37

670 39 12
                                    


~♡~♡~♡~♡~

Keesokan harinya, terlihat Mateen yang tengah merapihkan kancing jas yang telah ia kenakan. Dirinya sudah siap dengan acara pertunangannya hari ini, tinggal menunggu dipanggil saja. Walaupun dengan berat hati menerima wanita yang tidak ia cintai karena masih terbayang oleh Alona yang selalu dalam ingatannya, namun Mateen merasa sudah tak punya jalan lain. Ini semua ia lakukan demi permintaan Ayahnya. Mateen masih mengira bahwa hubungannya dengan Alona berakhir karena dirinya yang tidak berbakti kepada Ayahnya, jadi mau tidak mau ia harus menerima Sabira yang akan menjadi istrinya atas rasa bersalahnya pada sang Ayah.

"Pangeran, acaranya akan segera dimulai. Apa anda sudah siap?" Roy masuk ke dalam kamar Mateen

"Ya, saya sudah siap" Jawab Mateen yang kemudian berjalan bersamaan dengan asistennya keluar dari kamar menuju ke aula Istana dimana letak acara ini diadakan.

Tampak sebuah dekorasi mewah bertema Kerajaan dengan banyak hiasan bunga dimana-mana. Para tamu pun sudah banyak yang datang dan memenuhi seisi aula.

Mateen melangkahkan kakinya di lorong yang menghubungkan ruangan satu dengan aula Kerajaan. Tepat jauh di depannya terlihat Sabira yang juga tengah berjalan di lorong lain yang akan sama-sama terhubung ke aula.

 Tepat jauh di depannya terlihat Sabira yang juga tengah berjalan di lorong lain yang akan sama-sama terhubung ke aula

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mateen melekatkan pandangannya ke Sabira. Wanita itu memang begitu anggun mengenakan dress mewah pilihan Kerajaan Brujaya. Namun, Mateen berhalusinasi bahwa yang ia lihat itu adalah Alona, gadis yang belum bisa ia lupakan. Segala kecantikan, kepintaran dan ketulusan Sabira masih tidak bisa membuat Mateen terpesona dan jatuh cinta kepada wanita itu. Ia belum bisa melupakan Alona yang masih terus bersemayam di hatinya.

Di sisi lain terlihat Sabira yang pandangan matanya tertunduk tersipu malu dan merasa salah tingkah karena Mateen tak berhenti menatapnya. Sabira mengira kalau Mateen terpesona dengannya karena dirinya yang tampil begitu cantik di hari ini.

Akhirnya mereka pun sampai di tengah-tengah ruangan aula, tempat dimana sebentar lagi Mateen akan memasangkan cincin di jari Sabira dan begitu juga sebaliknya. Sekarang mereka saling berhadapan, menatap satu sama lain. Sabira masih terus tersenyum merasa bahagia karena mengira kalau Mateen sudah jatuh hati padanya, sedangkan Mateen yang masih terus berhalusinasi kalau di hadapannya kini adalah Alona.

"Kamu menyukai gaunku?" Tanya Sabira yang langsung membuat lamunan Mateen terpecah

Mateen mengedip-ngedipkan matanya beberapa kali untuk mencoba menyadarkan pikirannya, "Ya, ya itu gaun yang indah" Balasnya datar

Kini Mateen sudah tersadar bahwa yang di hadapannya adalah Sabira. Mateen pun langsung menatap kosong tanpa ekspresi. Ya, Sabira memang cantik tetapi tetap saja Mateen tidak terkesan sama sekali saat Sabira sedang cantik-cantiknya seperti ini.

Acara pertunangan pun dimulai. Mateen mulai memasangkan cincin ke jari Sabira, begitu juga sebaliknya. Para tamu undangan yang datang ikut berbahagia melihat kedua pasangan itu, termasuk Sultan Balvinda dan Paman Doni. Mereka terlihat yang paling berbahagia karena semua berjalan sesuai dengan rencana mereka walaupun mereka merasa sedikit mengorbankan Mateen.

OUR INCOMPLETE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang