38

875 47 9
                                    


~♡~♡~♡~♡~

3 bulan telah berlalu. Kini sudah banyak perubahan di dalam Istana Kerajaan Brujaya. Paman Doni telah meninggal dunia sebulan yang lalu dikarenakan serangan jantung yang menyerangnya. Dan kini Mateen dan Sabira semakin didekatkan dengan hari pernikahan mereka. Hanya tinggal dua minggu lagi waktu itu akan tiba. Tetapi rasa marah, benci, kecewa dan menyalahkan kehidupan masih terus berada di benak Mateen sejak Alona meninggalkannya, walaupun itu sudah berbulan-bulan berlalu.

Tiada yang menyangka kepergian Paman Doni akan secepat ini. Tentu saja hal itu membuat ada sesuatu yang mengganjal di hati Roy untuk membongkar segala yang Paman Doni rahasiakan tentang Alona. Namun, kali ini Roy tertahan oleh Mateen yang sudah menjalani hidup dengan normal dan Sabira yang sudah terlihat sangat bahagia dengan hubungannya bersama Mateen. Dan di sisi lain Roy juga berpikir mungkin Alona juga sudah hidup bahagia.

Pagi ini terlihat Mateen yang tengah terdiam sendirian di kamarnya. Ia terduduk di meja kerja yang di depannya memperlihatkan pemandangan taman Kerajaan. Cukup lama ia melamun dan tenggelam dalam isi pikirannya sendiri. Benar-benar diluar dugaan, ia akan menikah bukan dengan orang yang ia cintai, akan tetapi dengan teman masa kecilnya. Hidup memang penuh dengan misteri.

"Mengapa saya tidak bisa bergabung dengan nafas saya di setiap pagi? Mengapa selalu ada sesuatu yang mengganjal di hati ini?" Keluh Mateen. Ia masih tetap tidak bisa melupakan Alona dari hidupnya walaupun ia sudah membencinya.

Mateen beranjak dari duduknya dan melangkah menuju walk-in closetnya yang bak sebuah toko baju mewah. Segala keperluan untuk dirinya lengkap tersedia di sana.

Ia melihat setelan seragam Kerajaannya yang akan ia pakai dua minggu lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia melihat setelan seragam Kerajaannya yang akan ia pakai dua minggu lagi. Masih jelas terbayang di pikirannya, bahwa ia berharap kalau setelan seragam Kerajaannya itu akan bersanding dengan gaun putih yang dulu akan dikenakan oleh Alona.

"Ah, mengapa saya harus memikirkannya lagi!" Marahnya pada diri sendiri, "Mungkin ini memang sudah jalan terbaik" Sambung Mateen yang mencoba menenangkan dirinya.

Kembali tatapannya terfokus kearah setelan pakaian di hadapannya. Ia baru teringat jika sepatu baru yang akan ia pakai dua minggu lagi belum terlihat wujudnya di walk-in closetnya ini. Total ada tiga pasang sepatu untuk tiga tema acara yang berbeda yang akan Mateen kenakan di hari pernikahannya nanti. Ya, Mateen tahu ia memang tak berbahagia atas pernikahan ini, namun biar bagaimanapun penampilan tetap nomor satu. Banyak tamu-tamu penting dan tokoh-tokoh negara lain yang akan berdatangan. Mereka harus tetap melihat pernikahan yang bisa dibilang paling sempurna dibanding Kerajaan-kerajaan lainnya.

"Bagaimana bisa Roy belum menyiapkan sepatu-sepatunya?!" Ujar Mateen kesal, "Saya tidak akan pernah bisa dan tidak akan pernah suka jika segala sesuatu nantinya harus mendadak! Apa yang dia lakukan hingga lupa menyiapkan beberapa sepatu saja!" Lanjutnya.

Lantas Mateen langsung meraih smartphonenya dengan maksud menghubungi Roy dan menanyakan tentang sepatunya. Namun hasilnya nihil, Roy tidak mengangkat panggilan Tuannya.

OUR INCOMPLETE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang