mendapatkan kembali bentuk tubuh lamaku.
Kulihat ART sedang menyiapkan sarapan. Mereka meminta maaf sambil merunduk rendah akibat keterlambatan. Yah, itu salahku yang bangun terlalu pagi, bukan mereka. Jadi, selagi menunggu sarapan siap dan Dirga bangun, aku membawa segelas air putih ke ruang tengah untuk menonton TV. Biasanya pagi hari seperti ini ada kartun.
Saat sedang mencari-cari saluran TV yang menayangkan kartun, perhatianku tersedot oleh beberapa patah kata berita pagi di saluran lain. Seketika aku kembali mundur untuk memastikan bahwa pendengaranku pasti salah.
"... Ditemukan warga setempat... Dugaan sementara adalah disebabkan oleh serangan hewan liar...Namun..."
Pendengaranku benar.
Berita menampilkan kantong kuning di tengah pegunungan sedang diangkut. Segel kuning melintang di sekitar lokasi. Beberapa warga sekitar penasaran menonton ditemani senter. Lalu, berganti menampilkan kondisi mayat saat ditemukan, sayangnya sensor menutupi kondisi detailnya karena sangat brutal.
Aku belum siap menerima kejutan sadis ini.
"Mereka menemukannya ya."
Gelas di tanganku tergelincir, membasahi karpet dan telapak kaki. Jantung rasanya berhenti berfungsi saat itu juga. Ucapan Dirga yang tiba-tiba di belakangku terdengar sangat aneh dan mencurigakan.
"Kenapa kaget begitu?" tanyanya sambil tersenyum. Dia menunduk hingga bibirnya tepat di samping daun telingaku.
Dirga mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Selembar foto polaroid. Dia memegangnya di depan wajahku, memamerkannya dengan bangga. Sekelilingnya gelap, tetapi aku tidak rabun. Itu mayat Rico tanpa sensor. Sungguh mengerikan. Tubuhnya terkulai dengan posisi tidak wajar. Luka lebar menganga di bagian leher, perut dan betis. Terlebih di bagian perut, usus mengintip keluar menyentuh permukaan tanah. Lebam-lebam membiru tampak menghiasi tubuhnya yang bersimbah darah. Tangan kirinya yang terhampar mempertontonkan jari-jarinya yang tersisa tiga; telunjuk dan tengah buntung tanpa sisa. Entah bagaimana nasib tangan satunya, sebab tertekuk di balik badan. Kedua kelopak matanya bahkan tak berbentuk lagi karena bengkak.
Ini bukan hanya serangan hewan liar. Terlalu banyak sisa-sisa penyiksaan oleh manusia di tubuhnya.
"Itu permintaan maafku." Aku membeku, tak mampu berkutik. "Sekarang hanya ada kita berdua."
Pandanganku tak dapat teralihkan dari layar TV. Tanpa harus berterus-terang, sudah pasti itu memberitakan Rico, yang dikabarkan mati karena hewan liar. Foto itu adalah bukti nyatanya.
Gonggongan Milo yang kencang mengagetkanku lebih parah lagi. Aku masih belum siap dengan suara kejutan kedua. Rasanya tubuh langsung lemas sekali, melebihi setelah diberi penawar oleh Kak Raina.
Salah satu ART datang menginterupsi, memberitahukan bahwa sarapan sudah siap.
"Ayo sarapan. Kita harus merayakannya."
Aku melihatnya berbalik menjauh, menepuk-nepuk kepala Milo layaknya sudah melaksanakan pekerjaan berat. Anjing itu menjulurkan lidahnya seolah sedang menyengir lebar. Pancaran kebahagiaan setelah diberi perhatian kecil terpatri jelas di mata bulat gelapnya.
Aku melihat lagi ke arah TV sebelum mematikannya. Itu perbuatan mereka berdua.
🔥🔥🔥
.
.
.
.
.Orgil dasar orgil
Karena bab ini pendek, jadi dipublish sekalian aja ✌

KAMU SEDANG MEMBACA
Berselimut Bara
Mystery / ThrillerBerawal dari alkohol, Keila terjebak dalam labirin kesengsaraan yang dibuat laki-laki itu. Tidak ada jalan keluar. Tidak ada ampunan. 🔥🔥🔥 Mengandung banyak konten negatif yang mungkin mengganggu bagi sebagian pembaca. ⚠Trigger Warning⚠ Toxic...